Presiden Amerika Serikat Joe Biden dan Ketua DPR Nancy Pelosi lebih bagus memilih relasi yang saling menguntungkan dengan China. Ekonomi China juga menguntungkan korporasi AS dan konsumen AS.
Oleh
Redaksi
·3 menit baca
Dalam satu China dengan dua sistem, Taiwan akan menikmati otonomi tinggi. Sistem sosial Taiwan dan cara hidupnya sangat dihormati secara penuh.
Demikian disampaikan Kantor untuk Urusan Taiwan Pemerintah China, Beijing, Rabu (10/8/2022), lewat pernyataan berjudul ”Pertanyaan tentang Taiwan dan Reunifikasi China pada Era Baru”. Pernyataan itu menyebut Taiwan sebagai kawasan administrasi khusus.
Pernyataan itu melanjutkan, hak-hak seperti kepemilikan pribadi, keyakinan agama, hukum, dan kepentingan orang Taiwan dilindungi penuh. ”Dengan dukungan ibu pertiwi yang kuat, rakyat Taiwan akan menikmati keamanan dan martabat yang lebih besar serta berdiri tegak dan kokoh di dunia.”
Praktis, relatif tidak ada yang berubah dengan sikap China. Meski ada pernyataan baru, isinya lebih menekankan reunifikasi penuh damai. ”Memenuhi reunifikasi damai, kami harus mengakui bahwa China daratan dan Taiwan memiliki sistem sosial dan ideologi yang unik,” lanjut pernyataan itu. Prinsip satu negara tidak meniadakan keunikan tersebut.
Taiwan pada dasarnya aman saja setelah kunjungan menghebohkan Ketua DPR AS Nancy Pelosi pada 2 Agustus lalu. Ketika China melakukan latihan di Selat Taiwan, Departemen Pertahanan Taiwan mengatakan, ”Jalur rudal balistik Dongfeng ada di luar atmosfer,” demikian Taiwan News, 5 Agustus. Padahal, latihan itu telah memasuki udara Taiwan.
Masalah ada pada Pelosi mewakili kubu hawkish AS, kontras dengan kebijakan détente (peredaan ketegangan) di era Presiden Richard Nixon lewat Menlu Henry Kissinger. Pelosi bersambut oleh Partai Progresif Demokratik (DPP), partainya Presiden Taiwan Tsai Ing-wen. Mantan pemimpin Kuomintang, Hung Hsiu-chu, menuduh DPP telah mencuci otak sebagian warga Taiwan.
Hung bertanya, ”Apa yang didapat Pelosi dan apa solusinya atas kesulitan yang dia tinggalkan?” Hung meminta Taiwan sadar statusnya sebagai China. ”Pahami latar belakang krisis ini,” pinta Hung lewat pernyataan dalam wawancara dengan Chinese Global Television Network (CGTN), 6 Agustus. Itu adalah misi Pelosi yang hanya menyebabkan kekacauan.
AS dan Pelosi mungkin tidak akan berubah. Maka, dalam deklarasi itu China menegaskan agar separatis Taiwan dan AS, ”Jangan pernah menyepelekan kemampuan penyelesaian, niat dan daya membela kedaulatan dan keutuhan wilayah.”
Thomas H. Shugart III dari Defense Program Center for a New American Security, 18 Februari 2021, memberi kesaksian di hadapan Komisi Kajian Ekonomi dan Keamanan AS-China. ”Melihat militer China yang memiliki kemampuan tinggi dan tumbuh cepat sebagai kekuatan di laut biru, … tampaknya kekuatan itu tidak saja mumpuni untuk mempertahankan wilayahnya semata. China mampu mencegah intervensi militer AS jika terjadi konflik di Selat Taiwan.”
Presiden Joe Biden dan Pelosi lebih bagus memilih relasi yang saling menguntungkan dengan China. Ekonomi China juga menguntungkan korporasi AS dan konsumen AS.