Kehadiran BRICS akan kian bermakna jika dapat membantu negara-negara yang bukan anggota forum tersebut untuk turut merasakan manfaatnya. Penggalangan bantuan dana pembangunan bisa menjadi salah satu bentuknya.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Pertemuan para pemimpin negara BRICS berlangsung di tengah meningkatnya persaingan di antara kekuatan-kekuatan utama dunia.
BRICS, yang dibentuk pada 2009, beranggotakan Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan. Ketika BRICS didirikan, negara-negara itu dinilai memiliki pengaruh cukup besar di kawasan sekaligus memiliki ekonomi yang tengah berkembang dan bakal menjadi pemain penting. Negara-negara BRICS mewakili 40 persen populasi dunia, 25 persen ekonomi global, dan 18 persen perdagangan internasional.
Hal yang patut menjadi perhatian, para pemimpin BRICS bertemu di tengah konflik bersenjata yang melanda Ukraina dan meningkatnya persaingan China-Amerika Serikat.
Melihat para anggota BRICS, dapat dipahami organisasi itu menyuarakan sikap yang berbeda dengan kubu Barat. Sebagai ilustrasi, China berposisi netral dalam isu Ukraina dan tak mau memberi kecaman atas ”operasi militer khusus” Rusia.
Afrika Selatan dan India abstain dalam voting di Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk mengecam serangan Rusia ke Ukraina. India bersama China membeli pula minyak dari Rusia dalam jumlah tidak sedikit dengan harga diskon.
Dalam pertemuan puncak BRICS, Kamis (23/6/2022), dengan China selaku tuan rumah, Presiden Xi Jinping tak pelak mengkritik praktik penerapan sanksi secara unilateral. Seperti dikutip Kompas edisi Jumat (24/6), Presiden China mengingatkan agar mentalitas Perang Dingin ditinggalkan. Sanksi-sanksi bersifat unilateral juga harus ditolak.
Melihat para anggota BRICS, dapat dipahami organisasi itu menyuarakan sikap yang berbeda dengan kubu Barat.
Adapun Presiden Rusia Vladimir Putin mengajak pemimpin BRICS lainnya untuk bekerja sama menghadapi ”tindakan-tindakan egois” Barat. Ia menekankan, hanya lewat kerja sama saling menguntungkan serta jujur, negara-negara menemukan solusi dari situasi krisis yang disebabkan oleh tindakan keliru serta egois oleh pihak-pihak tertentu.
Media China, Global Times, menyebut, konektivitas di antara anggota BRICS meningkat. Sebagai contoh, pada lima bulan pertama tahun 2022, total ekspor dan impor China dengan anggota BRICS lainnya bertambah 12,1 persen secara year on year. Rinciannya, antara lain, naik 20 persen dengan Rusia serta meningkat 10 persen dengan India.
Kerja sama yang adil dan saling menguntungkan memang salah satu kunci untuk menciptakan perdamaian. Relasi erat di bidang ekonomi dapat mendorong negara-negara untuk bekerja keras mencegah konflik bersenjata karena perang akan menghancurkan perekonomian.
Kehadiran BRICS akan kian bermakna jika dapat membantu negara-negara yang bukan anggota forum tersebut untuk turut merasakan manfaatnya. Penggalangan bantuan dana pembangunan bisa menjadi salah satu bentuknya.
Bagaimanapun, sebuah kekuatan alternatif baru akan menjadi nyata jika betul-betul mampu memberikan ”jalan lain” menuju kemakmuran bersama.