Arah Kebijakan Cina dan Peluang bagi Indonesia
Indonesia perlu mengoptimalkan kerja sama bilateral yang resiprokal dan saling menguntungkan dengan China. Keunggulan teknologi dan inovasi China bisa dimanfaatkan menjadi sumber pertumbuhan ekonomi baru di Indonesia.
Kongres nasional ke-20 partai penguasa China telah berlangsung pada 16 hingga 22 Oktober 2022 di Beijing. Pertemuan yang dihadiri sekitar 2.300 anggota delegasi ini telah memilih 205 anggota Komite Sentral partai.
Pada 23 Oktober 2022, Komite Sentral/Komite Pusat mengadakan rapat pleno dan menetapkan 24 anggota Biro Politik Partai (Politbiro), termasuk tujuh anggota Komite Tetap Politbiro dan Sekretaris Jenderal Partai. Xi Jinping terpilih kembali menjadi sekretaris jenderal partai dan akan memimpin China untuk lima tahun ke depan.
Seusai terpilih kembali sebagai pemimpin China, Xi Jinping menyampaikan pentingnya peranan China bagi perekonomian dunia karena keduanya akan saling membutuhkan. Visi Xi Jinping ke depan tentunya akan mewarnai ekonomi global karena China saat ini menjadi negara dengan nilai produk domestik bruto (PDB) nominal terbesar kedua di dunia. Lalu, bagaimana arah kebijakan China lima tahun mendatang di bawah kendali Xi Jinping?
Baca juga : Periode Ketiga untuk Xi Jinping
Baca juga : China dalam Genggaman Xi Jinping
Di awal pembukaan kongres nasional partai, Xi Jinping menyampaikan pidato yang dikenal dengan Political Report. Pesan utama yang disampaikan Presiden Xi adalah China akan mewujudkan negara sosialis yang modern dan sejahtera dengan mengedepankan modernisasi di segala aspek. China akan berupaya mendorong modernisasi di segala lini antara lain meliputi aspek ekonomi; teknologi, pendidikan, dan sosial; serta militer dan kebijakan luar negeri.
Aspek ekonomi
Pertumbuhan ekonomi yang berkualitas akan tetap menjadi prioritas utama. China akan mengejar pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan mengedepankan inovasi sehingga China akan menjadi negara sosialis modern pada 2035. Menekankan pentingnya market-based reform dan opening up, China menggarisbawahi akan terus mendorong reformasi yang mengedepankan mekanisme pasar dan meningkatkan pembukaan sektor-sektor ekonomi.
Melanjutkan Dual Circulation Economics (DCE) sebagai landasan kebijakan ekonomi. China akan melanjutkan upaya untuk meningkatkan kualitas dari sirkulasi eksternal dan kesinambungan sirkulasi domestik melalui kombinasi strategi peningkatan permintaan dan reformasi sisi suplai.
Menjaga national security. Langkah menjaga national security akan diwujudkan dengan memastikan keamanan jalur pasokan, memperkuat ketahanan pangan, dan menjaga ketahanan energi melalui pencapaian carbon neutrality yang proaktif dan stabil.
Aspek teknologi, pendidikan, dan sosial
Mendorong teknologi dan pendidikan. China akan terus berupaya mencari terobosan dan meningkatkan kemandirian serta kekuatan teknologi, menekankan bahwa talent merupakan sumber daya utama.
Melanjutkan kebijakan Common Prosperity. China menyatakan akan terus mengupayakan pencapaian kesejahteraan masyarakat melalui kesamaan peluang, mengedepankan penyerapan tenaga kerja, dan memperluas cakupan sistem jaminan sosial (social security system).
Menekankan pentingnya peran Zero Covid Policy (ZCP). Presiden Xi menyatakan ZCP telah berhasil melindungi kesehatan dan nyawa masyarakat China. China juga menekankan pentingnya untuk meningkatkan kemampuan untuk meres- pons dan mencegah penyebaran berbagai penyakit menular.
China akan mewujudkan militer kelas dunia melalui modernisasi dan menekankan bahwa partai memiliki kepemimpinan absolut terhadap militer.
Aspek militer dan kebijakan luar negeri
Melakukan modernisasi militer. China akan mewujudkan militer kelas dunia melalui modernisasi dan menekankan bahwa partai memiliki kepemimpinan absolut terhadap militer.
Mengedepankan kebijakan luar negeri yang damai. China menegaskan akan menjalankan kebijakan luar negeri yang damai, meskipun China juga tidak setuju terhadap segala bentuk hegemonism dan standar ganda. Terkait isu Taiwan, China akan merealisasikan penyatuan secara damai meskipun tak menutup opsi penggunaan kekuatan.
Meningkatkan kerja sama dengan negara berkembang. China akan terus mendorong kerja sama Inisiatif Sabuk dan Jalan (Belt and Road Initiative/BRI) yang lebih berkualitas.
Arah kebijakan China tersebut kental diwarnai oleh pemikiran yang digagas oleh Xi Jinping. Hal ini menunjukkan bahwa berbagai kebijakan dan program yang dijalankan oleh Xi Jinping selama dua periode pemerintahan dari tahun 2013 hingga 2022 dianggap telah berhasil. Indikator keberhasilan terlihat dari pendapatan masyarakat yang meningkat dan tingkat kemiskinan yang menurun.
Menurut data Bank Dunia, produk domestik bruto (PDB) per kapita China pada 2021 sebesar 12.556 dollar AS, meningkat dari 7.020 dollar AS pada 2013. Adapun persentase penduduk yang memiliki pendapatan di bawah garis kemiskinan tercatat hanya 0,6 persen pada 2019, menurun dibandingkan 2013 yang sebesar 8,5 persen.
Keberhasilan lainnya juga tecermin dari kuatnya komitmen memberantas korupsi dan mengurangi pencemaran lingkungan, serta kebijakan ZCP yang dipandang berhasil melindungi kesehatan dan keselamatan masyarakat China.
Hal menarik lain dari pidato Xi Jinping adalah tidak adanya pernyataan mengenai kemungkinan China mengakhiri ZCP. Hal ini bisa diartikan bahwa China belum akan melakukan penyesuaian ZCP secara signifikan setidaknya hingga kabinet pemerintahan yang baru terbentuk pada Maret 2023.
Salah satu faktor yang menjadi pertimbangan adalah masih rendahnya tingkat vaksinasi Covid-19, khususnya untuk penduduk lanjut usia dan masih terbatasnya kapasitas kesehatan China. Selain akan mempertahankan ZCP, China juga berkomitmen mewujudkan penyatuan dengan Taiwan.
Komitmen China ini berpotensi berimplikasi pada berlanjutnya ketegangan geopolitik terkait Taiwan. Meski demikian, itikad China yang akan mengedepankan penyatuan secara damai diperkirakan bisa menghindarkan dari konflik geopolitik yang melibatkan kekuatan militer.
Penjualan mobil listrik China ke depan diperkirakan terus meningkat seiring upaya China mengurangi emisi karbon dan mencari sumber pertumbuhan ekonomi baru.
Peluang bagi Indonesia
Komitmen China mendorong BRI yang lebih berkualitas akan berdampak positif pada hubungan ekonomi dengan sejumlah negara, termasuk Indonesia.
Pencapaian target BRI China yang lebih berkualitas, antara lain, akan diwujudkan dengan meningkatkan kerja sama perdagangan dan investasi serta kerja sama di bidang teknologi, inovasi, dan energi terbarukan.
Hal ini memberikan setidaknya tiga peluang bagi Indonesia. Pertama, Indonesia perlu mengoptimalkan peluang peningkatan ekspor ke China, antara lain, untuk produk pertanian.
Permintaan China terhadap produk pertanian diperkirakan meningkat seiring komitmen China untuk meningkatkan impor produk pertanian dari ASEAN senilai 150 miliar dollar AS untuk periode 2022-2026. Permintaan produk pertanian oleh China yang berpeluang meningkat di antaranya adalah produk rempah-rempah.
Studi Research and Market (2020) menyebutkan, permintaan produk rempah-rempah dari China menunjukkan tren peningkatan dan akan tumbuh pada kisaran 13 persen hingga tahun 2029 seiring peningkatan daya beli masyarakat serta berkembangnya industri makanan olahan dan obat herbal.
Di antara produk rempah Indonesia yang diminati adalah pala, bunga pala, dan kapulaga. Menurut data International Trade Centre, impor China untuk produk pala, bunga pala, dan kapulaga dari Indonesia meningkat 73 persen pada 2021 dengan nilai 144 juta dollar AS.
Kedua, Indonesia perlu memanfaatkan peluang menjadi bagian dari rantai produksi baterai listrik China. Permintaan baterai listrik diperkirakan terus meningkat mengingat China cukup serius mendorong penjualan mobil listrik dengan memberikan subsidi penjualan mobil listrik pada 2020 hingga 2022. China Association of Automobile Manufacturers menyebutkan, penjualan mobil listrik di 2022 akan tumbuh 47 persen atau lima juta unit.
Penjualan mobil listrik China ke depan diperkirakan terus meningkat seiring upaya China mengurangi emisi karbon dan mencari sumber pertumbuhan ekonomi baru. Menurut perkiraan Canalys (2021), persentase penjualan mobil listrik terhadap total penjualan mobil di China akan mencapai 35 persen pada 2025. Meningkat signifikan dibandingkan tahun 2022 yang sebesar 17 persen.
Indonesia perlu memanfaatkan peluang ini dengan menjadi bagian dari rantai produksi baterai listrik China karena Indonesia memiliki sumber daya nikel yang merupakan salah satu bahan baku baterai listrik.
Keunggulan teknologi dan inovasi China ini bisa dimanfaatkan untuk mendorong sektor ekonomi digital sehingga bisa menjadi sumber pertumbuhan ekonomi baru di Indonesia.
Ketiga, Indonesia perlu meningkatkan kerja sama teknologi dan inovasi dengan China, terutama untuk mengakselerasi perkembangan ekonomi digital. China dikenal sebagai salah satu negara yang berhasil mendorong perkembangan digital ekonomi.
Menurut China Academy of Information and Communications Technology, nilai ekonomi digital di China 7,1 triliun dollar AS, kedua terbesar di dunia setelah AS. China juga menjadi salah satu negara yang terdepan terkait infrastruktur digital karena telah berhasil membangun 1,43 juta stasiun pemancar jaringan 5G.
Kemajuan ekonomi digital China juga didorong kemajuan teknologi terkait big data, cloud computing, dan kecerdasan buatan (artificial intelligence). Keunggulan teknologi dan inovasi China ini bisa dimanfaatkan untuk mendorong sektor ekonomi digital sehingga bisa menjadi sumber pertumbuhan ekonomi baru di Indonesia.
Untuk mewujudkan peluang itu, Indonesia perlu mengoptimalkan kerja sama bilateral yang resiprokal dan saling menguntungkan dengan China. Upaya ini diharapkan bisa meningkatkan realisasi ekspor dan investasi yang pada gilirannya dapat mendukung pencapaian pertumbuhan ekonomi Indonesia yang lebih berkualitas.
Firman HidayatAnalis Eksekutif, Kantor Perwakilan BI di Beijing