Pembiayaan kesehatan oleh BPJS Kesehatan meringankan banyak warga yang membutuhkan layanan kesehatan. Lembaga ini diharapkan meningkatkan kualitas pelayanannya sehingga memudahkan masyarakat ketika mengaksesnya.
Oleh
samsuridjal djauzi
·5 menit baca
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO (TOK)
Cendekiawan Berdedikasi Prof DR Dr Samsuridjal Djauzi, SpPD-KAI FACP Guru Besar FKUI
Saya mulai mendaftar BPJS Kesehatan sejak tahun 2017. Sudah 5 tahun ini saya menggunakan kepesertaan saya saat berobat. Saya, istri dan dua orang anak berumur 13 dan 11 tahun menggunakannya. Kami memang relatif jarang sakit. Saya berumur 40 tahun dan istri 35 tahun hanya menggunakan BPJS sesekali saja. Mungkin dalam setahun hanya satu sampai dua kali. Namun, saya pernah mengalami dua hal yang perlu biaya yang cukup besar. Anak pertama saya didiagnosis infeksi usus buntu dan dalam keadaan terlambat sehingga perlu menjalani operasi yang besar. Biayanya tentu mahal, namun dapat dibiayai sepenuhnya oleh BPJS. Istri saya pernah terjatuh dari tangga rumah. Lengan kirinya patah dan memerlukan operasi dan dirawat di rumah sakit selama lima hari. Untunglah semua biaya juga dapat didukung oleh BPJS Kesehatan.
Saya pernah merasa nyeri di daerah dada kiri. Istri saya segera membawa saya ke unit gawat darurat karena khawatir saya mengalami serangan jantung. Untunglah setelah diperiksa dan dipantau selama 24 jam jantung saya dinyatakan sehat. Istri kadang-kadang konsultasi pada dokter kandungan, hanya keluhan ringan, dan semuanya menggunakan BPJS Kesehatan. Semula terus terang saya merasa kurang percaya pada BPJS Kesehatan, namun sekarang manfaatnya mulai tampak. Jumlah orang yang dilayani semakin banyak. Dulu banyak orang tak menjalani operasi, bukan karena tak mau, tapi karena tak ada biaya. BPJS Kesehatan kita kalau tak salah sudah berjalan delapan tahun. Sudah tentu sebagai lembaga yang melayani masyarakat, BPJS Kesehatan terus berbenah, berusaha memberikan layanan yang baik.
Dari segi penyakit, cakupan penyakit yang dibiayai pengobatannya oleh BPJS Kesehatan cukup banyak. Bahkan, cuci darah yang amat mahal sekalipun dibiayai. Saya percaya bahwa fasilitas layanan kesehatan (rumah sakit dan pelayanan kesehatan primer) terus berusaha memberi pelayanan yang terbaik. Layanan kesehatan sudah tentu banyak dipengaruhi oleh pelayanan di layanan kesehatan primer, sekunder, maupun tersier. Baik itu kecepatan, keramah-tamahan, dan sudah tentu juga mutu pelayanan. Sistem pembiayaan kesehatan nasional kita tidak hanya mampu memberikan dukungan pembiayaan pada masyarakat, namun juga mampu mewujudkan biaya pengobatan yang lebih rasional.
Sebagai peserta, saya memiliki harapan agar di masa depan BPJS Kesehatan dapat memanfaatkan kemajuan teknologi informasi. Untuk mendapat layanan, kita perlu memenuhi persyaratan administrasi yang memang dibutuhkan untuk menjaga sistem layanan berjalan dengan benar. Namun, saya merasakan administasi BPJS Kesehatan dapat dimajukan dengan memanfaatkan teknologi informasi. Apakah mungkin Artificial Intelligence (AI) dapat dimanfaatkan agar peserta tak perlu sibuk ke berbagai layanan untuk mendapat surat rujukan dan konfirmasi. Peserta BPJS Kesehatan sekarang ini juga harus melakukan banyak fotokopi yang memakan waktu dan biaya. Mungkin administrasi manual dapat digantikan oleh sistem informasi sehingga peserta tak harus membuang banyak waktu dan dapat menikmati kemudahan. Sistem pelayanan rumah sakit yang baik serta sistem administrasi yang sederhana akan menjadikan pasien berobat dengan nyaman. Terima kasih atas perhatian Dokter.
S di J
KOMPAS/ADHITYA RAMADHAN
Warga Kota Gunung Sitoli, Sumatera Utara antre mendaftar menjadi peserta BPJS Kesehatan di kantor BPJS Kesehatan setempat, Kamis (5/3). Mengantre lama saat mendaftar kepesertaan BPJS Kesehatan menjadi salah satu hal yang sering dikeluhkan masyarakat sejak Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) diimplementasikan 1 Januari 2014. Kompas/Adhitya Ramadhan (ADH) 05-03-2015
BPJS mulai beroperasi di negeri kita pada tahun 2014. Masa yang relatif masih singkat dibandingan dengan sistem pembiayaan kesehatan negara maju. Bahkan Thailand sudah mempunyai asuransi nasional bidang kesehatan pada tahun 2004, 10 tahun lebih awal dari Indonesia. Pada mulanya, Thailand juga menghadapai banyak tantangan. Namun, setelah berjalan sekitar 10 tahun, layanan mulai lancar dan lebih efisien. Kita berharap dukungan pembiayaan kesehatan di negeri kita oleh BPJS Kesehatan juga dapat terus ditingkatkan dan semakin efisien.
Masyarakat berharap layanan kesehatan oleh puskesmas, dokter praktik, dan rumah sakit semakin ramah dan nyaman. Pada kenyataan, dalam sepuluh tahun terakhir ini saya menyaksikan banyak perubahan yang menggembirakan dalam pelayanan kesehatan kita. Layanan kesehatan bukan hanya semakin ramah, tetapi juga berusaha mempermudah dan menyenangkan pasien. Ruang tunggu rumah sakit, sistem antrean, bahkan toilet rumah sakit sudah berubah. Sudah semakin baik. Masyarakat tentu merasakan perubahan itu.
Namun, sebenarnya juga terjadi perubahan penting dalam menjaga kepentingan dan keselamatan pasien. Rumah sakit mempunyai prosedur yang diusahakan agar pasien dapat dilayanani dengan baik dan selamat. Keselamatan pasien merupakan hal yang tak dapat ditawar. Tidak boleh lagi pasien tertukar, obat tertukar, atau cara pemakaian obat salah. Bahkan, tak boleh juga terjadi pasien jatuh di rumah sakit karena lantai yang licin. Rumah sakit yang kurang memerhatikan keselamatan pasien akan mendapat akreditasi yang rendah. Di rumah sakit juga sudah dilaksanakan layanan perjanjian dokter hingga catatan medik secara daring. Bahkan, sekarang sudah banyak rumah sakit yang tak menggunakan kertas resep lagi. Obat dapat diambil di apotek karena penulisan resep dilakukan secara daring.
Di banyak rumah sakit memang masih terjadi masa tunggu pelayanan dan masuk ke ruang perawatan rumah sakit yang relatif lama. Kita masih kekurangan tempat tidur rumah sakit dan kita juga masih kekurangan tenaga kesehatan. Kementerian Kesehatan sedang berusaha untuk mengatasi hal tersebut. Satu lagi yang juga sedang direncanakan Kementerian Kesehatan adalah peningkatan upaya penyuluhan dan pencegahan yang semakin berdaya guna. Selama ini, perhatian kita lebih tertumpah pada pengobatan dan kurang peduli pada upaya pencegahan. Pandemi Covid-19 mengajarkan kepada kita bagaimana pentingnya upaya penyuluhan dan pencegahan. Jadi, pemantauan penyakit (surveillance) juga menjadi kegiatan yang amat diperlukan.
Keselamatan pasien merupakan hal yang tak dapat ditawar. Tidak boleh lagi pasien tertukar, obat tertukar, atau cara pemakaian obat salah.
Kita bersyukur pelayanan publik kita banyak tertolong oleh kemajuan sistem informasi dan teknologi. Lihatlah layanan bandara, stasiun kereta api, bank, imigrasi, kecamatan dan kelurahan sekarang jauh lebih nyaman. Karena itu, kita tunggu layanan BPJS Kesehatan juga akan semakin nyaman. Saya percaya teman-teman pengelola sedang berusaha keras untuk memanfaatkan kemajuan teknologi untuk efisiensi dan kenyamanan pasien. Bahkan, jika sistem AI dimanfaatkan untuk verfikasi layanan fasilitas kesehatan, kita berharap verifikasi akan berjalan jauh lebih cepat dan akurat.
Satu hal lagi yang banyak diusulkan peserta BPJS Kesehatan adalah kesempatan komunikasi antara pengelola dan peserta. Mungkin BPJS Kesehatan dapat mengadakan acara seminggu sekali di radio, tv, atau media sosial untuk meningkatkan komunikasi dengan peserta. Mungkin banyak usulan peserta yang dapat ditindaklanjuti. Masyarakat juga perlu mendukung BPJS Kesehatan. Di pemukiman saya, honor petugas sekuriti amat rendah, karena itu jemaah masjid sepakat menanggung biaya iuran BPJS Kesehatan mereka. Mereka tak memenuhi syarat untuk menjadi peserta bebas iuran, namun amat berat untuk dapat membayar iuran dari penghasilan yang tak seberapa. Mudah-mudahan banyak inisiatif dari lembaga kemasyarakatan untuk mendukung BPJS Kesehatan, termasuk kesinambungan iuran peserta. Semoga Anda sekeluarga sehat selalu.