Kita perlu belajar esensi olahraga, yaitu sportivitas untuk menghargai kemenangan dan tegar mengakui kekalahan. Jangan membuat kerusuhan, merusak fasilitas olahraga, apalagi mengorbankan nyawa.
Oleh
Rusdi Ngarpan
·2 menit baca
KOMPAS/DAHLIA IRAWATI
Suasana di depan RS Wava Husada, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Minggu (2/10/2022). Rumah sakit ini merupakan salah satu rumah sakit yang menangani korban tragedi sepak bola di Stadion Kanjuruhan, Malang. Kompas/Dahlia Irawati
Menonton sepak bola itu kegemaran dan hiburan. Melihat pemain saling mengoper bola, menyerang pertahanan lawan, dan menciptakan banyak gol adalah sesuatu yang asyik dan menarik.
Melihat tim kesayangan meraih kemenangan membuat hati bahagia. Senang membuat bibir tersenyum. Membuat mulut bisa tertawa lepas. Bisa bercerita dengan riang kepada teman dan saudara.
Sebaliknya, saat tim kebanggaan bermain tanpa gairah dan kalah, hati gundah dan marah. Tidak ada senyum, yang ada sumpah serapah pada pelatih dan pemain.
Bahkan, penonton yang fanatik bisa turun ke lapangan dan memicu kericuhan gara-gara tim kebanggaannya kalah. Seperti saat suporter Arema turun ke lapangan karena tim itu kalah dari Persebaya dengan skor 2-3 (Kompas, 3/10/2022) dan menjadi tragedi nasional.
Saya turut berdukacita atas korban yang jatuh dalam tragedi di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur. Sejauh ini ada 130 korban tewas dan sekitar 300 korban yang dirawat (Kompas, Rabu 5/10/2022). Berharap tim pencari fakta bisa mengungkap semua sebab-musabab, menghukum yang salah, dan merekomendasikan perbaikan agar tragedi memilukan itu tidak berulang.
Menang dan kalah dalam suatu pertandingan adalah hal yang biasa. Namun, sikap tidak dewasa membuat tim yang menang dipuja-puji sebagai hasil kecerdasan dan kerja sama. Sementara saat kalah, tim mendapat hujatan.
Semua itu sebenarnya bukti kecintaan suporter kepada tim yang didukungnya. Energi dukungan yang positif akan menjadikan tim tambah semangat. Energi tersebut perlu diarahkan ke tujuan yang positif pula. Misalnya, datang dan mendukung tim dengan dana dan moral.
Namun, kita juga perlu belajar esensi olahraga, yaitu sportivitas untuk menghargai kemenangan dan tegar mengakui kekalahan. Jangan membuat kerusuhan, merusak fasilitas olahraga, apalagi mengorbankan nyawa.
Kita harus ingat bahwa fasilitas olahraga dibangun menggunakan dana yang besar. Jika rusak, dana yang seharusnya bisa untuk pengembangan fasilitas lain terpaksa dialokasikan untuk memperbaiki kerusakan. Apalagi sampai mengorbankan nyawa, yang begitu berharga dan tidak ada gantinya.
Mari kita gunakan energi positif untuk mendukung tim kesayangan. Jangan anarkis. Demikian juga penanggung jawab pertandingan dan infrastruktur stadion olahraga, harus menjaga dan memenuhi standar keselamatan, baik untuk tim maupun pendukungnya. Salam olahraga.
Rusdi NgarpanJl Nusa Indah, Magersari, Rembang 59214