“Hunger games” dan bola krisis pangan global masih menggelinding. Siap menjadi bola salju penekan ekonomi. Akankah setiap negara, termasuk Indonesia, saling menunggu peluit akhir pertandingan berbunyi?
Oleh
Hendriyo Widi
·4 menit baca
Bola krisis pangan dunia terus menggelinding jelang perhelatan Piala Dunia Qatar 2022 pada 20 November-18 Desember. Rusia sebagai pemain utama masih menjadi penentu berakhirnya hunger games tersebut. Berikut faktor X di luar kendali setiap negara, yakni cuaca.
Black Sea Grain Initiative atau Insiatif Biji-bijian Laut Hitam memegang peran kunci. Dunia tengah menanti perpanjangan perjanjian ekspor biji-bijian dan pupuk itu yang akan berakhir pada 18 November 2022. Rusia sempat menarik diri dari koridor inisiatif itu pada 10 Oktober 2022. Namun, dua hari kemudian, Rusia kembali bersedia berunding.
Dalam pertemuan ASEAN Summit 2022 di Phnom Penh, Kamboja, Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba unjuk bicara. Kuleba mendesak negara-negara Asia Tenggara mengambil langkah terhadap Rusia agar menghentikan permainan yang menyebabkan kelaparan atau hunger games dunia.
Di sisi lain, Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) mengingatkan, dunia juga perlu memperhitungkan faktor cuaca. Kondisi cuaca di Amerika Selatan, khususnya Brasil dan Argentina, mulai membaik sehingga akan meningkatkan produksi jagung dan kedelai. Namun, di sebagian Amerika Serikat masih terjadi kekeringan. Cuaca ekstrem juga tengah melanda Australia sehingga akan berpengaruh terhadap panen gandum.
Negara-negara Asia Tenggara diminta mengambil langkah terhadap Rusia agar menghentikan permainan yang menyebabkan kelaparan atau hunger games dunia.
Kedua faktor itulah yang bakal menjadi penentu harga sejumlah komoditas pangan dan pupuk dunia jelang akhir tahun dan awal tahun depan. Memang, dalam beberapa bulan terakhir, harga sebagian besar komoditas pangan dan pupuk dunia telah turun meski masih lebih tinggi dibandingkan tahun lalu.
Akan tetapi, jangan keburu senang, karena harga komoditas pangan dan pupuk tersebut masih mudah bergejolak. Bahkan untuk mendapatkan komoditas itu, negara importir pangan dan pupuk juga harus merogoh kocek lebih dalam karena ”kejemawaan” dollar AS atas mata uang setiap negara. Para importir juga enggan mengimpor pangan dan pupuk dalam volume besar. Mereka takut rugi kala dollar AS berbalik melemah.
Dalam Food Outlook 2022 yang dirilis pada 11 November 2022, FAO menyebutkan, tagihan atau biaya impor pangan global pada 2022 diperkirakan meningkat 10 persen menjadi 1,94 triliun dollar AS. Nilai biaya impor itu merupakan rekor tertinggi sepanjang masa dari level rekor pada 2021.
FAO juga memperkirakan pengeluaran global untuk impor di sektor pertanian, termasuk pupuk, bakal mencapai 424 miliar dollar AS pada 2022. Nilai tersebut meningkat sangat signifikan, yakni mencapai 48 persen, dari 2021 dan 112 persen dari 2020.
Tagihan atau biaya impor pangan global pada 2022 diperkirakan meningkat 10 persen menjadi 1,94 triliun dollar AS. Pengeluaran global untuk impor di sektor pertanian, termasuk pupuk, bakal mencapai 424 miliar dollar AS pada 2022.
Kendati ketahanan pangan Indonesia relatif terjaga, bola krisis pangan dan hunger games tersebut juga menggelinding ke Indonesia. Indonesia juga bergelut dengan kenaikan harga kedelai, gandum, dan pupuk di tengah depresiasi rupiah dan upaya menstabilkan harga beras.
Sejak Rusia mulai menginvasi Ukraina pada 24 Februari 2022 hingga 11 November 2022, harga kedelai impor telah naik 12,03 persen dari Rp 13.300 per kilogram (kg) menjadi Rp 14.900 per kg. Begitu juga dengan harga tepung terigu yang naik 20,37 persen dari Rp 10.800 per kg menjadi 13.000 per kg.
Khusus kedelai, Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, kenaikan harga kedelai impor menyebabkan harga tahu dan tempe bergejolak sejak Maret 2022. Pada Januari 2022, harganya masing-masing Rp 10.399 per kg dan Rp 10.640 per kg. Sementara pada Oktober 2022 harga tahu dan tempe masing-masing sudah mencapai Rp 11.438 per kg dan Rp 12.667 per kg.
Di tengah penurunan harga sebagian besar komoditas pangan, biji-bijian kecil bahan baku tahu-tempe itu bahkan berkontribusi terhadap inflasi. Pada Oktober 2022, tahu dan tempe memberikan andil inflasi terhadap kelompok pengeluaran makanan-minuman dan tembakau masing-masing sebesar 0,004 persen dan 0,007 persen secara bulanan.
Bahkan pada pekan kedua November 2022, Bank Indonesia (BI) menyebutkan tahu dan tempe menyumbang inflasi sebesar 0,01 persen. Berdasarkan Survei Pemantauan Harga, BI memperkirakan inflasi pada pekan kedua November 2022 sebesar 0,11 persen.
Untuk mengatasi kenaikan harga kedelai impor, Badan Pangan Nasional telah meminta Perum Bulog mengimpor kedelai minimal sebanyak 50.000 ton. Program Bantuan Selisih Harga Pembelian Kedelai Impor bagi perajin tahu-tempe sebesar Rp 1.000 per kg juga dilanjutkan sampai akhir Desember 2022.
Saat ini, hunger games dan bola krisis pangan global masih menggelinding. Siap menjadi bola salju penekan ekonomi. Akankah setiap negara, termasuk Indonesia, saling menunggu peluit akhir pertandingan berbunyi?
Pekan ini, Indonesia bakal memimpin perhelatan Konferensi Tingkat Tingkat G-20. Banyak pihak berharap Indonesia mampu membawa negara-negara anggota G20 mengatasi persoalan global, salah satunya untuk meredam krisis pangan. Pada 2023, Indonesia juga menjadi Ketua ASEAN. Indonesia juga diharapkan bisa membawa ASEAN mampu memperkuat rantai pasok pangan antaranggota dan membangun jaringan pangan global.
Saat ini, hunger games dan bola krisis pangan global masih menggelinding. Siap menjadi bola salju penekan ekonomi setiap negara. Akankah setiap negara, termasuk Indonesia, saling menunggu peluit akhir pertandingan berbunyi?