Pahami Waktu yang Tepat untuk Jual Beli Saham dengan ”Order Book”
”Order book” berperan penting untuk menuntun investor ketika akan membeli atau menjual saham. Apalagi, jika transaksi jual beli dilakukan dengan cepat, seperti mereka yang berdagang atau ”trading” saham.
Oleh
ANASTASIA JOICE TAURIS SANTI
·3 menit baca
Salah satu pertanyaan yang paling sering diajukan investor pemula saat hendak membeli saham adalah beli di harga berapa dan nantinya jual di harga berapa. Kebingungan ini sebenarnya dapat diminimalkan dengan memahami cara transaksi saham, antara lain dengan membaca order book.
Order book saham merupakan tabel yang memberikan data mengenai penawaran harga jual dan beli saham. Ketika seorang investor berniat membeli saham, order book digunakan untuk menentukan berapa harga beli atau harga jual saham tersebut.
Data yang tertera dalam tabel order book, antara lain, kode saham, harga terakhir, harga saat ini, harga pembukaan, berapa banyak saham yang dijual atau dibeli, persentase perubahan harga, dan frekuensi perdagangan.
Selain itu, order book juga menampilkan harga rata-rata saham, harga tertinggi, harga terendah, hingga nilai total volume perdagangan saham. Ada pula data jumlah lot saham yang ditawarkan pada kolom offer atau ask, juga jumlah lot saham yang diminati investor pada kolom bid, ada juga data jumlah order. Data order book ditampilkan secara seketika (real time). Naik atau turunnya bergantung pada kondisi saat transaksi terjadi.
Order book berperan penting untuk menuntun investor ketika akan membeli atau menjual saham. Apalagi, jika transaksi jual beli saham dilakukan dengan cepat, seperti mereka yang berdagang atau trading saham. Memantau order book merupakan keharusan.
Pada kolom bid atau penawaran terdapat urutan harga dan jumlah lot yang diminati oleh para pembeli saham, juga keterangan jumlah order. Misalnya, untuk saham ABCD Tbk terdapat 35 antrean yang berminat membeli 30.312 lot di harga Rp 406. Lalu di bawahnya tertera 117 antrean dengan total lot 29.881 di harga Rp 404.
Di sisi ask atau offer, ada investor yang berminat menjual saham tersebut pada harga Rp 408 sebanyak 31.038 lot sebanyak 30 antrean. Di bawahnya ada investor yang hendak menjual pada harga Rp 410 berjumlah 20.271 lot sebanyak 20 antrean.
Biasanya, jika total saham yang ada di kolom bid jauh lebih banyak daripada total saham yang ada di kolom offer, harga saham akan naik. Berarti lebih banyak investor yang berniat membeli saham ketimbang yang menjual. Ini seperti hukum ”penawaran dan permintaan” di dunia sektor riil.
Dengan demikian, semakin banyak permintaan terhadap suatu saham, harga akan semakin naik. Sebaliknya, jika lebih banyak yang menjual ketimbang yang membeli, harga akan cenderung turun apalagi jika terkonfirmasi dengan adanya frekuensi transaksi yang besar.
Biasanya, jika total saham yang ada di kolom bid jauh lebih banyak daripada total saham yang ada di kolom offer, harga saham akan naik.
Para investor yang tidak mau antre dapat membeli langsung pada baris teratas kolom offer. Saham akan terbeli dalam waktu lebih singkat karena tidak harus antre panjang. Di kalangan investor pasar modal, langkah seperti ini sering disebut haka atau hajar kanan.
Sebaliknya, ketika hendak menjual cepat, para investor dapat langsung memesan pada baris bid teratas atau dikenal dengan istilah hajar kiri (haki). Saham akan lebih cepat terjual karena antrean lebih pendek ketimbang dipasang jual pada harga di baris kedua, ketiga atau keempat.
Jika tidak ingin transaksi cepat, para investor atau trader dapat menawar saham pada baris kedua, ketiga, atau keempat dan seterusnya dari kolom bid atau offer. Risikonya, transaksi bisa saja tidak terjadi hingga akhir hari perdagangan.
Baik pada kolom bid maupun offer terkadang ada jumlah lot besar di harga tertentu. Jumlah lot besar ini dapat dijadikan patokan ketika investor hendak membeli atau menjual saham. Bisa jadi, bid yang tebal di harga tersebut merupakan patokan harga yang paling banyak ingin dibeli oleh investor. Harga itu dapat dijadikan area beli.
Sebaliknya, bid tebal di kolom offer menjadi area jual. Agar antrean beli atau jual lebih cepat terjadi, tidak jarang investor memasang harga beli sedikit di atas bid atau offer tebal tersebut.