Audit tidak hanya stadion, tetapi juga semua bangunan umum, seperti rumah sakit, mal, bangunan tinggi, dan gedung pertunjukan. Pada bangunan yang menampung banyak orang, perlu standar aspek keselamatan bangunan.
Oleh
A Agoes Soediamhadi
·2 menit baca
Presiden Joko Widodo memerintahkan kepada Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat untuk mengaudit semua stadion yang menyelenggarakan kompetisi sepak bola di Indonesia, dari Liga 1 sampai Liga 3 (Kompas, 6/10/2022).
Perintah itu merupakan respons atas tragedi di Stadion Kanjuruhan, Malang, yang menewaskan 131 orang dan sekitar 300 orang dirawat (Kompas, 27/10/2022).
Seyogianya audit tidak hanya stadion, tetapi juga semua bangunan umum, seperti rumah sakit, mal, bangunan tinggi, dan gedung pertunjukan. Pada bangunan yang menampung banyak orang, perlu standar aspek keselamatan bangunan. Dengan demikian, jika terjadi kebakaran atau gempa bumi, tidak timbul banyak korban.
Seharusnya kita disiplin dan taat aturan, bahwa bangunan tidak sesuai standar tidak mendapat izin mendirikan bangunan (IMB). Namun, ada saja penerbit IMB yang bisa disuap. Operasi tangkap tangan KPK terhadap Wali Kota Yogyakarta Haryadi Suyuti adalah contoh kasus suap pengurusan IMB.
Oleh sebab itu, audit suatu bangunan mutlak harus dilakukan untuk mengurangi risiko bencana. Mulai dari tahap perencanaan, pembangunan, sampai purnahuni.
Audit sistem pencegahan kebakaran, misalnya, meliputi komponen hidran, sprinkler, detektor asap, alat pemadam kebakaran, tangga kebakaran, rambu jalur penyelamatan, dan instalasi listrik. Selain itu, tentu saja masih banyak hal lain yang harus diaudit.
Perintah Presiden merupakan momentum untuk memulai audit total seluruh infrastruktur. Jangan sampai kita dikenal sebagai bangsa yang hanya membangun tanpa bisa merawat, terutama merawat kewarasan.
A Agoes SoediamhadiJl Langenarjan Lor, Yogyakarta 55131
Pancasila
Melihat situasi politik saat ini, saya teringat tulisan ”Ambyar” (Kompas, 20/11/2019).
Ada pihak-pihak yang kecewa karena tidak ikut menikmati kekuasaan. ”Nandur pari jebule thukul suket teki” (Menanam padi ternyata tumbuhnya rumput).
Sabar, kita masih dalam lingkup Pancasila. Ingat sejarah, warga yang terlalu haus kekuasaan memicu pemberontakan Madiun (1948) dan G30S (1965). Kita kehilangan orang-orang terpelajar dan tokoh-tokoh penting TNI. Semoga peristiwa itu tidak terulang lagi di negeri ini. Rugi nyawa, harta, dan segalanya.
Tuhan menciptakan manusia yang bertugas mamayu hayuning bawana (memperindah jagat raya yang cantik ini), indah dan kaya, Negara lain mengincar kita.
Kekurangan kita adalah jiwa dagang sangat lemah akibat penjajahan 3,5 abad. Ayo, jangan memperuncing konflik di antara kita. Kita contoh Nelson Mandela yang pemaaf dan negaranya menjadi jaya.