Upaya Presiden Joko Widodo menemui Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dan Presiden Rusia Vladimir Putin guna mendorong solusi damai sangat tepat.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Konflik bersenjata di Ukraina membuktikan bahwa perang dapat pecah setiap saat di tengah persaingan di antara kekuatan-kekuatan besar.
Rusia memutuskan untuk terus menyerang Ukraina walau perang yang ditimbulkannya membuat negara itu kesulitan mengakses kekayaannya di luar negeri gara-gara diblokir Barat. Risiko tersebut diambil Moskwa dengan berbagai pertimbangan.
Melihat ke belakang, perang di Ukraina tak terjadi begitu saja. Ada kondisi-kondisi pemicunya. Ada pihak yang merasa terancam eksistensinya, tetapi ada pula pihak yang merasa harus mencari dukungan kekuatan asing agar bisa bertahan.
Perang Ukraina memperberat banyak negara di dunia. Harga energi melejit tinggi, harga bahan pangan melonjak. Masyarakat di negara maju, berkembang, serta miskin merasakan dampaknya. Yang paling sengsara tentu saja rakyat di negara miskin yang tak memiliki sumber daya alam.
Namun, ada ancaman lebih besar yang menanti warga dunia, yakni persaingan kekuatan utama, Amerika Serikat, dan China. Kehadiran angkatan bersenjata China di Laut China Selatan, yang direspons AS serta sekutu dengan mengirim kapal serta pesawat militer patut mendapat perhatian besar. Di samping tumpang tindih klaim teritorial di Laut China Selatan antara China dan beberapa negara ASEAN, ada potensi pecah perang di Taiwan. Perebutan pengaruh atas Pasifik ikut menegaskan betapa dampak dari persaingan kedua kubu sungguh bersifat global dan multidimensi.
Dalam situasi itulah, RI harus menapaki masa depan. Negeri berpenduduk 270 juta orang ini jelas kekuatan krusial di regional, kekuatan utama di Asia Tenggara. Belum lagi catatan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara demokrasi terbesar sekaligus berpenduduk Muslim terbanyak.
Posisi itu menempatkan Indonesia harus mampu memberikan kontribusi penting bagi dunia. Sesuai amanat Pembukaan UUD 1945 bahwa Indonesia perlu ikut menjaga ketertiban dunia yang didasarkan salah satunya pada perdamaian abadi, pemimpin Indonesia senantiasa harus siap menjalankan misi-misi perdamaian.
Upaya Presiden Joko Widodo menemui Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dan Presiden Rusia Vladimir Putin guna mendorong solusi damai sangat tepat. Posisi Indonesia yang tengah memimpin G20 membuat tanggung jawab Presiden Jokowi kian besar untuk mendorong diakhirinya perang di Ukraina. Selain untuk mencegah korban jiwa terus berjatuhan di medan laga, upaya Jokowi diharapkan mengakhiri kenaikan harga-harga yang telah menyengsarakan banyak orang di negara berkembang serta miskin.
Namun, Indonesia juga perlu bersiap untuk berkontribusi penting dalam mencegah konflik bersenjata di tengah persaingan AS-China yang skalanya lebih besar dan bersifat multidimensi. Jika perang ini sampai pecah, dampak yang ditimbulkannya bakal sungguh berat.