China memang luar biasa berkembang dalam segala sendi kehidupan. Banyak hal baik dari China yang dapat menjadi santapan pembaca Kompas, karena hal baik itu bersifat universal dan dapat dilakukan semua bangsa.
Oleh
Djoko Madurianto Sunarto
·2 menit baca
Catatan Awal Pekan Kompas (11/7/2022) berjudul ”Hidup Tak Landai jika Tak Pindai” adalah sebuah berita positif. Ditulis oleh Luki Aulia dari Beijing, China, tujuannya mengajak kita mengantisipasi jika hal itu akhirnya menjangkau kehidupan kita di Tanah Air.
Ini kisah tentang keseharian di China, yang memakai dompet digital untuk pembayaran pelbagai transaksi, sehingga orang harus punya telepon pintar dan dukungan jaringan internet yang cepat.
Kita pun dipaksa melek teknologi dan belajar untuk hidup berdampingan dengan gawai dalam segala segi kehidupan. Dari foto, video, hingga transaksi keuangan.
Pada kolom Internasional juga (Kompas, 23/7/2022) ada artikel ”Penyelamat di Kilometer Terakhir”. Juga laporan dari China yang ditulis oleh Luki Aulia.
Ini tentang sepeda sewa (bike sharing) yang memudahkan dalam bertransportasi dan mudah pula penggunaannya. Ini termasuk sebuah kabar baik atau berita positif, penyeimbang (yin dan yang) atas segala pemberitaan negatif: korupsi, pelecehan seksual, pelanggaran kode etik, perang, dan sebagainya.
Saya usulkan agar halaman Internasional Kompas dapat dipenuhi oleh kabar baik seperti ini. Harapannya agar bangsa Indonesia bisa belajar banyak tentang kebudayaan atau kebiasaan baik bangsa-bangsa lain di dunia dan jadi bukti kenapa mereka bisa makmur dan sejahtera.
Dengan demikian, kita juga bisa mengingat kembali nilai-nilai Pancasila beserta kearifan lokal dalam masyarakat yang mulai terkikis oleh ujaran kebencian atau pun ego para elite politik.
China memang luar biasa berkembang dalam segala sendi kehidupan. Banyak hal baik dari China yang dapat menjadi santapan pembaca Kompas, karena hal baik itu bersifat universal dan dapat dilakukan semua bangsa.
Bangsa Indonesia sangat membutuhkan kiblat atau acuan dalam proses kehidupan berbangsa dan bernegara, terutama untuk melawan wacana yang mengubah kenegaraan dan kebangsaan Indonesia.
Indonesia adalah negara besar dengan ragam budaya. Untuk itu, kita bisa belajar bagaimana China berhasil menjaga kekuatan budayanya untuk membangun kesejahteraan bersama.
Djoko Madurianto SunartoPugeran Barat, Yogyakarta 55141