Di Provinsi Shandong dan Henan, China, dilaporkan muncul virus baru yang menimbulkan penyakit pada sejumlah petani. Kita tak perlu panik dengan kabar itu, tetapi kewaspadaan perlu ada di wilayah yang menjual hewan liar.
Oleh
SOEHARSONO
·4 menit baca
Munculnya virus baru yang menimbulkan penyakit pada 35 petani di Provinsi Shandong dan Henan, China, dilaporkan oleh sejumlah kantor berita seperti CNN, Al Jazeera, dan CNBC.
Temuan ini juga sudah dipublikasi dalam New England Journal of Medicine. Dari swab tenggorokan ditemukan virus Genus Henipa, Spesies Langya, Famili Paramyxoviridae. Beberapa menyebut virus Henipa angya. Gejala penyakit yang menonjol: demam, kelelahan, batuk, nyeri otot, dan nafsu makan turun. Pemeriksaan darah menggambarkan penurunan jumlah lekosit (leucopenia), gangguan fungsi hati dan ginjal.
Belum ada yang meninggal karena virus ini. Penderita ditengarai memiliki riwayat kontak dengan celurut (shrew). Celurut mirip tikus moncong runcing, Famili Soricidae, diduga penular virus ke manusia.
Apakah celurut sebagai sumber (reservoir) virus, atau inang antara (intermediate host), belum diketahui. Penyakit Langya tidak menular antarmanusia.
Belum ada yang meninggal karena virus ini.
Dua spesies virus Henipa lainnya, nipah dan hendra, bersumber dari kelelawar besar (kalong) Pteropodidae. Spesies nipah dan hendra menyebabkan penyakit dengan tingkat kematian (CFR) 40-75 persen pada manusia sehingga pengerjaan virusnya dilakukan di laboratorium BSL4. Spesies Henipa lain lagi adalah cedar, ghananian bat, dan mojiang.
Virus mojiang ditemukan di 2012 pada tiga pekerja tambang tembaga di Mojiang, China. Virus juga ditemukan pada empat tikus goa Rattus flavipectus sehingga tikus goa dinilai sebagai penularnya. Virus ghanaian bat ditemukan pertama kali pada kelelawar pemakan buah Eidolon helvum di Ghana (2009). Sejauh ini baru tujuh orang dilaporkan tertular virus ini. Virus cedar diisolasi dari urine kelelawar besar di Australia.
China mempunyai luas wilayah 9.597 juta kilometer persegi dengan jumlah penduduk 1,45 miliar atau terbanyak di dunia. Populasi babi 449 juta ekor, juga terbanyak di dunia. Babi diketahui mempunyai reseptor virus flu manusia (alpha 2,3 sialic acid) dan reseptor virus flu burung (alpha 2,6 sialic acid) sehingga disebut mixing vessel virus flu (Shu dkk,1994).
Oleh karena itu, virus flu burung yang semula hanya menginfeksi unggas kemudian dapat menginfeksi manusia. Flu burung pertama kali muncul di Hong Kong (1997) karena mengimpor unggas dari China.
China punya hutan sangat luas, yakni 22,2 persen dari luas darat pada 2012 dan terus diupayakan bertambah jadi 30 persen di 2050. Di dalam hutan ini ada bermacam-macam hewan liar, seperti ular, kelelawar, musang, trenggiling, babi hutan dan yang terkenal panda.
Makanan eksotik China juga ada yang menggunakan hewan liar. Musang, sebagai makanan eksotik terkenal, ternyata membawa virus korona dari kelelawar sehingga memicu timbulnya SARS (2002). Penderita SARS sampai 2003 mencapai 8.096 orang, 774 orang meninggal, tersebar di 29 negara (FAO Emergencies Preparedness Response, 2003). Pasar di Wuhan menyediakan hewan liar, antara lain ular, sehingga ular pernah diduga sebagai penular Covid-19.
Penyakit "nipah" dan "hendra"
China dilewati tiga kelompok burung migran, yakni jalur East Asia/Australia Flyway, Central Asia Flyway, dan East Africa/ West Asia Flyway. Perpindahan burung migran ini bisa membawa virus dari negara jauh, bahkan pertukaran virus antarunggas, seperti virus flu burung.
Sudah lama China terkenal dengan obat herbal dan obat asal hewan liar. Banyak hewan liar diburu untuk diambil bagian tubuhnya sebagai bahan obat-obatan. Sisik dan daging trenggiling adalah bahan yang paling banyak diselundupkan, terutama dari Afrika ke Asia.
Di samping itu, kuliner eksotik seperti daging trenggiling termasuk makanan yang disukai orang di China dan Vietnam. Sisik trenggiling digunakan untuk obat tradisional.
Penyakit virus Henipa yang sangat terkenal adalah nipah dan hendra.
Penyakit virus Henipa yang sangat terkenal adalah nipah dan hendra. Reservoir kedua penyakit ini adalah kelelawar pemakan buah Famili Pteropodidae. Virus nipah menular dari kelelawar ke babi, menimbulkan banyak sekali babi mati dengan gejala pernapasan kemudian menular ke jagal babi di Nipah, Malaysia. Total 102 orang meninggal.
Karena di Malaysia tidak tersedia laboratorium dengan fasilitas BSL 4, maka untuk peneguhan penyakit, spesimen dikirim ke laboratorium AAHL di Geelong, Australia. Untuk menghentikan wabah, sekitar 1 juta babi dimusnahkan.
Virus penyakit hendra menular dari kelelawar ke kuda yang memakan buah sisa gigitan kelelawar di wilayah pinggiran (suburb) Hendra, Queensland, Australia (1994). Wabah menyerang 21 peternakan kuda pacu, 19 ekor tertular, 13 mati dan enam dieutanasia. Dua petugas kendang kuda tertular, satu di antaranya meninggal.
Survei antibodi virus nipah pada kelelawar di Sumatera Utara, Kalimantan Barat, dan Sulawesi Utara, Jawa Barat, dan Jawa Timur menggambarkan bahwa virus ini ada pada kalong Pteropodidae, tetapi tidak ditemukan pada babi (Indrawati Sendow dkk, 2009, 2010).
Kita tidak perlu panik dengan berita virus Langya, tetapi kewaspadaan perlu ada di wilayah yang menjual hewan liar, seperti di Pasar Ekstrem Tondano, Sulawesi Utara.