logo Kompas.id
OpiniLogika Kompor Induksi
Iklan

Logika Kompor Induksi

Akankah kompor induksi menempuh jalur teknologi disruptif dan mengulangi kesuksesan LPG saat menggantikan minyak tanah dulu?

Oleh
Zainal Arifin
· 7 menit baca
Andi salah seorang pedagang menggunakan kompor induksi untuk berjualan di Kuliner Pintar Taman Blambangan, Banyuwangi, Selasa (24/2/2021).
KOMPAS/ANGGER PUTRANTO

Andi salah seorang pedagang menggunakan kompor induksi untuk berjualan di Kuliner Pintar Taman Blambangan, Banyuwangi, Selasa (24/2/2021).

Pakar manajemen perubahan Rhenald Khasali pernah menyatakan bahwa hanya ada dua perubahan besar di Indonesia dalam dekade ini: Perjanjian Helsinki dan konversi Minyak Tanah ke LPG. Perjanjian tahun 2005 tersebut menghentikan pertumpahan darah berpuluh-puluh tahun antara Gerakan Aceh Merdeka dengan pemerintah Indonesia sedangkan konversi LPG mematikan konsumsi minyak tanah di Indonesia yang telah digunakan jutaan orang berpuluh-puluh tahun sebelumnya.

Konversi LPG secara nasional tersebut dimulai pertengahan tahun 2006 untuk menurunkan beban subsisi minyak tanah yang sudah mencapai Rp 30 triliun saat harga minyak mentah 147 dollar AS per barel. Terlepas dari berbagai masalah terkait distribusi, keamanan dan keselamatan serta efektivitas proses adopsi teknologinya, program tersebut sukses. Perhitungan yang dilakukan pada kurun waktu 2009 hingga 2016, diklaim telah berhasil menghemat hingga Rp 189 triliun dengan jumlah tabung LPG yang beredar lebih dari 140 juta unit.

Editor:
HARYO DAMARDONO, ANDREAS MARYOTO
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000