logo Kompas.id
OpiniBatik dan Dilema...
Iklan

Batik dan Dilema Demokratisasinya

Teman-teman pencinta batik garis keras umumnya menolak mengklasifikasikan batik cetak sebagai batik, sebagian bahkan tak sudi memakainya. Banyak yang memilih berburu batik tulis dan cap lawas.

Oleh
Lynda Ibrahim
· 5 menit baca
Ilustrasi
SUPRIYANTO

Ilustrasi

Hari ini pada 2009, UNESCO menetapkan batik sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Non-Bendawi. UNESCO menyebutkan bahwa teknik, simbolisme, dan budaya yang terkait pada pembuatan batik layak masuk sebagai warisan dunia.

Ibu saya adalah putri pebatik Surakarta yang menyaksikan ibunya mengurus grup pebatik di rumah dan kedai batik di pasar. Batik pertama yang beliau hadiahkan adalah selendang kecil batik tulis yang saya pakai menggendong boneka. Saat saya kecil, batik umum dipakai sebagai kain adat, kemeja pria, dan seragam sekolah. Saya sempat melihat batik dianggap kuno sebelum bangkit pada akhir 1990-an. Makin ke sini makin beragam bahan, teknik dan aplikasinya pada busana jadi. Dari katun, sutra, dan rayon. Untuk gaun pesta, dasi, taplak meja, tutup galon air mineral, dan bikini.

Editor:
MOHAMMAD HILMI FAIQ
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000