Kasus polarisasi sosial politik AS memperlihatkan politik identitas sangat berbahaya karena mengandung kerawanan untuk memicu konflik horizontal, bahkan perpecahan.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Suhu politik Amerika Serikat saat ini digambarkan memanas oleh kasus penggeledahan dan pemeriksaan terhadap mantan Presiden Donald J Trump.
Pada permukaan, suhu politik memanas setelah Biro Investigasi Federal AS (FBI) menggeledah rumah Trump di Florida, Senin (8/8/2022). Aksi penggeledahan dilaporkan untuk mencari kemungkinan ada dokumen rahasia negara yang dibawa Trump setelah meninggalkan Gedung Putih pada 2021.
Kehebohan bertambah karena dua hari kemudian Trump diperiksa di kantor Kejaksaan Agung New York atas dugaan praktik bisnis ilegal yang dijalankannya. Sensasi atas kedua peristiwa itu tergolong tinggi, terutama penggeledahan dan pemeriksaan terhadap mantan presiden tergolong peristiwa langka. Meskipun kedua peristiwa tersebut dikatakan menyangkut kasus terpisah dan sebagai masalah hukum, hal itu telah dikait-kaitkan dengan persoalan politik.
Bahkan, kedua peristiwa itu menghidupkan kembali citra keterpecahan di kalangan masyarakat AS. Kubu pendukung Trump dari Partai Republik menuduh aksi penggeledahan dan kasus pemeriksaan kejaksaan bermotif politik. Rupanya pertarungan politik dalam pemilihan presiden tahun 2016 ataupun tahun 2020, yang diwarnai politik identitas, masih menyisakan keretakan sosial di kalangan bangsa Amerika.
Pemerintahan Presiden Joe Biden dari Partai Demokrat dituduh ingin merusak kredibilitas Partai Republik dalam menghadapi kompetisi pada pemilu sela bulan November mendatang. Bahkan, tak kalah kencang suara yang menyatakan aksi penggeledahan dan kasus pemeriksaan merupakan bagian dari strategi untuk menghentikan langkah Trump yang ingin mencalonkan diri lagi dalam pemilihan presiden tahun 2024.
Namun, Gedung Putih dan Partai Demokrat membantah keras. Aksi penggeledahan FBI dan pemeriksaan terhadap Trump dikatakan murni urusan hukum. Terlepas dari kubu mana yang benar, ketegangan atas kasus Trump kian menggambarkan betapa seriusnya dampak polarisasi di kalangan masyarakat AS. Polarisasi dan keterbelahan sosial yang tercipta sejak politik identitas yang dilancarkan Trump dalam pemilihan presiden AS tahun 2016 ternyata membawa akibat serius berkepanjangan.
Sikap saling percaya cenderung terkikis, sementara sikap saling curiga dan penuh prasangka menguat. Kubu Trump menjelekkan kubu Biden dan sebaliknya.
Kasus polarisasi sosial politik AS memperlihatkan politik identitas sangat berbahaya karena mengandung kerawanan untuk memicu konflik horizontal, bahkan perpecahan.
Negara semaju AS saja yang sendi kehidupan demokrasi dan hak asasinya kuat tetap kerepotan dalam menghadapi bahaya keretakan sosial sebagai dampak polarisasi yang berawal dari perpolitikan identitas. Polarisasi sosial politik tak boleh dibiarkan melebar karena akan menghambat upaya konsolidasi kekuatan dalam mendorong kemajuan bersama.