Kita menyadari bahwa perlu waktu untuk membenahi fasilitas-fasilitas tersebut. Namun, perlu gerak cepat untuk segera menjadikan tujuan-tujuan wisata di selatan Jabar ini segera mendunia.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Pengembangan wilayah selatan Jawa belum terintegrasi. Pemerataan kualitas fasilitas tujuan wisata antar-wilayah menjadi keniscayaan.
Perniagaan tempo dulu, seperti terwujud dalam peninggalan-peninggalannya, banyak terpusat di utara Jawa. Seiring dengan kesibukan aktivitas berabad-abad itu, lahir pelabuhan-pelabuhan semacam Tanjung Priok di Jakarta, Tanjung Emas di Semarang, Tanjung Perak di Surabaya. Tak ketinggalan, bandara-bandara di kota-kota tersebut.
Terbangunnya aktivitas ekonomi di utara Jawa, tak lepas dari posisi strategis kota-kotanya yang lebih terhubung dengan wilayah lain, sebut saja Pulau Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi. Adapun kota-kota di sisi selatan terletak cukup jauh, sehingga harus diakses melalui perjalanan darat dengan waktu tempuh relatif lama.
Posisi kota-kota di selatan Jawa yang sulit terjangkau membuat perkembangan fasilitas dan infrastruktur kurang optimal. Terlebih, medan jalan darat yang penuh tanjakan-turunan serta berkelak-kelok, menjadikan berbagai proyek tak bisa dipaksakan berjalan sebentar.
Layak disyukuri, pemerintah menjadikan wilayah selatan Jawa sebagai salah satu prioritas pertumbuhan ekonomi baru. Di Jawa Barat, gairah itu diharapkan terdongkrak, salah satunya melalui gelaran Cycling de Jabar. Dalam event ini kunjungan 60 pesepeda peserta berikut tim pendukung plus panitia lomba, beserta pemerintah setempat yang juga menggelar pameran produk UMKM lokal, menjadi pemantik kegairahan ekonomi setempat.
Menyusuri 319 kilometer dari start di Geopark Ciletuh, Kabupaten Sukabumi, hingga finis di Pangandaran, tur sepeda ini berupaya mengungkit kunjungan ke destinasi wisata di selatan Jabar, sembari mengeksplorasi kisah-kisah menarik di balik bangkitnya UMKM setempat.
Membandingkan Ciletuh sebagai lokasi start etape pertama, pantai Ranca Buaya sebagai titik finis etape perdana dan start etape kedua, serta Pangandaran yang menjadi lokasi finis etape kedua, terlihat kualitas infrastruktur yang masih timpang. Destinasi wisata berstandar internasional mengharuskan kesempurnaan fasilitas, mulai dari penyediaan akomodasi dan transportasi, kenyamanan wisatawan, hingga jaringan telekomunikasi seiring animo turis bermedia sosial.
Kita menyadari bahwa perlu waktu untuk membenahi fasilitas-fasilitas tersebut. Namun, perlu gerak cepat untuk segera menjadikan tujuan-tujuan wisata di selatan Jabar ini segera mendunia. Pembangunan Bandara Wiriadinata di Tasikmalaya, dan Bandara di Sukabumi, semoga bisa menjadi bagian dari percepatan itu.
Pembangunan dua bandara di selatan Jabar itu, harapannya membuahkan konektivitas dengan wilayah selatan Jawa Tengah-DI Yogyakarta, di mana sudah tersedia Bandara Jenderal Soedirman di Purbalingga, dan Bandara Internasional Yogyakarta di Kulonprogo. Koneksi itu, dari sisi transportasi juga diharapkan terhubung dengan Ponorogo-Pacitan dan Lumajang-Banyuwangi di Jawa Timur.
Urgensi konektivitas ini berulang kali disampaikan Gubernur Jabar Ridwan Kamil. "Di mana ada konektivitas, ekonomi akan berkembang," kata dia. Konektivitas juga selayaknya bukan hanya dalam fasilitas transportasi, tetapi juga promosi serta penyempurnaan fasilitas-fasilitasnya.