”Potensial” Berbeda dengan ”Berpotensi”
Meski kata ”potensial” memiliki makna yang sama dengan ”berpotensi”, penggunaannya di dalam kalimat berbeda. Kata ”potensial” tidak dapat menggantikan kata ”berpotensi” sebagai predikat kalimat.
Dalam rubrik ini kerap dibahas bahwa kecermatan berbahasa menentukan kualitas kebahasaan. Selain cermat menggunakan tanda baca, ejaan, dan kalimat, seseorang juga mesti cermat dalam memilih diksi atau pilihan kata.
Terkait dengan diksi, kita sering menemukan dalam tulisan atau mendengarkan ujaran pembaca berita yang menggunakan kata potensial. Dalam susunan kalimat, kata potensial kerap disamakan penggunaannya dengan kata berpotensi yang menduduki fungsi predikat.
Dapatkah kata potensial menggantikan kedudukan berpotensi dalam kalimat?
Berikut beberapa contoh kalimat yang membuktikan bahwa kata potensial digunakan sebagai predikat dalam kalimat. Contoh diambil secara acak dari beberapa media daring yang diubah seperlunya.
- Tiga partai lagi, yakni Nasdem, Demokrat, dan PKS, potensial membangun satu koalisi lagi.
- Penghentian siaran analog potensial menumbuhkan ekosistem penyiaran baru di tingkat lokal atau daerah.
-Hubungan usaha dan energi potensial untuk dikembangkan jadi usaha baru.
Kata potensial dan berpotensi memiliki makna yang sama. Kata potensial, menurut KBBI, adalah kata sifat (adjektiva) yang bermakna ’mempunyai potensi (kekuatan, kemampuan, kesanggupan); daya berkemampuan’. Adapun berpotensi, yang memiliki makna yang sama itu, berkelas kata kerja (verba).
Ada makna lain dari kata potensial sebetulnya. Namun, makna tersebut tidak berhubungan dengan pembahasan ini karena merupakan istilah dalam bidang fisika, misalnya, ’tegangan listrik, lambang V; arus listrik’. Kata ini berkelas kata benda (nomina).
Baik potensial maupun berpotensi diturunkan dari kata yang sama: potensi. Kata potensi berkelas kata benda dan bermakna ’kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan; kekuatan; kesanggupan; daya’.
Frasa "Pertama Kali" yang Tepat dan Tidak Tepat
Salah satu ciri yang menyebabkan potensial digolongkan sebagai kata sifat ialah kemungkinannya yang bisa didahului kata sangat atau lebih (lihat penjelasan tentang kata sifat di KBBI daring).
Kata-kata sejenis potensial, seperti abnormal, faktual, imparsial, ideal, dan verbal, juga termasuk adjektiva. Dalam tuturan sering kita temukan frasa sangat potensial, lebih abnormal, sangat faktual, lebih imparsial, sangat ideal, dan sangat verbal.
Kata sifat juga bisa dicirikan dari kehadirannya mendampingi kata benda. Banyak linguis menyebutkan kata ini berfungsi menerangkan kata benda (fungsi atributif). Contoh: energi potensial, situasi abnormal, peristiwa faktual, peradilan imparsial, lelaki ideal, dan komunikasi verbal.
Karena fungsi atributif itu, kata sifat memiliki sifat atribut, yang melengkapi atau menjelaskan suatu kata benda. Kata ini selalu terikat pada kata benda tersebut.
Maka, sesuai dengan sifatnya yang atributif, mestinya kata potensial dalam kalimat contoh (misalnya, Tiga partai lagi, yakni Nasdem, Demokrat, dan PKS, potensial membangun satu koalisi lagi) mendampingi frasa tiga partai lagi. Sebagai catatan, kehadiran frasa yakni Nasdem, Demokrat, dan PKS dalam kalimat tidak memengaruhi struktur inti kalimat karena frasa tersebut hanya merupakan keterangan yang bisa dihilangkan.
Kehadiran potensial menyebabkan frasa nominal tiga partai lagi menjadi frasa nominal baru, yang terdiri dari nomina + adjektiva (tiga partai lagi + potensial). Dengan kata lain, kata potensial terikat pada frasa tiga partai lagi, yang dalam kalimat tersebut berfungsi sebagai subyek kalimat (tiga partai lagi potensial).
Baca juga: Waktu dan Tempat (Jangan) Dipersilakan
Namun, si penulis kalimat tersebut tidak memaksudkan kata potensial yang merupakan penjelas dari tiga partai lagi sebagai subyek, tetapi sebagai predikat. Kalau kita singkat, kalimatnya menjadi Tiga partai lagi potensial membangun satu koalisi lagi.
Kalau kita mencermati cara berpikir si penulis kalimat, maka frasa tiga partai lagi dianggap sebagai subyek, potensial sebagai predikat pertama, membangun sebagai predikat kedua, dan satu koalisi lagi sebagai obyek.
Tentu hal ini bertentangan dengan sifat adjektiva (potensial) yang bertugas melengkapi atau menjelaskan suatu kata benda, yang selalu terikat pada kata benda tersebut.
Keterangan ini juga dapat diterapkan pada dua contoh kalimat yang lain (Penghentian siaran analog potensial menumbuhkan ekosistem penyiaran baru di tingkat lokal atau daerah; Hubungan usaha dan energi potensial untuk dikembangkan jadi usaha baru).
Tampak bahwa kata potensial pada siaran analog potensial dan energi potensial tidak bisa dilepaskan. Kata sifat itu terikat pada kata benda yang dijelaskannya. Kedua frasa itu berfungsi sebagai subyek kalimat.
Kata potensial, yang dimaksudkan oleh si penulis kalimat tersebut sebagai predikat, dalam struktur kalimat tersebut dapat diganti oleh kata berpotensi yang tergolong kata kerja (verba). Meski keduanya memiliki makna yang sama, penggunaannya berbeda.
Baca juga: Jangan Salah Menggunakan Kata "Absen"
Potensial digunakan untuk menjelaskan kata benda yang didampinginya (sehingga menjadi satu kesatuan frasa, dan berfungsi sebagai subyek), sedangkan berpotensi digunakan untuk menjelaskan apa yang dikerjakan oleh si subyek, bukan menjelaskan makna si subyek.
Dengan demikian, ketiga contoh kalimat tersebut dapat diubah menjadi:
- Tiga partai lagi, yakni Nasdem, Demokrat, dan PKS, berpotensi membangun satu koalisi lagi.
- Penghentian siaran analog berpotensi menumbuhkan ekosistem penyiaran baru di tingkat lokal atau daerah.
-Hubungan usaha dan energi berpotensi untuk dikembangkan jadi usaha baru.
Kata kerja berpotensi pada ketiga kalimat itu berfungsi sebagai predikat pertama, bersama kata membangun, menumbuhkan, dan dikembangkan yang merupakan predikat kedua.
Potensial digunakan untuk menjelaskan kata benda yang didampinginya (sehingga menjadi satu kesatuan frasa, dan berfungsi sebagai subyek), sedangkan berpotensi digunakan untuk menjelaskan apa yang dikerjakan oleh si subyek, bukan menjelaskan makna si subyek.
Adapun pemakaian kata potensial yang tepat dapat kita lihat pada beberapa contoh kalimat berikut.
- Energi potensial merupakan energi yang berasal dari benda yang diam yang berada pada ketinggian tertentu.
- Pertanian adalah sektor potensial yang terkikis oleh zaman.
- ”Kawasan Jakarta yang potensial ini bisa dijadikan zona pertumbuhan baru,” kata Erick.
- Ia konsisten unggul dalam semua simulasi atas semua tokoh potensial yang akan maju sebagai capres pada Pemilu 2024.
Semua kalimat tersebut menunjukkan kepada kita bahwa baik kata potensial maupun frasa yang potensial merupakan penjelas dari kata atau frasa yang didampinginya. Kehadiran potensial dan yang potensial menyebabkan kata yang didampinginya itu menjadi frasa nominal dan berfungsi sebagai subyek kalimat, bukan predikat kalimat.
Nur Adji, Penyelaras Bahasa Kompas