
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyampaikan pemerintah telah mendatangkan obat penawar gangguan ginjal tersebut dari Singapura yang disebut Fomepizole.
Kejadian kematian massal baru-baru ini juga terjadi di Korea Selatan (Sabtu, 29/10/2022). Peristiwanya berbeda, tetapi jumlah korban di atas 100 orang, mirip Tragedi Kanjuruhan, Malang. Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol langsung mengumumkan hari berkabung nasional, menampilkan rasa kemanusiaan yang patut diteladani.
Presiden Korea Selatan tidak hanya memerintahkan upaya mitigasi bencana, tetapi juga menunjukkan bagaimana pembentukan kesetiakawanan yang ujungnya adalah welas asih pada sesama. Namun, agar ini menjadi ciri watak bangsa, memerlukan proses yang panjang.
Kematian melahirkan situasi emosional yang amat dalam, apalagi dalam suatu bencana. Empati pada tingkat tertinggi menunjukkan betapa nilai nyawa manusia itu tidak terukur. Uang membantu tetapi tidak menyentuh rasa terdalam.
Indonesia pun saat ini kembali menghadapi kematian dalam jumlah relatif besar. Tragisnya, kematian terjadi pada anak-anak akibat gangguan ginjal akut progresif atipikal.
Di dunia hanya dua negara yang mengalami hal ini, yaitu Gambia dan Indonesia. Oleh karena itu, penelusuran teknis untuk mendeteksi mengapa sampai hal ini terjadi tentu sangat diperlukan sebagai bagian dari upaya mitigasi.
Tindakan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mendatangkan obat dari beberapa negara untuk mencukupi persediaan obat penawar gagal ginjal patut mendapat apresiasi. Kelompok profesi medik mengusulkan kasus gangguan ginjal akut pada anak ini dikategorikan sebagai kejadian luar biasa karena kematian mencapai 58,3 persen dari total kasus, sudah di atas 50 persen, serta luasnya cakupan area kasus.
Tajuk Rencana Kompas (Senin, 31/10/2022) berjudul tepat: ”Rakyat Berhak Penjelasan”. Bertanggung jawab dan berbela rasa pada masyarakat yang terdampak seyogianya menjadi kewajiban sekaligus sikap tulus dari nurani terdalam.
Semoga kita belajar dari kejadian di Korea Selatan ini dalam menyikapi suatu kejadian bencana bagi pembentukan watak bangsa kita tercinta.
Hadisudjono SastrosatomoAnggota Tim Pengarah Pusat Etika Bisnis dan Organisasi SS-PEBOSS-STM PPM Menteng Raya, Jakarta
Masih Lama
Pemilu 2024 masih lama, sementara saat ini peristiwa yang ada di depan mata adalah rakyat yang tertimpa bencana. Bagaimana mau berjaya kalau rakyat sedang susah?
Bisakah meredam hasrat yang menyala untuk mendapatkan banyak suara? Bisakah meredupkan dulu keinginan untuk berkuasa, dan fokus membantu rakyat?
Bantu dan hiburlah rakyat agar mereka bahagia dan hidupnya menjadi sejahtera. Mari kita berbangsa dan bernegara dengan beradab, dekat dan bertenggang rasa terhadap rakyat. Karena tanpa mereka, kita bukan apa-apa.
Titi SupratignyoBendan Ngisor, Semarang