Azyumardi berhasil meyakinkan publik Barat bahwa Islam Indonesia, dengan mayoritas Muslim terbesar di dunia, berhasil menjadi model dan inspirasi untuk tumbuhnya negara modern Indonesia yang maju dan demokratis.
Oleh
SUKIDI
·5 menit baca
HERYUNANTO
Heryunanto
Profesor Azyumardi Azra keluar dari ruang pertemuan di Universitas Harvard dengan wajah ceria. Ia merasa tersanjung atas apresiasi dan pujian intelektual yang diberikan Roy Mottahedeh, raksasa intelektual di Harvard, atas karyanya The Origins of Islamic Reformism in Southeast Asia (2004).
Dipertahankan dengan sukses pada tahun 1992, disertasinya yang mengeksplorasi asal-muasal gerakan pembaruan Islam melalui jaringan ”ulama” Malaysia-Indonesia dan Timur Tengah abad ke-17 dan ke-18 ini mengantarkan Azyumardi sebagai figur intelektual Islam dengan skala dunia.
Ia dikenal publik luas bukan hanya di Timur Tengah dan Asia Tenggara, melainkan juga di Barat, terutama di Amerika dan Eropa. Inilah karya intelektual terbaiknya.
Itu merupakan prestasi intelektual yang pantas diraih Azyumardi mengingat keluasan dan kedalaman studi doktoralnya itu, yang hampir tak pernah diteliti semua sejarawan lain, baik sarjana Indonesia maupun asing.
Intelektual Islam kelas dunia
Semua mahasiswa paham belaka bahwa menyusuri jaringan ”ulama” dan sekaligus mobilitas ide pembaruan Islam dari satu tempat ke tempat lain dan dalam rentang waktu sejarah yang panjang hingga beberapa abad ke belakang sungguh merupakan kajian ilmiah yang membutuhkan ketekunan dan kegigihan ekstra.
Dan Azyumardi berhasil menunaikan tugas intelektual yang mahaberat itu di Columbia. Kebanggaannya pada Columbia sebagai pusat unggulan dalam studi sejarah Islam layak diapresiasi.
Azyumardi menjadi kelanjutan cerita sukses dari program studi Islam di Amerika.
Titik kisar perjalanan intelektual di Columbia, New York, membentuk diri Azyumardi sebagai seorang intelektual Islam yang terbuka, kosmopolitan, dan demokratis.
Setelah kesuksesan tiga pendekar Chicago—Amien Rais, Nurcholish Madjid, dan Ahmad Syafii Maarif—dalam meraih PhD di Universitas Chicago, Azyumardi menorehkan tinta emas intelektualnya, mulai dari MA sampai PhD, di Universitas Columbia. Titik kisar perjalanan intelektual di Columbia, New York, membentuk diri Azyumardi sebagai seorang intelektual Islam yang terbuka, kosmopolitan, dan demokratis.
Azyumardi menjadi produk gemilang dari generasi emas intelektual Islam Indonesia yang sukses belajar di Amerika dan, sekembali ke Tanah Air, terlibat aktif dalam memikirkan kembali wajah Islam yang mampu menjadi inspirasi intelektual untuk Indonesia dan dunia.
Dia sadar betul bahwa universitas terbaik untuk studi Islam dan ilmu-ilmu sosial-politik sekarang ini banyak berpusat di Barat. Kesadaran inilah yang membuat Azyumardi memiliki tanggung jawab moral- intelektual yang tinggi untuk selalu mencetak generasi baru intelektual Islam agar studi di Barat ikut mewarnai dan berkontribusi pada peran penting Islam untuk berkembangnya toleransi dan demokrasi modern di Indonesia.
KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN
Azyumardi Azra
Dalam rangka mewujudkan impiannya itu, Azyumardi selalu ringan tangan untuk menuliskan rekomendasi, mencarikan beasiswa, dan bahkan meyakinkan profesor di Amerika dan Eropa agar berkenan menerima mahasiswa Indonesia.
Sepulang dari kunjungan luar negeri, oleh-oleh terindah yang sering kali diwartakan Azyumardi kepada koleganya adalah ketersediaan beasiswa untuk program master dan doktoral di Barat.
Ia menjadi orang yang paling berjasa dalam mengirim generasi baru intelektual Islam studi di Barat.
Lahirnya gelombang besar dari generasi baru intelektual Islam yang berpendidikan Barat adalah berkat jasa intelektual Azyumardi.
Inilah amal jariah intelektualnya yang akan selalu dikenang dalam memori kolektif generasi intelektual Islam sebagai bagian penghormatan atas warisan intelektualnya.
Pada awal dan akhirnya, Azyumardi tetaplah seorang guru dan pendidik, yang selalu merasakan kebahagiaan paripurna ketika menyaksikan anak didiknya berakhir sukses. Ciputat menjadi lahan tersubur atas kesuksesan Azyumardi dalam mencetak generasi baru intelektual Islam.
Berkat pendidikan di Columbia, dengan pikiran terbuka, metodologi sejarah yang solid, serta penguasaan tradisi Islam dan masyarakat Muslim Asia Tenggara dan Timur Tengah yang komprehensif, Azyumardi menjadi satu-satunya intelektual Islam yang paling sering diundang ke Amerika dan Eropa untuk memberikan kuliah publik tentang Islam, toleransi, dan demokrasi di Indonesia.
Ciputat menjadi lahan tersubur atas kesuksesan Azyumardi dalam mencetak generasi baru intelektual Islam.
Jarang disadari bahwa Azyumardi telah menorehkan prestasi gemilangnya sebagai duta besar Islam Indonesia yang toleran, terbuka, dan demokratis ke dunia Barat.
Ia berhasil meyakinkan publik Barat bahwa berbeda dengan Islam di Timur Tengah, Islam Indonesia, dengan mayoritas Muslim terbesar di dunia, berhasil menjadi model dan inspirasi untuk tumbuhnya negara modern Indonesia yang maju dan demokratis.
Citra Islam Indonesia yang harum di Barat menjadi sumbangsih berharga Azyumardi untuk Islam dan Indonesia.
Inspirasi generasi baru intelektual Islam
Kepergian Azyumardi tak berselang lama dengan wafatnya Ratu Elizabeth II, ratu Kerajaan Inggris yang memberikan penghargaan kehormatan Commander of the Order of British Empire pada 2010.
”Setiap tahun Yang Mulia Ratu Elizabeth II dengan murah hati memberikan penghargaan kehormatan kepada orang-orang dari semua lapisan masyarakat di seluruh dunia yang telah membuat perbedaan-perbedaan signifikan bagi komunitas mereka,” pesan Ratu Elizabeth II melalui Duta Besar Inggris untuk Indonesia.
KOMPAS/WAWAN H PRABOWO
Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah, Azyumardi Azra, memberikan buku kepada Wakil Presiden Ma’ruf Amin serta Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 Jusuf Kalla dalam acara tasyakuran dan peluncuran delapan buku Azyumardi bertema ”Politik Global dengan Islam Wasathiyah, Mencegah Ekstremisme dan Terorisme” di Perpustakaan Nasional, Jakarta, Rabu (4/3/2020).
Dengan penghargaan ini, Azyumardi menjadi satu-satunya intelektual Islam Indonesia yang berhasil mendapatkan penghargaan prestisius ini atas jasa intelektualnya dalam membuat perbedaan-perbedaan yang signifikan terhadap masyarakat Muslim Indonesia.
Kontribusi yang signifikan ini terefleksikan pada konsistensi Azyumardi, tanpa kenal lelah dan tanpa sikap menyerah, dengan menunjukkan dedikasi dan perjuangan hidupnya untuk memperkuat pemahaman antarumat beragama selama bertahun-tahun.
Penghargaan kehormatan itu, menariknya, justru diberikan Pemerintah Inggris sebagai bentuk pengakuan dan penghormatan bahwa pekerjaan seperti yang diperjuangkan oleh Azyumardi itu penting untuk memperkuat hubungan yang lebih konstruktif antara agama-agama besar di Indonesia dan, lebih dari itu, dapat menjadi inspirasi untuk perdamaian dunia.
Perjuangan, karya, dan warisan intelektual Azyumardi seyogianya menjadi inspirasi bagi generasi baru intelektual Islam untuk berkontribusi aktif dalam mewujudkan cita-cita keislaman inklusif yang senapas dengan cita-cita negara Indonesia modern yang demokratis.