Dahaga pencinta sepak bola Indonesia akan gelar juara belum terhapus jua seiring kegagalan tim Indonesia melaju ke semifinal Piala AFF U-19.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Indonesia mengemas 11 poin, sama dengan perolehan Thailand dan Vietnam, hingga semua laga Grup A berakhir pada Minggu (10/7/2022) malam. Namun, meski sama-sama meraih 11 angka, tim ”Garuda Muda” harus puas berada di peringkat ketiga klasemen akhir Grup A karena kalah gol head to head dari Vietnam dan Thailand.
Pada laga melawan Thailand dan Vietnam, tim asuhan Shin Tae-yong bermain imbang tanpa gol. Sementara saat kedua lawan itu saling bertemu di Stadion Madya, Senayan, Minggu malam, pertandingan berakhir sama kuat 1-1. Agregat gol dari seri 1-1 inilah yang membuat Thailand dan Vietnam lolos, sedangkan Indonesia harus tersingkir (Kompas, 11/7/2022).
Tersisihnya Indonesia tergolong tragis karena tak pernah kalah dari lima pertandingan.
Indonesia menang telak 7-0 atas Brunei Darussalam, 5-1 atas Myanmar, 5-1 atas Filipina, plus dua seri tanpa gol dengan Vietnam dan Thailand.
Harus diakui, penyebab ketersisihan Indonesia karena gagal memenangkan laga melawan Vietnam dan Thailand. Meski Thailand dan Vietnam tak berhasil membobol gawang kita, kita juga gagal melesakkan bola ke gawang mereka.
Bahwa ada prasangka Thailand dan Vietnam ”main mata” atau sengaja mengatur skor akhir demi meloloskan mereka berdua, hal itu bisa saja terjadi. Namun, fenomena semacam itu sejak dulu sudah terjadi, bahkan di Piala Dunia pun terjadi.
Peristiwa ”Aib di Gijon”, yang mengacu pada pertandingan antara Jerman (kala itu Jerman Barat) dan Austria di Grup 2 Piala Dunia Spanyol 1982, menjadi salah satu bukti laga ”main mata” atau ”main sabun”. Sehari sebelum Jerman bertemu Austria di Stadion El Molinon, Gijon, ada satu tim yang berpeluang lolos ke fase berikutnya, yakni Aljazair.
Jerman Barat kemudian menang 1-0 atas Austria dalam salah satu partai yang terburuk dalam sejarah Piala Dunia. Setelah gol Jerman Barat pada menit ke-10 melalui Horst Hrubesch, kedua tim lebih banyak memainkan bola di daerah pertahanan sendiri. Austria dan Jerman Barat lolos ke fase berikutnya dan menyingkirkan Aljazair.
Hujatan terhadap Thailand dan Vietnam bukannya tidak ada. Di beberapa media sosial tergambar kemarahan pendukung tim Indonesia yang menuding kedua tim bermain penuh kepura-puraan demi lolosnya mereka.
Pelajaran penting dari tersingkirnya Indonesia kali ini tak lain seputar perlunya dihindari nasib tim kita ditentukan lewat laga lain. Untuk memastikan itu, kualitas tim kita harus dipastikan lebih baik dari negara mana pun di Asia Tenggara, termasuk Australia yang kini masuk zona Asia.
Kompetisi berjenjang dan berkualitas wajib dipastikan berlangsung di negara kita demi lahirnya tim nasional yang mampu bersaing di berbagai level. Kejayaan tim sepak bola dari mana pun, termasuk tim Indonesia, pastinya bersumber pada kehebatan tim itu sendiri.