Alangkah baiknya jika para calon pemimpin negara dan bangsa ini sebelumnya juga tampil ke publik dengan karya-karya tulis yang membahas masalah bangsa dan negara.
Oleh
BB KUMALA
·3 menit baca
Saya tertarik dengan tulisan Sukidi yang berjudul ”Pemimpin, Modal Manusia, dan Indonesia Raya” (Kompas, 23/6/2022). Ia mengingatkan untuk menjadi negara bangsa modern yang besar, Indonesia harus dipimpin pemimpin besar dengan pikiran besar.
Dalam hal ini, aspek pengembangan sumber daya manusia (SDM) merupakan hal yang paling utama, untuk bisa menghadapi persaingan antarnegara.
Presiden Jokowi sudah menyadari hal itu dengan menetapkan anggaran pendidikan 20 persen dari total APBN, serta memilih Nadiem Makarim, seorang generasi penerus, sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Nadiem menggagas dan memperkenalkan kurikulum Belajar Merdeka, untuk meningkatkan kualitas SDM.
Memang tertinggalnya SDM di negara kita selama ini disebabkan oleh sistem pendidikan yang tambal sulam dan berubah-ubah seiring pergantian Menteri Pendidikan. Ditambah lagi dengan minimnya honor para tenaga pendidik, khususnya tenaga honorer.
Dengan semakin dekatnya Pemilu 2024 dan semakin panasnya ajang pemilihan para calon, perlu diperhatikan kualitas calon presiden dan calon wakil presiden yang bisa diandalkan sebagai RI-1 dan RI-2. Aspek kualitas ini terkait erat dengan kompetensi yang wajib dimiliki.
Selama ini rakyat hanya bisa melihat kualitas capres dan cawapres melalui program debat dengan waktu sangat terbatas. Alangkah baiknya jika para calon pemimpin negara dan bangsa ini sebelumnya juga tampil ke publik dengan karya-karya tulis yang membahas masalah bangsa dan negara. Mereka bisa menulis di media massa dengan topik antara lain pendidikan (terkait dengan kualitas SDM), ekonomi, lingkungan hidup terkait dengan pemanasan global, serta energi terbarukan.
Tulisan dibuat per topik masalah dan harus disertai dengan usulan solusi yang bisa dilaksanakan secara nyata. Dengan demikian, rakyat bisa memilih capres dan cawapres yang benar-benar bisa diandalkan: ada pemikiran tertulis yang menjadi rekam jejak setiap kandidat. Bukan sekadar janji-janji kampanye yang sulit diukur kualitas pemikiran ataupun implementasinya.
Berharap rakyat memilih dengan benar dan kita memiliki RI-1 dan RI-2 yang menyejahterakan bangsa.
BB KumalaKelapa Gading, Jakarta Utara
Ditolak ”Booster”
Saya WNI yang berdomisili di Nursultan, Kazakhstan, sejak 2019. Tahun 2021, saya dan suami menerima vaksin primer Sputnik-V. Ini satu-satunya jenis vaksin yang tersedia di Kazakhstan kala itu.
Saya lalu mendaftarkan bukti vaksinasi ke laman Kementerian Kesehatan RI. Beberapa minggu berselang, status vaksinasi saya di Peduli Lindungi jadi hijau. Sertifikat vaksinasi muncul di aplikasi, berikut tiket vaksin booster.
Akhir Juni 2022, di Jakarta, saya ke fasilitas kesehatan untuk vaksinasi penguat. Namun, para petugas menolak dengan alasan tidak ada rekomendasi dari Kemenkes untuk mereka yang vaksin primernya bukan Sinovac, Pfizer, Moderna, atau AstraZeneca. Dua lokasi saya datangi, semua menolak.
Mohon solusi.
Sondang SiraitTebet Timur Raya 1, Jakarta Selatan
Menjelang Agustus
Sebuah gapura berwujud burung garuda terpampang megah di pintu masuk Dusun Rembug, Desa Sidomulyo, Kecamatan Bumiaji, Batu, Jawa Timur, Sabtu (17/8/2019). Gapura berukuran 6 meter x 5 meter ini dibuat secara gotongroyong oleh warga menggunakan ranting dan daun kering. Selain untuk memeringati HUT Kemerdekaan RI ke-74 gapura ini dibangun dalam rangka lomba gapura nasional.
Dalam Biografi Pangsar Jendral Besar Soedirman (2011), dikisahkan pada 26 Desember 1948 Kediri diserang serdadu Belanda.
Demi keselamatan Panglima Besar Soedirman, dibentuk rombongan Pangsar Soedirman palsu yang ditandu menuju selatan. Saat istirahat di sebuah rumah, diberondong tembakan tiga pesawat pemburu Belanda.
Rombongan Panglima Besar Soedirman yang asli menuju utara tanpa ditandu, tapi digendong Kapten Tjokropranolo yang setia, dibawa ke tempat yang aman.
Kisah ini sederhana, tetapi cukup berarti dalam kenangan perang kemerdekaan.