tahun 2008, saya beribadah haji berangkat dari Karachi, Pakistan. Sudah banyak perubahan. Di sekeliling Masjidil Haram banyak gedung pencakar langit untuk hotel, jauh di atas Kabah.
Oleh
MUSTAKIM
·2 menit baca
Menarik membaca Laporan dari Mekkah oleh Ilham Khoiri mengenai ibadah haji ”From Mekkah with Selfie” (Kompas, 16/6/22). Dikatakan dalam tulisan itu ”Meledaknya swafoto seiring bertambahnya pengguna gawai”.
Saya mengalami perubahan ini.
Pertama kali ke Mekkah tahun 1986 untuk melaksanakan umrah, saya berangkat dari Islamabad, Pakistan. Turun dari bus, saya berjalan melewati lorong kecil dengan banyak pedagang kaki lima, menuju Masjidil Haram untuk tawaf mengelilingi Kabah. Di pintu masuk, ada askar penjaga masjid.
Ketika itu saya membawa tas kecil berisi paspor, uang, dan kamera saku. Askar meminta agar tas dibuka dan tangannya langsung merogoh ke dalam. Tangannya keluar dengan memegang kamera, mengacungkannya sambil berkata, ”Haram, haram.” Kamera disita, tidak dikembalikan.
Kedua, tahun 1992, ketika melaksanakan ibadah haji. Saya berangkat dari Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, dan belum ada perubahan.
Ketiga, tahun 2008, saya beribadah haji berangkat dari Karachi, Pakistan. Sudah banyak perubahan. Di sekeliling Masjidil Haram banyak gedung pencakar langit untuk hotel, jauh di atas Kabah. Bahkan ada spanduk iklan KFC terpampang. Di dalam masjid banyak jemaah berfoto ria, dengan kamera ataupun HP.
Ada WNI suami istri yang puluhan tahun di Karachi, meminta bantuan mendapat visa dari Konsulat Jenderal Arab Saudi. Sudah lima kali visa haji ditolak karena visa WNI harus dari Kedubes Arab Saudi di Jakarta.
Ternyata ini permintaan Indonesia untuk menghindari penipuan calon jemaah haji, tetapi tidak dikecualikan pada WNI yang tinggal di luar negeri. Alhamdulillah, permintaan saya dikabulkan sehingga yang bersangkutan akhirnya dapat menunaikan ibadah haji.
Dalam perjalanan Karachi-Bahrain-Jeddah, pulangnya transit di Bahrain enam jam sehingga sempat keluar bandara untuk keliling kota. Di pantai banyak pria tegap berkulit putih. Saya tanya pemandu, ternyata mereka pasukan militer AS yang berpangkalan di Bahrain.
Menarik juga waktu bermalam di Muzdalifah, mengumpulkan bebatuan untuk ibadah jumrah di Mina. Di sekitar penginapan ternyata banyak pedagang yang menjual alat perlengkapan haji, seperti kain ihram, topi haji, dan tasbih yang made in China.
MustakimJl Para Duta, Pondok Duta 1, Tugu, Cimanggis, Depok