Pemberontakan kuli tambang timah di Pulau Bangka yang berlangsung dari 1899 hingga 1900 melibatkan Triad. Disinyalir pemberontakan ini digerakkan oleh dua serikat rahasia: Serikat Tanda Tiga Jari dan Bendera Hitam.
Oleh
Linda Christanty
·4 menit baca
Panglima kongsi Taykong Liao Ngie Liong atau Naga Kedua bermarga Liao diselundupkan dalam peti mati ke Serawak oleh kepala kongsi Lan Fong Liu A Sin setelah pasukannya dikalahkan pasukan kolonial Hindia Belanda dalam Perang Kapitan Monterado di Sambas, Kalimantan Barat, pada 1855.
Operasi penyelamatan itu wajib dilakukan Liu A Sin karena Liao Ngie Liong adalah salah seorang pemimpin Tiandihui atau populer disebut Triad, jejaring rahasia orang-orang China yang tersebar di seluruh dunia. Keterikatan Liu A Sin dengan jejaring rahasia tersebut menuntut kesetiaannya. Uniknya, kongsi Lan Fong di Kalimantan Barat adalah persekutuan dagang bersenjata orang Hakka yang berpihak kepada pemerintah kolonial Hindia Belanda, sedangkan kongsi Taykong mengambil sikap sebaliknya, yaitu melawan kolonialisme dan imperialisme Barat.
Kisah marga Liu menyelamatkan marga Liao adalah kisah kesetiaan Triad yang sering dibicarakan dalam keluarga kami.
Dalam perjalanan ke RRC beberapa tahun lalu, adik saya, Tubagus Budi Tikal, sengaja berkunjung ke kota pesisir Qinzhou di Provinsi Guangxi untuk membakar dupa di kediaman Jenderal Liu Yungfo, orang Hakka dan salah seorang tokoh Triad. Yungfo meninggal pada 1917. Ia dikenal sebagai pendiri dan panglima Bendera Hitam, organisasi militer yang gigih memerangi kolonialisme dan imperialisme Perancis di Indochina.
Bendera Hitam beranggotakan orang Hakka, orang Zhuang, dan sejumlah orang kulit putih yang memihak bangsa terjajah. Bendera Hitam pun bahu-membahu dengan orang Vietnam melawan penjajahan Perancis. Pada 1895, Yungfo memimpin pasukan Bendera Hitam untuk membantu orang Taiwan mengusir pasukan pendudukan Jepang.
Serikat rahasia tertua yang tercatat dalam sejarah China adalah Teratai Putih, yang dihubung-hubungkan kalangan tertentu dengan Triad, tetapi sebenarnya tidak memiliki hubungan historis sama sekali. Teratai Putih muncul di China utara pada masa Dinasti Yuan, dinasti bangsa Mongol yang menjajah China. Meskipun Teratai Putih gagal memerdekakan China dari Mongol, serikat pecahannya yang dikenal dengan nama Sorban Merah berhasil mengorganisasi dan memobilisasi perlawanan rakyat China menggulingkan Dinasti Yuan hingga membentuk Dinasti Ming. Pemimpin Sorban Merah terdiri atas pelbagai pemeluk agama, termasuk pemeluk Islam.
Sun Yat Sen, yang ditetapkan sebagai bapak republik dan bapak nasionalis China, sangat tergantung pada bantuan Triad ketika memimpin perjuangan menumbangkan Dinasti Ching, dinasti bangsa Manchu yang menjajah China. Pasukan Triad memulai rangkaian pemberontakan habis-habisan atas nama nasionalisme China untuk melawan penjajah dengan dikomandoi Sun Yat Sen di kota Huizhou pada 1900. Puncak pemberontakan itu menyebabkan jatuhnya Dinasti Ching pada Desember 1911. Kegiatan Sun Yat Sen di Asia Tenggara, pendidikannya di Hawaii, dan kehidupannya di Jepang mengandalkan sokongan penuh Triad. Dengan demikian, pembentukan negara China modern (1912-1949) disponsori oleh Triad.
Koxinga, yang melawan Dinasti Manchu, lebih awal dibandingkan Sun Yat Sen, adalah juga tokoh Triad dan sekutu Sultan Agung Tirtayasa dari Banten dalam melawan imperialisme Barat/VOC. Ribuan pengikut Koxinga yang melarikan diri ke Asia Tenggara dari tekanan Dinasti Manchu dan akhirnya sampai di Banten ditampung serta dilindungi Sultan Agung Tirtayasa. Kemungkinan ada orang-orang Cina Benteng di Tangerang merupakan keturunan pengikut Koxinga.
Meski ayah saya berdarah Banten-Goa-Minang, salah satu leluhurnya adalah orang Hakka dan pemimpin Triad. Oleh karena itu, tradisi menghormati leluhur dari jejaring rahasia ini masih berlangsung dalam keluarga kami. Di rumah orangtua saya di Pulau Bangka ada patung Jenderal Guan Yu. Patung ini merupakan tanda sumpah kesetiaan yang tidak boleh dilanggar terhadap Triad meskipun tidak ada lagi anggota keluarga inti kami yang memperbarui sumpah tersebut. Patung Guan Yu kini hanya menjadi salah satu penanda sejarah keluarga.
Pemberontakan kuli tambang timah di Pulau Bangka yang berlangsung dari 1899 hingga 1900 melibatkan Triad. Berdasarkan dokumen kolonial, disinyalir bahwa pemberontakan ini digerakkan oleh dua serikat rahasia, yaitu Serikat Tanda Tiga Jari (Sam Tiam Foei) dan Bendera Hitam. Salah seorang pemimpin pemberontakan yang ditangkap bergelar Liu Ngie. Berdasarkan namanya, Liu Ngie terkait dengan Bendera Hitam karena ia menyebut dirinya Liu yang Kedua. Liu yang Pertama adalah pendiri dan panglima Bendera Hitam, Jenderal Liu Yungfo.
Tidak hanya terlibat pemberontakan kuli di Pulau Bangka, Serikat Tanda Tiga Jari mengobarkan pemberontakan kongsi melawan pemerintah kolonial Belanda di Kalimantan Barat (1884 -1889). Serikat ini secara rahasia membentuk kongsi baru untuk memutus penjejakan pemerintah kolonial terhadap orang-orang kongsi Taykong. Nama kongsi baru itu adalah Sembilan Naga (Kiu Liong). Di masa Indonesia merdeka, kongsi Sembilan Naga bentukan Triad dibubarkan dan dikuburkan dalam tanah. Orang-orang Hakka kemudian menjadi warganegara Republik Indonesia, seperti ibu saya.
Serikat Tanda Tiga Jari pun turut berperan dalam menopang pembentukan Singapura sebagai negara tersendiri sesudah dikeluarkan dari negara federasi Malaysia.
Triad masih kuat sampai hari ini, dengan melakukan permainan di dua dunia, dunia gelap yang identik dengan bisnis hitam dan dunia terang yang membuatnya seolah-olah patriot atau nasionalis dengan menyokong rezim yang berkuasa.