Pelaku usaha rintisan harus makin memastikan masa depan bisnisnya. Target harus jelas dan perlu memastikan produk atau layanannya memang dibutuhkan masyarakat.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Tanda-tanda masalah sudah muncul di pendanaan usaha rintisan berbasis teknologi. Pelaku usaha perlu segera berbenah.
Harian ini, pekan lalu, mengabarkan perusahaan rintisan bidang teknologi atau start up diperkirakan masih berjibaku menghadapi ketidakpastian ekonomi global dan potensi kenaikan suku bunga. Maka, usaha rintisan harus memahami kebutuhan pasar serta memiliki produk dan model bisnis yang menghasilkan profit berkelanjutan daripada mengejar pertumbuhan secepat mungkin (Kompas, 25/6/2022).
Menurut Vice President Marketing and Value Creation Alpha JWC Ventures Cheryl NG, fenomena penyesuaian bisnis (company rightsizing) di kalangan start up diperkirakan masih terjadi dalam beberapa bulan mendatang. Fenomena yang terjadi beberapa pekan terakhir, seperti penyesuaian bisnis yang menyebabkan pengurangan jumlah karyawan, baru tahap awal. ”Kita tak bisa mengendalikan situasi global. Kepada para pendiri start up, kami terus-menerus mengimbau mereka agar fokus pada produk dan menyesuaikan produk dengan kebutuhan pasar,” ujar Cheryl, Jumat (24/6/2022), di Jakarta.
Kita dapat membayangkan masalah yang muncul di kalangan usaha rintisan yang sedang mendapat pendanaan awal (seed) dan pendanaan saat pertumbuhan (growth) ketika dana segar mungkin tak masuk lagi. Informasi yang dikumpulkan menyebutkan, investor ventura yang biasa membiayai usaha rintisan mulai mengambil langkah aman. Mereka mengalihkan investasi ke sesuatu yang riil atau fisik. Langkah ini bisa dipahami ketika ekonomi global tak menentu sehingga instrumen investasi di pasar finansial tergolong berisiko.
Kita kemudian bertanya, langkah apa yang bisa dilakukan agar usaha rintisan di Indonesia selamat? Apalagi jumlah usaha rintisan Indonesia sangat besar. Data terakhir menyebutkan, jumlah usaha rintisan di Tanah Air mencapai 2.347 usaha. Dengan angka ini, Indonesia berada di urutan kelima dunia dalam hal jumlah usaha rintisan.
Selain itu, usaha rintisan kerap dibanggakan pemerintah sebagai bukti kehadiran Indonesia dalam ekonomi digital. Keguncangan di usaha ini akan memengaruhi ekonomi nasional karena perannya tak kecil. Pemutusan hubungan kerja bakal menjadi isu yang menyebabkan sektor lain terganggu.
Untuk itu, pelaku usaha rintisan harus makin memastikan masa depan bisnisnya. Target harus jelas dan perlu memastikan produk atau layanannya memang dibutuhkan masyarakat. Mereka perlu memiliki langkah-langkah bisnis yang menunjukkan berhasil meraih untung atau setidaknya mengamankan kelanjutan usahanya. Langkah ini ibarat buah yang dipaksa dipetik lebih cepat dari pohon agar segera masak atau setidaknya tidak rusak di pohon.
Tak banyak pilihan. Upaya penghematan dan lain-lain tentu dilakukan, tetapi keharusan segera untung berkelanjutan merupakan cara menyelamatkan mereka. Kita berharap ada dukungan dari pemerintah juga. Upaya anak-anak muda untuk mengkreasi usaha baru ini diharapkan tak tumbang karena terdampak ekonomi global.