Forum G20 nanti hendaknya menjadi ajang diplomasi maritim Indonesia. Indonesia harus menyiapkan agenda besar yang akan membawa perubahan besar dunia, sebagai kekuatan ekonomi terbesar dunia di bidang kemaritiman.
Oleh
YONVITNER
·5 menit baca
SUPRIYANTO
Ilustrasi
Diplomasi maritim masih terlihat tawar dalam diplomasi regional Indonesia. Dari sekian lama bangsa ini bergaul dan berada dalam lingkungan internasional, kita harus mampu menyulap forum internasional menjadi ajang diplomasi maritim Indonesia. Sebagai ketua G20, kita harus dapat memanfaatkan momen ini sebagai momentum merebut kejayaan maritim.
Sebagai negara maritim, tidak hanya slogan poros maritim yang diperjuangkan, tetapi juga positioning Indonesia dalam memainkan peran pergerakan ekonomi dunia. Ada dua hal yang harus kita perkuat, yaitu sebagai negara produsen komoditas berbasis sumberdaya alam didunia dan sebagai negara pengelola jalur laut dunia.
Walaupun Belt dan Road Initiative (BRI) tidak sepenuhnya dapat dikatakan sukses, apa yang dilakukan China ini merupakan sebuah pembelajaran. Saat Konferensi Tingkat Tinggi G20, tahun 2016 China ingin pertemuan G20 bebas dari isu politik Laut China Selatan yang banyak melibatkan negara ASEAN, dan fokus pada isu ekonomi. Hal ini merupakan upaya penguatan hegemoni politik China pada transportasi maritim yang berbalut ekonomi dan politik.
Pengalihan isu saat itu mudah dipahami oleh orang awam sekalipun. Pembatasan pembicaraan kelompok G20 yang bebas dari isu sengketa wilayah di China selatan merupakan awal kemenangan diplomasi China dalam forum negara G20.
Tawaran mengaktifkan jalur perdagangan dan ekonomi menjadi pilihan yang kemudian kita kenal dengan BRI. Tesisnya bisa kita tebak bahwa kekuatan ekonomi China akan ditopang oleh kekuataan penguasaan lalu lintas laut strategis dunia melalui Laut China Selatan pada ”jalur sutra”.
Walaupun Belt dan Road Initiative (BRI) tidak sepenuhnya dapat dikatakan sukses, apa yang dilakukan China ini merupakan sebuah pembelajaran.
Kebangkitan ekonomi China sebagai negara produsen terbesar berikutnya turut mendorong intervensi lebih besar pada jalur laut. Globalisasi perdagangan dengan mitra di ASEAN dalam kemasan C-AFTA memberikan ruang yang lebih besar bagi China merebut pengaruh lebih dalam di negara ASEAN lainnya termasuk Indonesia.
Globalisasi dagang menjadi kendaraan China untuk memperkuat jaringan ekonomi melalui pemanfaatan ruang wilayah Laut. Kenapa laut, jawaban sederhana, yaitu karena laut lebih murah (cost effective) dan mampu mentransportasikan barang dalam kapasitas besar. Dengan demikian dapat dipastikan bahwa China akan mati-matian mempertahankan hegemoninya atas wilayah Laut China Selatan melalui berbagai forum dunia termasuk forum G20.
KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA
Beberapa kapal menjalani perawatan pada galangan kapal yang berada di kawasan Pelabuhan Tanjung Emas, Kota Semarang, Jawa Tengah, Selasa (21/7/2020). Transportasi laut saat ini memegang peranan penting dalam menggerakkan perekonomian di sejumlah pulau.
Agenda Indonesia
Forum G20 yang sudah di depan mata seharusnya menjadi ajang diplomasi maritim Indonesia. Kita jangan sampai terjebak situasi yang menempatkan Indonesia sebagai negara yang hanya menyenangkan seluruh peserta G20 sebagai panitia yang tidak berpihak ke mana pun atau menjadi panitia yang baik. Namun, kita harus menyiapkan agenda besar kita yang akan membawa perubahan besar dunia, sebagai kekuatan ekonomi terbesar dunia di bidang kemaritiman.
Untuk masuk ke dalam pusaran itu, setidaknya ada agenda besar yang dapat diusung Indonesia dalam G20 dengan modalitas negara maritim yang besar. Agenda besar yang dapat didorong Indonesia adalah sebagai mesin pusat pengendali iklim dunia, pusat konservasi maritim dunia, serta pusat budaya dan peradaban maritim dunia.
Ketika tema keamanan dan kedigdayaan kekuatan maritim diperebutkan oleh Amerika dan sekutunya versus China dan sekutunya, kita harus mampu melihat sisi lain yang lebih menguntungkan Indonesia.
Di tengah peningkatan kejadian bencana karena perubahan iklim, pengaruh hidrometeorologi dan aktivitas geologi lainya, maka peluang Indonesia untuk mengambil peran lebih besar. Banyak negara maju yang berukuran kecil turut terdampak iklim, tetapi tidak mampu berbuat banyak.
Perubahan iklim yang terjadi secara masif, sistemik, dan kontinu terus mengarah pada penurunan kualitas manusia dan sumberdaya alam jangka panjang. Bermodal dengan laut yang luas, pulau yang banyak, dan posisi yang strategis, maka secara makro hingga mikro Indonesia akan memainkan peran lebih besar. Tawaran Indonesia sebagai climat engine menjadi tawaran politik ekologis yang pantas untuk internasional.
Ketika seluruh dunia berjuang untuk adaptasi dan mengurangi dampak perubahan iklim, keberadaan laut yang dilintasi arlindo, pulau dengan ekosistemnya berciri tropis, serta sumberdaya menjadi modal utama adaptasi dan resiliensi dunia.
Resiliensi terhadap perubahan suhu air bisa tereleminasi oleh lingkungan tropisi yang dinamik, resiliensi sumberdaya alam untuk ketahan pangan food security, dan stabilitas global akan banyak dimandatkan ke Indonesia. Sebagai mesindari iklim regulator dunia, Indonesia akan menjadi pusat bagi seluruh dunia untuk survive jangka panjang. Peran ini merupakan sebuah tema diplomasi maritim yang dapat diperkuat saat forum G20.
Agenda kedua ialah mendorong perairan tropis sebagai pusat konservasi dunia berbasis laut. Konservasi sumberdaya, habitat, dan ekosistem, serta spesies menjadi sentral di masa mendatang.
Peningkatan populasi manusia menuju 8 miliar mendorong peningkatan kebutuhan pangan yang luar biasa besarnya sehingga perlu memetakan daerah cadangan pangan dunia serta daerah sumberdaya lainya untuk ketahanan pangan. Salah satu daerah yang potensial sebagai pusat pangan dunia baik di darat, laut, maupun pesisir adalah Indonesia.
Dengan kondisi sumberdaya yang multispesies serta kemampuan tumbuh dan berkembang sepanjang tahun, sesungguhnya Indonesia sangat ideal sebagai daerah penyedia pangan berkelanjutan dunia. Dengan program konservasi yang saat ini mencapai 23 juta hektar lebih, Indonesia sangat potensial sebagai pengendali pangan dunia.
Salah satu daerah yang potensial sebagai pusat pangan dunia baik di darat, laut, maupun pesisir adalah Indonesia.
Sustainability pangan akan sangat terkait dengan sustainability konservasi spesies, habitat, dan ekosistemnya. Untuk itu, tidak salah menempatkan konservasi sebagai salah satu agenda diplomasi maritim Indonesia dalam G20 di Bali nanti.
Sebagai pusat peradaban dan budaya maritim, Indonesia mempunyai keunggulan yang sangat besar dibandingkan dengan bangsa lain. Masyarakat dengan budayanya, nilai yang dianut dalam mengelola sumberdaya alam dan ekosistem, serta sosio kultural lainya menjadi pengikat negara maritim.
Masyarakat adat, masyarakat tradisional, serta masyarakat pulau menjadi sebuah entitas budaya maritim yang kuat dengan nilai dan budaya sebagai bangsa maritim. Semangat juang yang kuat di laut, penguasaan terhadap lingkungan, serta pola yang adaptif terhadap lingkungan telah melahirkan Indonesia sebagai sebuah negara maritim yang tanggguh sejak sebelum kemerdekaan.
Indonesia harus cerdik mengambil tempat dan momentum dalam mengambil manfaat lebih besar dalam percaturan global. Tidak unggul dalam teknologi, tetapi kita harus punya teknologi. Tidak unggul dalam pengetahuan, tetapi kita harus unggul dalam percepatan adopsi pengetahuan.
Unggul dalam sumberdaya alam laut, fungsi kawasan, dan nilai serta budaya harus cepat dijadikan momentum dalam merebut peran dan pengaruh global. Kondisi ini akan menempatkan Indonesia memiliki peran besar bagi dunia. Jangan biarkan G20 lewat tanpa ada misi Indonesia yang melekat.
Yonvitner, Kepala Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan (PKSPL) IPB University