Kita mengapresiasi berbagai inisiatif yang ditempuh otoritas fiskal/moneter/keuangan, termasuk upaya Indonesia dan Presiden Joko Widodo di G20, untuk mengatasi krisis global dan melobi pemimpin Rusia dan Ukraina.
Oleh
Redaksi
·3 menit baca
Mulai meningkatnya harga sejumlah kebutuhan pokok dan merangkak naiknya inflasi di Indonesia menunjukkan transmisi dampak inflasi global kian sulit dibendung.
Sejumlah lembaga internasional mengingatkan, selain gangguan rantai pasok global dan perang Rusia-Ukraina, hal lain yang perlu diantisipasi adalah dampak langkah bank sentral negara maju yang diprediksi akan menaikkan suku bunga lebih cepat dari perkiraan guna membendung inflasi negaranya.
Kenaikan suku bunga negara-negara maju berpotensi memicu spiral inflasi lebih jauh di negara berkembang. Kenaikan suku bunga negara maju ini bisa memicu eksodus modal dan menekan nilai tukar mata uang negara berkembang.
Melemahnya nilai tukar yang dibarengi kian ketatnya situasi pendanaan global berpotensi meningkatkan beban utang negara berkembang akibat melambungnya biaya pinjaman dan memperburuk krisis utang yang kini dialami banyak negara berkembang. Stagflasi global juga kian jadi ancaman riil.
Peringatan terkait ancaman inflasi yang masih menghantui perekonomian Indonesia juga diungkapkan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. Dibandingkan banyak negara lain, inflasi Indonesia memang relatif rendah dan terkendali, tetapi angkanya terus merangkak naik. Terkendalinya inflasi pangan, terutama didukung produksi pangan pokok yang relatif baik.
Namun, situasi bisa kian memburuk jika inflasi global dan pemicunya tak segera bisa diatasi. Dana Moneter Internasional (IMF) memprediksi inflasi global mereda pada 2023, tetapi tak sedikit ekonom mencemaskan inflasi pangan masih akan jadi ancaman tiga tahun ke depan.
Ketergantungan pada impor yang tinggi membuat kita rentan. Sebab, kendati neraca perdagangan pertanian masih surplus—karena ekspor CPO dan turunannya—impor delapan komoditas pangan utama terus meningkat tiga tahun terakhir. Di sini pentingnya menjaga stok komoditas pangan utama.
Merespons meningkatnya situasi ketidakpastian yang dipicu fenomena inflasi global ini, respons, strategi, dan koordinasi kebijakan menjadi penting. Kita mengapresiasi berbagai inisiatif yang sudah ditempuh otoritas fiskal/moneter/keuangan, termasuk upaya Indonesia dan Presiden Joko Widodo di G20 untuk mengatasi krisis global, serta melobi pemimpin Rusia dan Ukraina untuk menjamin pasokan pangan dunia.
Dalam jangka pendek, tantangan kita ialah menjaga stabilitas harga dan momentum pertumbuhan. Dari sisi moneter, langkah pengetatan yang berhati-hati diperlukan agar upaya mengendalikan inflasi tak mengganggu pemulihan ekonomi.
Dari sisi fiskal, mengalokasikan berkah boom komoditas ke sektor dengan efek berantai tinggi ke pertumbuhan ekonomi dan perlindungan sosial bagi kelompok miskin/rentan. Upaya mengendalikan inflasi pun harus dibarengi pembenahan sektor riil karena naiknya inflasi lebih banyak dipicu sisi suplai.
Pada tataran pelaku usaha, fenomena inflasi global yang melambungkan harga semua komoditas bahan baku memaksa diversifikasi bahan baku dan efisiensi rantai pasok agar produksi tetap berjalan. Dalam jangka panjang, pekerjaan rumah meliputi pula memperkuat resiliensi ekonomi, termasuk ketahanan pangan dan energi, agar lebih berdaya tahan terhadap gejolak eksternal dan gangguan rantai pasok global.