Paduan suara kita memenangi berbagai kompetisi dunia. Kelompok paduan suara Batavia Madrigal Singers (BMS) dengan dirigen Avip Priatna, juara di kompetisi dunia ke-31 European Grand Prix for Choral Singing 2022.
Oleh
Hadisudjono Sastrosatomo
·2 menit baca
Jenuh dengan pemberitaan negatif di media massa, sebenarnya banyak hal positif yang sering terabaikan. Saya tidak akan membahas prestasi putra-putri Indonesia di bidang olahraga yang membanggakan, tetapi bidang lain yang ajek di pentas internasional.
Namun, perlu juga disinggung prestasi di jenis olahraga yang kurang populer. Panjat tebing, misalnya. Tahun 2021 Veddriq Lenoardo dari Indonesia berhasil memecahkan rekor dunia untuk kategori speed world record.
Juga para peselancar Indonesia. Salah satunya Oney Anwar, peraih medali emas SEA Games 2019.
Paduan suara kita memenangi berbagai kompetisi dunia. Kelompok paduan suara asal Indonesia, Batavia Madrigal Singers (BMS) dengan dirigen Avip Priatna, juara di kompetisi dunia ke-31 European Grand Prix for Choral Singing (EGP) 2022 di kota Tours, Perancis.
EGP for Choral Singing merupakan kompetisi paduan suara dunia tertinggi dan paling bergengsi, mempertemukan para juara umum dari enam kompetisi di Arezzo (Italia), Debrecen (Hongaria), Tours (Perancis), Maribor (Slovenia), Tolosa (Spanyol), dan Varna (Bulgaria).
Selain BMS, turut berlaga pada ajang EGP kali ini Paduan Suara Mahasiswa Universitas Padjadjaran (juara umum Concorso Polifónico Guido d'Arezzo 2019).
Desember 2018 Jakarta Youth Choir JYC menjadi juara kategori Folklore, Sacred, dan Mixed, Golden Diploma Kategori Musik dan Koreografi, serta Special Award untuk Koreografi Terbaik dan Konduktor Terbaik, atas nama Septo Adi Kristanto Simanjuntak.
Beragamnya anggota paduan suara, baik suku, ras, maupun kepercayaan, membentuk bibit toleransi serta persatuan dengan mengalir dan sejuk. Menumbuhkan martabat serta harga diri sebagai bagian Indonesia. Mereka adalah bagian dari generasi pencerah masa depan. Bagian dari bonus demografi yang tak bisa dirumuskan oleh para pelaku politik ataupun birokrat.
Manusia cerdas, berkemampuan, berakhlak mulia, dan tangguh itulah sosok pilar bonus demografi. Ironisnya, kreativitas dan prestasi yang teruji oleh waktu itu—meminjam potongan kalimat dalam salah satu Tajuk Rencana Kompas—dibiarkan bergulat sendiri dengan masalahnya.
Hadisudjono SastrosatomoAnggota Tim Pengarah Pusat Etika Bisnis dan Organisasi SS-PEBOSS-STM PPM Menteng Raya, Jakarta