Riwayat pengalaman dan dedikasi yang panjang membuat Justian Suhandinata kerap mendapat penghargaan. Sepanjang usianya digunakan untuk mengembangkan olahraga bulu tangkis, pada tingkat klub, nasional, dan dunia.
Oleh
ASVI WARMAN ADAM
·4 menit baca
Justian Suhandinata meninggalkan seorang istri yang merupakan mantan pemain tim Uber Indonesia pada 1969 dan 1972, Poppy Tumengkol.
Ia memiliki karier yang lengkap, sebagai pemain kemudian pembina olahraga bulu tangkis. Menjadi juara yunior DKI, kemudian bermain pada regu DKI dalam PON 1969 di Surabaya.
Ia mulai menjadi pemain nasional dengan masuk tim bayangan Piala Thomas 1967. Setelah itu, Justian lebih banyak aktif dalam organisasi olahraga, dari klub PB Tangkas, sampai menjadi pengurus tingkat Jakarta Selatan, DKI, nasional, dan akhirnya internasional.
Klub Tangkas juga sukses diantarkannya dengan mempersembahkan medali emas Olimpiade Atlanta 1996 lewat Ricky Soebagdja/Rexy Mainaky, 10 gelar juara dunia, sembilan juara All England.
Mulai dari sebagai sekretaris PB Tangkas, kemudian menjadi ketua bidang pembinaan PBSI Jakarta Selatan, dan selanjutnya ketua umum PBSI Jakarta Selatan. Lalu, anggota Komisi Teknik PBSI DKI Jakarta, hingga ketua Pengprov PBSI DKI.
Langkahnya makin maju dengan menjabat sebagai ketua bidang organisasi PP PBSI dan wakil ketua umum PP PBSI, sekretaris Dewan Pengawas PP PBSI. Selanjutnya ia jadi wakil presiden IBF (1993-1996).
Dia pun kembali terpilih menjadi wakil presiden IBF pada periode 1996-1999 dan 1999-2001. Pada akhir hayatnya ia masih menjadi Council Member BWF dan Dewan Penasihat PBSI 2020-2024.
Selama berkecimpung di bulu tangkis, Justian pada 2008 juga sukses mengegolkan nama Suhandinata Cup untuk diperebutkan sebagai trofi kejuaraan bulu tangkis beregu campuran yunior atau BWF World Junior Mixed Team Championship.
Suharso Suhandinata adalah ayah Justian, tokoh yang bersama Sudirman mempersatukan organisasi bulu tangkis yang sempat terpecah di Tokyo tahun 1981.
Riwayat pengalaman yang panjang itu membuat Justian Suhandinata kerap mendapat penghargaan di tingkat nasional ataupun internasional.
Justian pula yang menginisiasi digelarnya Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis Junior Perseorangan yang cikal bakalnya dengan menggelar Invitasi Bulu Tangkis Dunia Junior Bimantara (BWJBI) di Jakarta tahun 1986. Ajang internasional ini akhirnya sejak 1992 jadi event resmi BWF yang dipertandingkan di Jakarta.
Riwayat pengalaman yang panjang itu membuat Justian Suhandinata kerap mendapat penghargaan di tingkat nasional ataupun internasional. Dia pernah mendapat penghargaan utama dalam bidang olahraga dari Menteri Pemuda dan Olahraga RI (Parama Adi Manggala Krida) pada 2001.
Atas dedikasinya terhadap bulu tangkis, Justian memperoleh penghargaan Honorary Life Vice President dari BWF. Penghargaan itu diserahkan dalam forum AGM BWF pada 20 Mei 2017 di Gold Coast, Australia. Justian satu-satunya orang Indonesia yang pernah mendapatkan penghargaan itu.
Bermula dari Penang
Pada awal abad ke-20 bulu tangkis sudah dikenal di Pulau Penang. Akhir 1920, pemain dari Penang diundang ke Medan melakukan ekshibisi dan pertandingan dengan pemain setempat (Colin Brown, 2016).
Tahun 1930-an, cabang olahraga ini meluas ke selatan Sumatera dan Jawa (Batavia, Bandung, Semarang, sampai kota kecil Tuban, Bojonegoro, dan Jember).
Pada mulanya permainan ini termasuk hiburan karena dimainkan di pasar malam.
Setelah Indonesia merdeka, berdirilah Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) pada 1951. Juara nasional Indonesia tahun 1950-an di antaranya Eddy Yusuf (1954-1956 dan 1960-1961) serta Tan Yoe Hok (1956-1959).
Indonesia tidak hanya aktif mengikuti pertandingan bulu tangkis di mancanegara, tetapi juga aktif dalam organisasi bulu tangkis dunia. Sempat terjadi dualisme karena terdapat dua organisasi internasional, yaitu IBF dan WBF.
Tahun 1976 Indonesia jadi juara All England yang diselenggarakan IBF melalui Rudy Hartono, sekaligus juara Kejuaraan Invitasi Asia yang diselenggarakan WBF melalui Iie Sumirat, dan Christian Hadinata/Ade Chandra.
Indonesia kemudian mengambil prakarsa untuk menyatukan kedua organisasi itu, yang akhirnya terwujud melalui Celebration of Unification pada ajang Piala Uber 1981 di Jepang. Berkat penyatuan inilah pengusulan bulu tangkis sebagai cabang olahraga yang dipertandingkan di Olimpiade bisa terwujud melalui Olimpiade Barcelona tahun 1992.
Untuk tahun-tahun berikutnya kita memperoleh medali emas Olimpiade melalui cabang bulu tangkis, sesuatu hal yang menjadi kebangsaan nasional.
Pahlawan nasional
Sejak pengangkatan pahlawan nasional tahun 1959 sampai 2022, belum ada pahlawan nasional dari dunia olahraga. Pernah diusulkan Ir Suratin, pendiri PSSI, tahun 1930, sebagai pahlawan nasional, tetapi belum jua diangkat.
Saya kira perlu ada pahlawan nasional dari dunia bulu tangkis yang telah mengharumkan nama baik bangsa di kancah dunia. Tan Joe Hok, Rudy Hartono, dan Liem Swie King (selama belasan tahun mereka berdua menjuarai All England) serta Susy Susanti mungkin lebih populer, tetapi mereka belum bisa diusulkan karena masih hidup.
Di samping itu, salah satu persyaratan pahlawan nasional adalah berjuang sepanjang hayatnya. Ini dilakukan Justian. Sepanjang usianya digunakan untuk mengembangkan olahraga bulu tangkis, pada tingkat klub, nasional, dan dunia.