Menanam pohon di suatu areal seperti kawasan IKN Nusantara, pemilihan jenis dan jumlah pohon tergantung dari karakteristik pohon, agroklimat, dan fungsi kawasan. Tidak semua bibit dapat ditanam di tempat terbuka.
Oleh
PRAMONO DWI SUSETYO
·3 menit baca
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya akan mengembalikan hutan tropika basah asli Kalimantan di Nusantara, ibu kota negara (IKN) baru, di dua kabupaten: Penajam Paser Utara dan Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.
Pernyataan disampaikan dalam acara President’s Corner di Metro TV (22/10/2022).
Sebagai rimbawan yang mendalami ekologi silvikultur hutan tropika basah dan pernah bermukim lima tahun (1999-2004) di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, saya bertanya, mungkinkah kawasan IKN yang aslinya adalah hutan tropika basah dengan ratusan jenis pohon/tanaman dan telah membentuk ekosistem seimbang (equilibrium ecosystem) yang telah diubah menjadi hutan tanaman monokultur dikembalikan lagi seperti aslinya?
Dalam kondisi aslinya, kawasan IKN dulu adalah hutan alam primer tropika basah yang telah mencapai tahap klimaks dalam ratusan tahun. Hutan klimaks adalah komunitas hutan berada dalam tahap puncak pemantapan suksesi alam sesuai dengan kondisi alam setempat.
Tahap klimaks hutan ditunjukkan oleh berbagai jenis dalam hutan tersebut sehingga keseimbangan ekosistem semakin baik dan tinggi. Termasuk keseimbangan tata air tanah, membentuk ekosistem lingkungan yang holistik.
Vegetasi asli hutan tropika basah di Kalimantan banyak didominasi oleh jenis-jenis Dipterocarpaceae, seperti meranti, kapur, dan belarengan. Keluarga tanaman ini pertumbuhannya lambat, membutuhkan naungan, dan silvikulturnya belum dapat dikuasai sepenuhnya sehingga pengembangannya lebih banyak tergantung alam.
Lain halnya dengan jenis eukaliptus yang ditanam di lokasi IKN sebagai vegetasi hutan tanaman. Jenis tersebut mudah dan cepat tumbuh, monokulutur, dan tidak membutuhkan naungan dalam pertumbuhannya.
Dalam konsep menanam pohon di suatu areal seperti kawasan IKN Nusantara, pemilihan jenis dan jumlah pohon yang ditanam tergantung dari karakteristik pohon, agroklimat, dan fungsi kawasannya. Tidak semua bibit pohon dapat serta-merta ditanam di tempat terbuka.
Kawasan IKN yang diharapkan menjadi forest city dengan jenis aslinya sebagai hutan tropika basah harus dipersiapkan dengan cermat dan matang. Mulai dari persemaian, persiapan lahan tanam, waktu tanam, pemupukan, pemeliharaan, hingga jadi pohon dewasa.
Bilamana diperlukan, bisa dilakukan rekayasa ruang, lingkungan, dan cahaya melalui intervensi teknologi untuk mempercepat realisasi kota hutan IKN Nusantara.
Pramono Dwi SusetyoPensiunan KLHK, Villa Bogor Indah, Ciparigi, Bogor
Bahasa
KOMPAS/PANDU WIYOGA
Siswa Sekolah Dasar Negeri 006 Lokal Jauh Pulau Bertam, Batam, Kepulauan Riau, bersiap menyambut kedatangan Menteri Sosial Tri Rismaharini, Selasa (7/6/2022). Merekalah pelestari penggunaan bahasa daerah di daerahnya masing-masing.
Salah satu artikel berjudul ”Partaonan ni Bahasa Indonesia” (Ketahanan Bahasa Indonesia) memicu saya urun pendapat.
Meskipun bukan etnik Angkola, sebagai bagian dari etnik Batak, saya mengucapkan terima kasih karena sudah mengangkat bahasa Batak.
Jika bahasa Indonesia dipahami sebatas sarana berkomunikasi, semua orang Indonesia bisa berbahasa Indonesia. Namun, belum tentu paham berbahasa Indonesia yang baik dan benar.
Semua media punya tanggung jawab yang sama untuk mengenalkan, menyebarluaskan, dan membiasakan penggunaan kosakata bahasa Indonesia sebagai padanan bagi istilah asing (Tajuk Rencana Kompas, 28/10/2022).
Pemahaman berbahasa Indonesia yang baik dan benar juga tidak lepas dari kurikulum pendidikan, sejak dasar sampai pendidikan tinggi.
Dalam satu dekade terakhir terlihat Kemendikbud lebih mengedepankan pendidikan literasi bagi siswa, semoga termasuk di dalamnya pemahaman kaidah bahasa Indonesia.
Begitu juga saat adopsi bahasa asing, banyak yang tidak tepat. Sering asal menerjemahkan, tidak mengikuti kaidah bahasa Indonesia.
Misalnya, ”Komite Nasional Keselamatan Transportasi” (KNKT), terjemahan dari ”National Transportation Safety Committee (NTSC)”. Seharusnya adalah ”Komite Keselamatan Transportasi Nasional”. Bandingkan dengan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, bukan Badan Nasional Kependudukan dan Keluarga Berencana.
Begitu juga kata presidensi. Bukankah lebih tepat jika diterjemahkan menjadi kata kepemimpinan?