Kalimat di atas bukan karena saya sedang menawarkan tahu bulat. Bukan pula meminta pembaca untuk membeli tahu bulat yang panas-panas gurih keriuk itu. Bukan. Kita kesampingkan dulu bayangan akan rasanya yang menggoda lidah, keriuk setiap kali digigit. Mari kita lebih fokus pada bentuknya.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata bulat mempunyai arti ’berbentuk sebagai bola’; ’berbentuk lingkaran; bundar (tanpa bersudut)’; ’tidak terpecah’; ’tanpa kecuali’; ’seia sekata’.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat kita pahami bahwa kata bulat bisa diumpamakan berbentuk seperti bola, yaitu membentuk tiga dimensi. Contoh benda yang masuk dalam kategori ini adalah bola, bumi, bulan, semangka, kelereng, dan juga tahu bulat.
Penggunaan kata bulat dalam kalimat, misalnya, Ratusan kue kering berbentuk bulat kecil tertata rapi memenuhi loyang. Kue-kue yang baru saja keluar dari pemanggangan itu kemudian diberi lapisan di permukaannya berupa taburan meses (Kompas, 22 Maret 2022).
Dalam percakapan sehari-hari, terkait bentuk benda, pemakaian kata bulat terkadang masih tertukar dengan kata bundar. Bundar berdasarkan KBBI berarti ’berbentuk lingkaran (melengkung) dengan jari-jari yang sama’; ’sikat untuk membersihkan pakaian dan sebagainya’.
Jadi, bisa disimpulkan bahwa bundar berbentuk pipih. Ini, misalnya, bisa ditemui dalam bentuk koin mata uang atau meja. Tidak heran kemudian juga muncul istilah konferensi meja bundar, gedung bundar, atau bundaran HI.
Contoh penggunaan kata bundar adalah sebagai berikut: Aminah yang menggandrungi satin viscose itu juga mengetengahkan atasan panjang dengan potongan asimetris, tali rumbai, dan topi bundar atau bucket hat (Kompas, 8 Mei 2022).
Dalam perjalanannya, pemakaian kata bundar dan bulat ada yang tidak sesuai dengan pakem dan membentuk satu ungkapan tersendiri. Misalnya, si kulit bundar yang biasanya digunakan sebagai pengganti kata bola. KBBI bahkan memuat ungkapan kulit bundar dan mengartikannya sebagai ’bola yang digunakan dalam permainan sepak bola’. Sementara, seperti dalam penjelasan di atas, bola berbentuk bulat, bukan bundar.
Jadi, bisa disimpulkan bahwa bundar berbentuk pipih.
Contoh lain adalah bulan purnama. KBBI mengartikan kata purnama sebagai ’saat bulan bundar benar (tanggal 14 dan 15 bulan Kamariah)’; ’bulan (30 atau 31 hari)’. Karena itu, tidak heran para pujangga, para penulis bait-bait puisi, memakai ungkapan bundar penuh untuk memuja bulan purnama yang sinarnya terang, seterang wajah kekasih hati.
Pembentukan dua contoh ungkapan tersebut erat kaitannya dengan apa yang disebut sebagai sintaksis, yaitu pengaturan dan hubungan kata dengan kata atau dengan satuan lain yang lebih besar, atau tata kalimat.
Sintaksis berasal dari bahasa Yunani sun yang berarti ’dengan’ dan tattein yang berarti ’menempatkan’. Apabila disimpulkan secara sederhana, menempatkan kata menjadi kelompok kata.
Dengan demikian, pembentukan ungkapan si kulit bundar untuk pengganti kata bola ataupun bulan bundar saat bulan purnama tidak bisa lagi dilihat sebagai kata per kata, tetapi sebagai kelompok kata (frasa).
Seorang teman pernah bertanya, ”Bagaimana cara paling gampang membedakan bulat dan bundar?” Jawaban paling mudah adalah kembali lagi ke awal tulisan ini dan mengingat tawaran penjual tahu keliling sambil membayangkan bentuknya: Tahu bulat, tahu bulat, digoreng dadakan….