Garuda sebagai aset bangsa Indonesia saat ini memiliki utang Rp 198,81 triliun. Dengan utang sebesar itu, Wakil Menteri BUMN mengatakan, secara teknis perusahaan penerbangan Garuda telah bangkrut, tetapi belum legal.
Oleh
Pangeran Toba P Hasibuan
·3 menit baca
Jika bepergian dengan pesawat, kita ingin naik Garuda. Nyaman dan tepat waktu menjadi pertimbangan meski harga tiket lebih mahal daripada harga tiket maskapai penerbangan lain.
Namun, Garuda ternyata tidak memiliki fondasi pengelolaan keuangan yang baik. Salah satu perusahaan badan usaha milik negara (BUMN) ini mengajukan permohonan perpanjangan penundaan kewajiban membayar utang dan DPR mendukung untuk mendapatkan penyertaan modal negara Rp 7,5 triliun dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2022 (Kompas, 12/5/2022).
Mungkin banyak yang tidak tahu, Garuda sebagai aset bangsa Indonesia sampai saat ini memiliki utang Rp 198,81 triliun. Dengan utang sebesar itu, Wakil Menteri BUMN mengatakan, secara teknis perusahaan penerbangan Garuda telah bangkrut, tetapi belum secara legal.
Garuda seharusnya sudah berada pada posisi mapan saat ini karena 73 tahun bukanlah usia muda bagi sebuah usaha maskapai penerbangan. Pesaing Garuda yang baru berusia 22 tahun saja sudah lebih besar pangsa pasarnya dibandingkan Garuda.
Namun, apa mau dikata, di sepanjang perjalanan usianya, Garuda lebih banyak merugi. Kondisi kritis berkali-kali dialami oleh Garuda hingga memuncak saat pandemi Covid-19.
Menurut berita, Garuda sudah mulai krisis sejak tahun 1970. Kerugian mulai berlangsung awal tahun 1980-an. Sampai tahun 1985, utang jangka pendek Garuda mencapai Rp 247,8 miliar dan utang jangka panjang mencapai Rp 649,5 miliar.
Sepanjang tahun 1980-an, perusahaan Garuda Indonesia terus merugi, bahkan pada tahun 1987 tercatat sebagai BUMN paling rugi dari total 47 BUMN. Keuntungan baru dicatatkan pada tahun 1988-1990. Selanjutnya rugi lagi. Keuntungan kembali diraih pada tahun 2015, 2016, dan 2019. Menurut Menteri BUMN, kerugian Garuda akibat bisnis salah urus.
Jika persoalannya salah urus, seharusnya langkah pertama dan sederhana adalah mengganti pengurus atau mengubah cara mengurus. Ibarat menggarami lautan, bukan keputusan bijak jika pemerintah hanya menyertakan modal tanpa pembenahan pengelolaan Garuda.
Publik sulit memahami jika Garuda Indonesia merugi puluhan tahun tanpa langkah perbaikan. Bagaimana pengawasan dari pemerintah dan DPR? Mungkinkah Garuda pulih dan kembali jadi maskapai kebanggaan?
Pangeran Toba P HasibuanSei Bengawan, Medan 20121
Airasia 1
Pada 23 Mei 2022, saya memesan tiket rute Jakarta-Singapura pergi-pulang (berangkat 22 Juli dan pulang 25 Juli 2022).
Pada 10 Juni 2022, Airasia memberitahukan bahwa penerbangan Singapura-Jakarta dibatalkan. Saya pun memproses pengembalian uang. Ternyata yang dikembalikan adalah pembayaran total, berarti tiket Jakarta-Singapura juga batal.
Pada 23 Mei 2022, saya juga memesan tiket untuk keponakan rute Denpasar-Singapura pp. Pembayaran sukses (bukti terlampir), meski status di app menunggu pembayaran. Esoknya pesanan dibatalkan dengan alasan sudah lewat masa bayar. Pengembalian uang belum saya terima sampai saat ini.
Dalam kedua hal itu, komunikasi dengan AVA (Airasia’s Virtual Allstar) sama sekali tidak membantu.
Mohon tanggapan Airasia.
Filbert TanakaJl Pulau Tidung, Jakarta 11610
Airasia 2
Saya dan empat anggota keluarga memesan tiket rute Surabaya-Padang pada 27 Maret 2022 dengan nilai Rp 13.022.901. Karena ada layanan bisa mendaftar penerbangan lain, saya pun mendaftar untuk Lion Air dengan referensi 10002474367.
Beberapa saat setelah saya membayar tagihan, secara sepihak Airasia membatalkan tiket saya dan menyatakan akan mengembalikan uang tiket saya ke rekening awal untuk transfer.
Pada tanggal yang sama saya langsung melapor dengan nomor 102297903. Saya juga beberapa kali mencoba menghubungi AVA (Airasia’s Virtual Allstar), tetapi ribet dan tidak memberi solusi.
Faktanya sampai saat ini saya belum menerima pengembalian apa pun dari Airasia. Mohon pihak berwenang mengatur dan mengawasi, khususnya tanggung jawab kepada konsumen.
Marliyoni AzarPerum Puri Firdaus, Kota Batu, Jawa Timur