Perguruan Tinggi, Kesadaran Lingkungan, dan Perubahan Iklim
Bidang pendidikan memiliki peran sangat strategis untuk bisa mencapai ”net zero emission”, terkait upaya mengubah perilaku manusia agar tak lagi merusak lingkungan. Untuk ini, perguruan tinggi bisa jadi ”trend setter”.
Oleh
ASHAR SAPUTRA
·4 menit baca
Hari-hari ini, dua peristiwa dalam skala global terkait kesadaran lingkungan dan perubahan iklim sedang menjadi berita utama. Yang pertama adalah pertemuan Conference of the Parties (COP) 27 di Sharm el Sheikh di Mesir dan yang kedua adalah Konferensi Tingkat Tinggi G20 di Bali. Kedua pertemuan tingkat tinggi itu mempunyai agenda mengajak semua pihak untuk bersama-sama memperbaiki lingkungan, memitigasi dampak perubahan iklim, dan perlindungan terhadap keberlangsungan hidup manusia secara berkelanjutan.
Pada pembicaraan mengenai lingkungan dan iklim, sebuah frasa akan menjadi salah satu fokusnya, yaitu net zero emission (NZE). NZE atau akumulasi nol emisi adalah istilah yang merujuk kepada jumlah emisi (gas rumah kaca) yang dilepaskan ke atmosfir kurang atau sama dengan (gas rumah kaca) yang diserap dari atmosfir dalam semua proses produksi dan pemenuhan kebutuhan manusia.
Usaha untuk bisa mencapai NZE, harus dilakukan oleh semua sektor yang meliputi pemerintahan/pelayanan masyarakat, dunia usaha, kegiatan sosial, dan tidak ketinggalan juga dunia pendidikan. Bidang pendidikan memiliki peran yang sangat strategis karena usaha untuk bisa mencapai NZE tidak hanya akan melibatkan teknologi dan infrastruktur fisik saja, tetapi yang lebih penting adalah mengubah perilaku manusia agar tidak lagi membuat kerusakan lingkungan yang lebih parah.
KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN
Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia memberikan paparan iklim investasi di Tanah Air saat Indonesia Net Zero Summit 2022 di Nusa Dua, Bali, Jumat (11/11/2022). Indonesia Net Zero Summit merupakan bagian dari Bussines 20 (B20) Summit yang merupakan forum dialog resmi G20 dengan komunitas global yang mencakup 2.000 peserta yang mewakili lebih dari 6,5 juta bisnis. Net Zero Summit diikuti 700 peserta dari 30 negara yang membahas tentang peluang, tantangan, serta ajakan bertindak bagi perusahaan global untuk mendekarbonisasi industri.
Penyebaran pemahaman NZE
Dari berbagai sektor yang harus terlibat, dunia pendidikan diharapkan bisa menjadi motor penggerak utama dan menjadi trend setter, atau bahkan sebagai pengarah kebijakan dan strategi untuk pencapaian NZE nasional. Mengapa demikian?
Isu terkait dengan NZE banyak berisi konsep, teori, dan keterkaitan variabel yang kompleks sehingga tidak mudah dipahami masyarakat kebanyakan. Sementara untuk dunia pendidikan, khususnya di perguruan tinggi, isu terkait NZE akan lebih mudah dicerna dan dianalisis.
Isu terkait dengan NZE banyak berisi konsep, teori, dan keterkaitan variabel yang kompleks sehingga tidak mudah bisa dipahami masyarakat kebanyakan.
Para pakar dan ahli diharapkan bisa memberikan telaah dan rekomendasi bagaimana mengomunikasikan isu NZE kepada masyarakat dengan tingkat pendidikan dan pemahaman yang bervariasi. Lebih dari itu, para ahli bisa memberikan arahan bagaimana strategi pencapaian NZE yang paling sesuai dengan kondisi sosial ekonomi dan budaya yang ada di masyarakat.
Sebagai contoh, saat ini salah satu usaha yang sedang digalakkan adalah penggunaan kendaraan listrik. Pada saat penggunaan kendaraan listrik mulai dikenalkan dan digunakan, sering muncul pertanyaan mengapa perlu menggunakan kendaraan listrik jika sumber listrik PLN masih menggunakan batubara dan gas sebagai bahan bakar untuk pembangkit tenaga listriknya? Apalagi, jika harga kendaraan listrik dan biaya operasional dan perawatan dalam jangka tertentu masih lebih mahal daripada kendaraan berbahan bakar minyak? Perguruan tinggi bisa berperan dalam mengomunikasikan konsep NZE terkait dengan penggunaan kendaraan listrik kepada masyarakat.
KOMPAS/DAHONO FITRIANTO
Mobil listrik produksi Toyota dipamerkan di Gedung Prof Soedarto SH di kompleks Universitas Diponegoro, Tembalang, Kota Semarang, Jawa Tengah, dalam rangkaian seminar 100 Years of Indonesia Automotive Industry, Realizing Indonesia Net-Zero Emission, Rabu (25/5/2022).
Menjadi contoh
Lebih lanjut dari itu, perguruan tinggi harus mampu menjadi contoh bagaimana menjalankan proses usaha pendidikan agar bisa mencapai target NZE. Langkah yang bisa dilaksanakan antara lain adalah perguruan tinggi harus bisa mengukur dan menghitung emisi gas rumah rumah kaca dari kegiatan tri dharmanya saat ini. Dengan ketersediaan alat, teknologi, dan para pakar, proses pengukuran dan perhitungan emisi gas rumah kaca tentu bisa dilakukan dengan cukup akurat.
Selanjutnya, perguruan tinggi bisa menetapkan target kapan NZE dalam kegiatan tri dharmanya akan dicapai. Penentuan tenggat ini tentu mempertimbangkan situasi dan kondisi dari masing-masing perguruan tinggi, termasuk kesiapan pendanaan dan teknologi yang ada.
Perguruan tinggi harus mampu menjadi contoh bagaimana menjalankan proses usaha pendidikan agar bisa mencapai target NZE.
Langkah berikutnya adalah membangun peta jalan (road map) bagaimana kampus akan membuat strategi pencapaian NZE. Mengacu kepada NUS di Singapura, kampus tersebut mencanangkan akan menjadi kampus bebas karbon pada 2030 seperti dapat dilihat pada laman NUS. Kebijakan pencapaian NZE atau keberlanjutan harus dituangkan dalam visi dan misi kampus, serta diperkuat dengan peraturan yang kuat di perguruan tinggi.
Menjadi ”trend setter”
Saat ini sudah ada pemeringkatan kampus hijau yang dikelola oleh Universitas Indonesia, yang dikenal dengan nama UI Greenmetric. Pemeringkatan tersebut mengukur semua usaha, baik dalam bentuk fisik maupun nonfisik, yang bertujuan untuk perlindungan lingkungan. Pada tahun ini, ada enam kategori yang akan dievaluasi, meliputi setting and infrastructure (penataan dan infrastruktur), energy and climate change (energi dan perubahan iklim), waste (sampah), water (air), transportation (transportasi), education and research (pendidikan dan penelitian).
Bisa dipahami bahwa usaha pemeringkatan tersebut dapat dikaitkan dengan usaha untuk pencapaian NZE. Pada 2021, ada sekitar 101 kampus di Indonesia yang tercatat pada pemeringkatan ini dari sekitar 956 kampus yang mengikuti pemeringkatan ini secara total.
Namun, diperlukan usaha yang lebih esensial oleh dunia kampus dari hanya sekadar mengikuti pemeringkatan greenmetric tersebut. Pendidikan tinggi perlu menjadi contoh, menjadi trend setter, bagi dunia usaha, komunitas di sekitar kampus, bahkan bisa memberikan masukan bagi penyusunan strategi pencapaian NZE nasional.
Ashar Saputra, Dosen di Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta