Jika masyarakat mendapat informasi cukup tentang PMK tahun 2015, kesiapsiagaan untuk menghadapi wabah PMK tahun 2022 tentu akan lebih baik. Pemerintah perlu menjelaskan secara gamblang penyakit ini kepada masyarakat.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Hasil liputan investigasi harian Kompas tentang penyakit mulut dan kuku dua hari ini membuka mata bahwa penyakit hewan tidak dapat diremehkan. Perhatian mesti lebih serius untuk kembali mendapatkan status bebas penyakit mulut dan kuku.
Penelusuran tim di lapangan dari Provinsi Aceh hingga Jawa Timur menemukan jalur penyelundupan ternak yang menjadi jalur masuk dan penularan penyakit mulut dan kuku (PMK) pada ternak.
Tim menelusuri jejak penyelundupan kambing dari Thailand melalui pesisir timur Pulau Sumatera hingga ke peternakan di Pulau Jawa. Thailand adalah negara yang belum bebas dari PMK. Transaksi kambing antarnegara ini dilakukan, antara lain, lewat media sosial.
Kambing selundupan dari Thailand lolos dari jalur tidak resmi di Aceh Tamiang. Satu kiriman melalui ”pelabuhan tikus” di Aceh Tamiang pada Februari 2022 diketahui berhasil masuk ke Pulau Jawa.
Dari informasi yang diperoleh, kambing antara lain dibawa ke Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. Sebuah peternakan di Wonosobo, milik HR (31), diketahui memiliki kambing jenis saanen asal Thailand. Saat didatangi pada 13 Juni 2022, satu ekor kambing jenis saanen terlihat dijadikan satu kandang dengan kambing lokal dan domba wonosobo.
Sebelumnya, pada 8 Mei 2022, Balai Besar Veteriner (BB Vet) Wates Yogyakarta mengambil sampel kambing milik HR. Hasilnya, seekor kambing saanen dan dua ekor domba wonosobo dinyatakan positif PMK pada 9 Mei 2022.
Kepala BB Vet Wates Hendra Wibawa menduga virus PMK Indonesia 2022 masuk dari satu sumber. Sebelum menyerang Indonesia, serotipe ini diketahui menyebar mulai tahun 2020, yaitu di Thailand, Vietnam, Kamboja, Myanmar, Laos, dan Malaysia.
Selain menemukan jalur penyelundupan ternak dari luar negeri, tim Kompas juga menemukan bukti penting bahwa PMK terdeteksi sejak tahun 2015.
Tim mendapatkan sejumlah dokumen hasil pengujian laboratorium, foto-foto, dan kesaksian beberapa sumber tepercaya yang mengonfirmasikan keberadaan PMK pada tahun 2015 dan dugaan upaya menutup-nutupinya.
Bukti adanya kasus PMK tahun 2015 itu diperkuat hasil pengujian sampel ternak babi yang diduga terpapar PMK oleh Pusat Veteriner Farma (Pusvetma) di Surabaya, Jawa Timur. Pusvetma menguji sampel di Laboratorium Bio Sekuriti Level 3 (Lab BSL-3) Universitas Airlangga (Unair), November 2015. Pengelola Lab BSL-3 Unair ketika itu, CA Nidom, mengakui hasil pengujian sampel hewan dari Pusvetma lewat metode PCR positif PMK.
Temuan tim Kompas ini memberi pelajaran penting bahwa keterbukaan informasi perlu menjadi perhatian pemerintah. Jika masyarakat mendapat informasi cukup tentang PMK tahun 2015, kesiapsiagaan untuk menghadapi wabah PMK tahun 2022 tentu akan lebih baik. Pemerintah perlu menjelaskan secara gamblang penyakit ini kepada masyarakat.