Indonesia berpeluang menjadi ”Start up Nation” karena memiliki jumlah usaha rintisan terbanyak nomor empat di dunia.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Di tengah ancaman resesi global, Indonesia masih menarik bagi investor usaha rintisan. Daya tarik ini harus menjadikan Indonesia sebagai ”Start up Nation”.
Sesuai laporan studi e-Economy SEA 2022, Indonesia masih menjadi negara yang menarik untuk berinvestasi ke usaha rintisan bidang teknologi atau start up walaupun kini terdapat hambatan ketidakpastian makroekonomi. Indonesia masih menarik 25 persen dari total pendanaan swasta di kawasan Asia Tenggara.
Adanya ketidakpastian makroekonomi menjadi perhatian utama para investor. Berdasarkan studi e-Economy SEA 2022, para investor memandang 2023 sebagai tahun yang menantang dan tahun 2024 mungkin baru mulai pulih. Kunci bertahan bagi para pengusaha rintisan adalah memiliki strategi pertumbuhan yang berkelanjutan (Kompas, 9 November 2022).
Indonesia memang menjadi anomali. Di negara lain investor usaha rintisan mulai mengerem penyaluran dana ke usaha rintisan, tetapi di Indonesia kabar investasi terus saja mengalir ke sejumlah usaha rintisan. Investor global memandang Indonesia masih menjadi tempat yang menarik untuk menanamkan uang.
Pertumbuhan usaha rintisan di Indonesia yang terus terjadi dan juga kondisi ekonomi makro yang membaik menjadikan Indonesia tetap diincar investor. Mereka tetap melihat bahwa usaha rintisan yang memiliki visi menyelesaikan masalah akan langgeng. Di Indonesia berbagai masalah muncul sehingga menantang wirausaha untuk menyelesaikannya.
Pasar Indonesia yang besar juga menjadi alasan investor untuk masuk ke Indonesia. Ada pembicaraan di kalangan investor, usaha rintisan boleh menyatakan sukses mengembangkan usahanya, tetapi kalau belum masuk ke Indonesia, boleh dibilang belum teruji. Indonesia menjadi batu ujian bagi para pelaku usaha rintisan.
Akan tetapi, sosok Indonesia di mata dunia internasional berkait dengan pengembangan teknologi digital belum kokoh. Kita mungkin perlu berkaca dari Israel yang disebut oleh dua penulis Dan Senor dan Saul Singer sebagai ”Start up Nation” dalam buku Start-Up Nation: The Story of Israel's Economic Miracle. Sebutan ini muncul karena mereka memiliki usaha rintisan per kapita lebih banyak dibandingkan negara lain.
Israel disebut seperti itu karena mereka memiliki budaya wirausaha yang ditempa oleh berbagai masalah. Budaya lain yang mendukung adalah hierarki yang berhasil dihilangkan dan meningkatkan informalitas dalam komunikasi. Semua itu juga didukung oleh kebijakan pemerintah yang berfokus pada inovasi
Indonesia berpeluang menjadi ”Start up Nation” karena memiliki jumlah usaha rintisan terbanyak nomor empat di dunia. Jika budaya wirausaha dan inovasi bisa ditingkatkan dengan ditandai makin banyak masalah terselesaikan, sebutan itu memang layak disematkan.