Mewaspadai Infeksi MRSA yang Berasal dari Rumah Sakit
Kasus infeksi MRSA yang sering terjadi di lingkungan rumah sakit sedang menjadi perhatian dunia, termasuk Indonesia. Meski infeksi ini secara umum tidak berbahaya, kalau dibiarkan dapat mengancam nyawa.
Saat ini, angka kejadian kasus Methicillin-resistant Staphylococcus aureus atau MRSA semakin tinggi dan sering menyebabkan infeksi nosokomial (infeksi yang terjadi di lingkungan rumah sakit), terutama pada pasien rawat inap. Eradikasi MRSA merupakan salah satu solusi dan perlu menjadi program utama di Program Pengendalian Infeksi Rumah Sakit.
Penyakit satu ini sedang menjadi perhatian dunia, termasuk Indonesia. Karena penyebarannya berada di lingkungan rumah sakit, penyakit ini menjadi ancaman tersendiri bagi para pasien yang menjalani rawat inap.
Methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA) adalah bakteri jenis stafilokokusyang sudah kebal terhadap banyak jenis antibiotik, seperti amoxicillin dan penisilin. Infeksi MRSA dapat ditandai dengan munculnya benjolan di kulit yang menyerupai jerawat dan terasa nyeri.
Staphylococcus aureus merupakan bakteri yang umumnya tidak berbahaya. Terkadang, bakteri ini hanya menyebabkan infeksi ringan yang mudah sembuh tanpa perlu diobati. Infeksi Staphylococcus umumnya dapat diatasi dengan antibiotik. Namun, akibat penggunaan antibiotik yang tidak rasional selama beberapa dekade, muncul suatu jenis Staphylococcus, seperti MRSA, yang tidak dapat lagi diatasi dengan berbagai antibiotik yang umum digunakan.
Baca juga: Gunakan Antibiotik Hanya untuk Penyakit akibat Infeksi Bakteri
Meskipun MRSA sering ditemukan di rumah sakit atau menyebabkan infeksi nosokomial, beberapa studi menunjukkan bakteri ini juga banyak terdapat pada telepon genggam. Para peneliti menguji 25 telepon genggam dan 20 persennya positif mengandung MRSA.
Staphylococcus aureus (S aureus) adalah bakteri yang umumnya berhabitat di kulit atau rongga hidung orang yang sehat. Individu sehat dapat membawa bakteri ini tanpa menunjukkan tanda-tanda infeksi. Namun, bakteri ini adakalanya dapat mengakibatkan penyakit seperti infeksi kulit, luka, saluran kencing, paru-paru, aliran darah, dan keracunan makanan.
Dikenal dua jenis infeksi MRSA, yaitu Hospital acquired MRSA (HA-MRSA) dan Community acquired MRSA (CA-MRSA). HA-MRSA yaitu infeksi MRSA yang ditularkan dalam lingkungan rumah sakit (infeksi nosokomial). Penularan dapat terjadi melalui kontak langsung dengan luka yang terinfeksi atau tangan yang terkontaminasi. HA-MRSA dapat menyebabkan infeksi yang serius, seperti infeksi pada aliran darah (bakteremia) dan paru-paru (pneumonia).
Sementara CA-MRSA adalah infeksi MRSA yang terjadi pada kulit dan ditularkan melalui kontak langsung dengan orang-orang di sekitar yang sudah lebih dahulu terinfeksi MRSA. Infeksi ini umumnya diakibatkan oleh kebersihan yang buruk.
Meskipun penyebab infeksi MRSA adalah bakteri Staphylococcus, terdapat kondisi tertentu yang menyebabkan infeksi MRSA lebih mudah terjadi. Seseorang memiliki potensi lebih tinggi untuk terkena MRSA jika menggunakan perangkat rumah sakit, seperti saat menjalani cuci darah, telah menjalani rawat inap di rumah sakit selama lebih dari tiga bulan.
Seseorang memiliki potensi lebih tinggi untuk terkena MRSA jika menggunakan perangkat rumah sakit, seperti saat menjalani cuci darah, telah menjalani rawat inap di rumah sakit selama lebih dari tiga bulan.
Selain itu, tentu saja karena memiliki kekebalan tubuh yang lemah, misalnya pengidap AIDS atau penderita kanker. Sementara itu, seseorang memiliki kemungkinan yang tinggi terkena MRSA jika sering berbagi pakai barang-barang pribadi, seperti peralatan olahraga, handuk, ataupun pisau cukur.
MRSA memang infeksi yang disebabkan oleh bakteri Staphylococcus yang sudah tidak mempan lagi terhadap banyak jenis antibiotik seperti amoxicillin atau penisilin. Staphylococcus adalah bakteri yang pada dasarnya tidak membahayakan dan hidup pada kulit serta hidung manusia. Namun, ketika pertumbuhannya tidak terkendali, bakteri ini dapat menyebabkan infeksi. Penggunaan antibiotik yang tidak tepat, telah diketahui sebagai faktor yang berkontribusi dalam menyebabkan resistensi terhadap antibiotik.
MRSA umumnya mengakibatkan infeksi kulit dan jaringan ringan, seperti jerawat, bisul, abses, atau infeksi pada luka. Area yang terinfeksi bisa jadi tampak merah, bengkak, dan terasa sakit atau mengeluarkan nanah. Terkadang, gejala yang lebih parah seperti infeksi aliran darah, infeksi paru-paru atau necrotising fasciitis (kerusakan jaringan) dapat terjadi.
Gejala MRSA
Secara umum, gejala infeksi kulit atau MRSA sama seperti infeksi kulit lain yang disebabkan oleh bakteri Staphylococcus. Timbul benjolan kemerahan di kulit yang menyerupai jerawat. Benjolan ini umumnya terasa hangat apabila disentuh dan dapat dengan cepat berubah menjadi bisul bernanah yang menimbulkan nyeri.
MRSA umumnya ditandai dengan gejala awal berupa bengkak atau benjolan merah yang menyakitkan seperti jerawat atau gigitan laba-laba. Area kulit yang terkena mungkin juga akan mengalami berbagai gejala, antara lain hangat saat disentuh, berisi nanah, disertai demam.
Benjolan ini bisa dengan cepat berubah menjadi abses yang dalam dan menyakitkan yang perlu dikeringkan melalui operasi. Terkadang bakteri tetap berada pada kulit, tetapi mereka juga bisa menyebar ke dalam tubuh dan menyebabkan infeksi yang berpotensi mengancam jiwa.
Terkadang bakteri tetap berada pada kulit, tetapi mereka juga bisa menyebar ke dalam tubuh dan menyebabkan infeksi yang berpotensi mengancam jiwa.
Pada sebagian besar kasus, bakteri Staphylococcus tetap berada di kulit. Namun, tidak menutup kemungkinan bakteri bisa masuk lebih dalam dan menyebabkan infeksi berbahaya pada darah, sendi, tulang, paru-paru, dan jantung. Hal yang lebih sering terjadi pada MRSA, antara lain demam, menggigil, lemas, batuk. Dijumpai pula sakit kepala, sesak napas, nyeri dada, dan nyeri otot
Cara penularan infeksi MRSA terutama adalah melalui kontak langsung dengan luka, cairan tubuh dan area yang terkontaminasi. Faktor risiko lainnya termasuk kontak dalam jarak dekat, kebersihan pribadi yang tidak baik dan kondisi tempat tinggal yang terlalu padat.
Cara mengatasi
Disarankan orang yang mengalami infeksi luka harus segera minta bantuan dokter agar infeksi dapat didiagnosis dengan tepat dan diobati secara efektif. Bisul atau abses mungkin perlu ditoreh dan dikeringkan. Jika diperlukan, dokter akan meresepkan antibiotik.
Faktor-faktor tertentu dapat meningkatkan risiko terkena MRSA, misalnya karena dirawat di rumah sakit, mengunjungi, berobat, atau bekerja di rumah sakit. Berpartisipasi dalam olahraga kontak juga merupakan potensi.
Ada faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko infeksi MRSA tersebut. Menjalani cuci darah secara berkala, dalam hal ini menggunakan perangkat medis yang masuk ke tubuh, seperti infus atau kateter. Juga pada penderita yang menjalani rawat inap di rumah sakit, terutama apabila lebih dari bulan bulan. Apalagi, apabila daya tahan tubuh lemah.
Juga ada beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan seseorang terkena MRSA, antara lain apabila bekerja di lingkungan yang padat oleh orang, misalnya barak militer, tempat penitipan anak, atau penjara. Bertempat tinggal di lingkungan yang padat dan kumuh pun merupakan faktor risiko. Tidak disarankan berbagi pakai barang pribadi, seperti peralatan olahraga, handuk, atau pisau cukur.
Mengeringkan semua pakaian dengan suhu panas, mencuci tangan dengan benar, dan cuci pakaian dengan air panas dan sabun cuci.
Sama sekali tidak boleh melakukan seks yang tidak aman, seperti lelaki yang berhubungan seks dengan lelaki. Demikian pula menggunakan obat-obatan terlarang, sebaiknya dihindari.
Baca juga: Infeksi Mematikan yang Perlu Diwaspadai
HA-MRSA dan CA-MRSA masih merespons pada beberapa jenis antibiotik. Pada beberapa kasus, pemberian antibiotik mungkin tidak diperlukan. Dokter mungkin akan memilih untuk mengeringkan abses yang dangkal yang disebabkan oleh MRSA daripada mengobati infeksi dengan obat-obatan.
HA-MRSA bisa diatasi dengan pemberian antibiotik melalui suntikan. Dosis dan lama pemberiannya bergantung pada tingkat keparahan kondisi penderita dan hasil pemeriksaan laboratorium. Sementara pengobatan untuk CA-MRSA cukup dengan pemberian antibiotik tablet. Namun, apabila infeksi semakin buruk dan meluas, dokter akan melakukan operasi kecil untuk mengeluarkan nanah. Tindakan ini memerlukan obat bius lokal.
Berkonsultasilah ke dokter jika muncul tanda dan gejala infeksi kulit seperti di atas, terutama yang diikuti dengan demam. Jika dibiarkan, infeksi MRSA dapat menyebar dan menimbulkan komplikasi serius yang mengancam nyawa.
Anies, Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang