Penyakit kardiovaskular, terutama penyakit jantung dan stroke, merupakan penyebab kematian dan penyumbang utama kecacatan global, termasuk di Indonesia. Pola makan yang sehat menjadi kunci untuk mencegahnya.
Oleh
NURFI AFRIANSYAH
·5 menit baca
Tujuh belas hari pasca-penetapan Covid-19 sebagai pandemi global (28 Maret 2020), Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus men-share lima pesan cara sehat selama pandemi Covid-19 di kanal Youtube WHO. Setelah lebih dari dua tahun pandemi Covid-19 berlangsung, pesan pertama dari lima pesan sehat tersebut, yaitu eat a healthy and nutritious diet, which helps your immune system to function properly, masih relevan karena penyakit kardiovaskular masih mendominasi dunia.
Penyakit kardiovaskular, terutama penyakit jantung dan stroke, merupakan penyebab kematian dan penyumbang utama kecacatan global, termasuk di Indonesia. Studi Global Burden of Disease (GBD) 2019 di 204 negara menunjukkan bahwa kematian akibat penyakit kardiovaskular global tertinggi berturut-turut terdapat di China, India, Rusia, Amerika Serikat, dan Indonesia. Artikel riset 40 halaman yang dipublikasi di J Am Coll Cardiol 2020 ini menunjukkan, kematian karena penyakit kardiovaskular itu paling banyak disebabkan oleh penyakit jantung iskemik (49,2 persen) dan stroke iskemik (17,7 persen).
Di Indonesia, stroke dan penyakit jantung iskemik (PJI) merupakan penyebab kematian ke-1 dan ke-2 untuk semua umur dalam dasawarsa terakhir (2009-2019). Dalam satu dekade tersebut, dua besar penyebab kematian ini meningkat signifikan, yakni 25,9 persen untuk stroke dan 28,3 persen untuk PJI. Kenaikannya hanya ”kalah” dari diabetes (49,9 persen) dan kanker paru (42,4 persen), yang menjadi penyebab kematian ke-3 dan ke-9 di Indonesia.
Tingginya risiko kematian akibat penyakit kardiovaskular tersebut berhubungan kuat dengan buruknya kualitas diet. Studi GBD 2017 di 195 negara, yang dipublikasi di Eur Heart J Qual Care Clin Outcomes 2022, menunjukkan, pola makan tidak sehat (dietary risks) bertanggung jawab terhadap kematian karena penyakit kardiovaskular pada orang dewasa di dunia (52,9 persen). Kasus ini merata mulai dari di negara berpenghasilan rendah (51,3 persen), rendah-menengah (53,2 persen), menengah (54,8 persen), menengah-tinggi (53,9 persen), hingga tinggi (45,8 persen).
Pola makan tidak sehat ( dietary risks) bertanggung jawab terhadap kematian karena penyakit kardiovaskular pada orang dewasa di dunia (52,9 persen).
Proporsi kematian akibat penyakit kardiovaskular terkait diet tidak sehat pada tahun 2017 dijumpai paling tinggi di Mongolia dan Suriah (62,3 dan 61,1 persen) serta paling rendah di Dominika dan Spanyol (34,3 dan 35,6 persen). Di beberapa negara ASEAN, proporsi kematian karena penyakit kardiovaskular terkait diet tidak sehat juga tinggi, yaitu di Malaysia 59,5 persen, Brunei 55,7 persen, dan Indonesia 55,2 persen.
Studi GBD 2017 menunjukkan pula, pada tahun 2017 pola makan tidak sehat menjadi penyebab utama kematian akibat PJI global (69,2 persen), diikuti oleh tekanan darah sistolik tinggi (54,4 persen), dan kolesterol LDL tinggi (41,9 persen).
Gorengan
Pola makan meliputi keseimbangan, variasi, dan kombinasi makanan dan minuman yang biasa dikonsumsi. Hal tersebut mencakup semua makanan dan minuman, baik yang disiapkan dan dimakan di rumah maupun di luar rumah.
Dalam studi GBD, pola makan tidak sehat terdiri atas jumlah efek buruk dari dietary risks: 10 jenis makanan dan zat gizi yang dikonsumsi kurang serta 5 jenis makanan dan zat gizi yang dimakan berlebihan. Sepuluh makanan dan zat gizi yang dikonsumsi kurang meliputi buah, sayuran, serealia utuh (whole grains), legum, kacang-kacangan dan biji-bijian, susu, serta serat pangan, kalsium, asam lemak omega-3 dari seafood, dan asam lemak tak jenuh ganda. Adapun lima jenis makanan dan zat gizi yang dimakan berlebihan mencakup daging merah, daging olahan, minuman manis, serta natrium dan asam lemak trans.
Riset Predimed (Prevención con Dieta Mediterránea), yang menerapkan diet Mediterania pada partisipannya, menunjukkan bahwa konsumsi tambahan minyak zaitun ekstra-murni dan kacang-kacangan (sumber asam lemak tak jenuh ganda) dapat mengurangi kematian karena serangan jantung, stroke, atau gabungan/penyakit kardiovaskular masing-masing 30 dan 28 persen.
Riset kohor Adventist Health Study-2 menunjukkan, mengonsumsi daging sebagai sumber protein berhubungan dengan kenaikan angka kematian akibat penyakit kardiovaskular 61 persen. Sebaliknya, menggantinya dengan kacang-kacangan dan biji-bijian berkaitan dengan penurunan angka kematian karena penyakit kardiovaskular yang lebih rendah (40 persen).
Mengonsumsi daging sebagai sumber protein berhubungan dengan kenaikan angka kematian akibat penyakit kardiovaskular 61 persen.
Sementara dalam studi Regards (Reasons for Geographic And Racial Differences in Stroke), pola makan terdiri dari banyak tambahan lemak, gorengan, telur, jeroan dan daging olahan, serta minuman manis meningkatkan risiko insiden penyakit jantung koroner akut 56 persen dan stroke 30 persen.
Pola makan terakhir di atas tampak serupa dengan kondisi di Indonesia kini, yang tinggi makan makanan yang digoreng. Hasil jajak pendapat Kompas awal April lalu (Kompas, 30/4/2022) memotret, lebih dari separuh responden (56,7 persen) mengaku mengonsumsi gorengan setiap hari. Tak mengherankan apabila permintaan terhadap minyak goreng di pasaran tetap tinggi, yang memantik risiko penyakit kardiovaskular yang tinggi.
Pola makan ”jantung sehat”
Pedoman American College of Cardiology (ACC)/American Heart Association (AHA) 2019 tentang Pencegahan Primer Penyakit Kardiovaskular menekankan, untuk mencegah penyakit ini, semua orang dewasa harus mengonsumsi makanan sehat yang mengutamakan konsumsi buah, sayuran, serealia utuh, kacang-kacangan, legum, sumber protein nabati atau hewani tanpa lemak, dan ikan, serta meminimalkan asupan lemak trans, daging merah dan daging merah olahan, karbohidrat murni, dan minuman manis.
Semua itu adalah ”pola makan jantung-sehat” (heart-healthy dietary pattern), pola makan yang terkait dengan risiko penyakit kardiovaskular yang rendah. Kepatuhan dalam menerapkan pola makan jantung sehat berhubungan dengan kesehatan jantung dan pembuluh darah yang optimal, yang berpotensi mengurangi obesitas, hipertensi, kolesterol tinggi, dan diabetes.
Pola makan jantung sehat ditekankan pada Dietary Guidelines for American (Pedoman Pola Makan Sehat Orang Amerika) 2020-2025, termasuk Healthy Medi-terranean-Style Dietary Pattern dan Healthy US-Style Dietary Pattern. Riset tentang pola makan yang menggunakan data dari tiga riset kohor besar orang dewasa Amerika Serikat, yaitu Dietary Patterns Methods Project, menemukan bahwa kematian akibat penyakit kardiovaskular lebih rendah 14-28 persen di antara orang dewasa dengan kepatuhan yang tinggi terhadap pola makan berkualitas tinggi dibandingkan kepatuhan yang rendah. Sebagian besar riset tentang pola makan tersebut dilakukan pada populasi Barat.
Panduan pola makan jantung sehat masa depan akan makin bermanfaat jika riset lebih banyak dilakukan di negara berpenghasilan menengah yang memiliki proporsi kematian karena penyakit kardiovaskular terkait pola makan tidak sehat yang tinggi, seperti di Indonesia. Apalagi, di era pandemi Covid-19, yang selain untuk mencegah risiko penyakit kardiovaskular, juga untuk memperkuat sistem imun tubuh.
Nurfi Afriansyah, Ketua Departemen Riset dan Pengembangan DPP-Persagi; Periset BRIN; Alumnus Griffith University; IG: nurf1