Tidak ada waktu untuk bersantai. Liz Truss mesti bersiap dan bergegas menghadapi badai yang menerjang perekonomian dunia, termasuk Inggris.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Perekonomian dunia suram dan diwarnai ketidakpastian. Perang Rusia-Ukraina yang pecah sejak setengah tahun lalu tidak kunjung usai. Kebangkitan ekonomi pascapandemi Covid-19 mereda belum sepenuhnya terjadi. Harga pangan dan energi naik. Inflasi tinggi. Berbagai risiko masih mengintai.
Negara Ratu Elizabeth itu juga menghadapi hari-hari penuh gejolak dan tantangan akibat harga-harga yang naik dan inflasi yang meroket. Dalam rilis Kantor Statistik Nasional Inggris, inflasi tahunan per Juli 2022 sebesar 10,1 persen. Angka ini merupakan yang tertinggi sejak tahun 1982. Harga pangan yang naik 12,7 persen dalam setahun menjadi penyumbang utama inflasi.
Inflasi diperkirakan masih akan mendaki jika harga energi tidak kunjung turun. Harga energi, yang pasokannya terbatas akibat invasi Rusia ke Ukraina, sudah dua kali lipat dibandingkan Mei 2022.
Bank sentral Inggris, Bank of England, pun menaikkan suku bunga acuan ke 1,75 persen untuk membawa inflasi turun ke level 2 persen, sesuai target. Dengan proyeksi inflasi menyentuh 13,3 persen pada Oktober 2022, Bank of England diperkirakan masih akan menaikkan lagi suku bunga acuannya. Banyak rumah tangga di Inggris yang tagihannya meningkat. Biaya hidup membengkak.
Menurut Dana Moneter Internasional (IMF), perekonomian Inggris, yang sudah tidak lagi menjadi anggota Uni Eropa sejak tahun 2021, diperkirakan tumbuh 3,2 persen pada 2022 dan 0,5 persen pada 2023. Hari-hari yang berat masih cukup panjang.
Di tengah kondisi yang penuh tantangan ini, Elizabeth Mary Truss terpilih sebagai Perdana Menteri (PM) Inggris. Ia otomatis menjadi PM setelah mengalahkan pesaingnya, Rishi Sunak, sebagai pemimpin Partai Konservatif. Truss, yang sebelumnya menjabat Menteri Luar Negeri, menggantikan Boris Johnson yang mundur pada Juli 2022. Setelah Johnson menyatakan pengunduran dirinya, ibu dua anak ini menyingkat kehadirannya dalam pertemuan Menteri Luar Negeri G20 di Bali dan segera kembali ke Inggris.
Truss adalah perempuan ketiga yang menjabat PM Inggris, setelah Margaret Thatcher dan Theresa May. Ada sejumlah hal yang akan dilakukan perempuan berusia 47 tahun ini setelah terpilih sebagai pemimpin Partai Konservatif. ”Saya akan melakukan langkah berani agar kita bisa melalui kondisi yang sulit ini, menumbuhkan perekonomian, dan membebaskan potensi Inggris,” cuitnya melalui Twitter setelah terpilih.
Tidak ada waktu bersantai bagi Truss di rumah sekaligus kantornya di Downing Street 10, London. Langkah-langkahnya dalam memulihkan perekonomian Inggris dinanti.
Mengutip komentar Andrew Woodcock, editor politik The Independent, Truss akan langsung menghadapi badai.