Hubungan dokter peserta pendidikan dengan dokter senior (pengajar) berjalan baik. Para dokter senior membimbing tidak hanya aspek pengetahuan dan keterampilan, tetapi yang utama juga aspek sikap.
Oleh
samsuridjal djauzi
·5 menit baca
Anak pertama saya dan menantu saya baru saja menyelesaikan tugas sebagai dokter umum di Kalimantan. Anak saya (perempuan) ingin melanjutkan pendidikan menjadi dokter spesialis anak, sedangkan menantu saya ingin meniti karier di bidang kesehatan masyarakat. Sejak mahasiswa memang dia suka berorganisasi dan bekerja di masyarakat. Selama pendidikan dokter, saya tak banyak membantu karena mereka menjalani pendidikan di fakultas kedokteran negeri yang biaya pendidikannya relatif lebih murah. Mereka memang tinggal tidak di satu kota dengan saya sehingga harus kos, tetapi biayanya tak seberapa. Selama bertugas di daerah,mereka dapat menabung, tetapi tak seberapa. Anak saya yang perempuan sudah menghitung tampaknya biaya pendidikan dan biaya hidup nanti tidak mencukupi jika hanya dari tabungan saja. Saya ada sedikit dana yang disiapkan jika anak saya memerlu-kannya. Kami semua berharap pendidikan anak dan menantu saya akan berjalan lancar.
Belum lama saya membaca di media bahwa hubungan dokter yang masih muda dengan dokter senior di Indonesia kurang serasi. Bahkan diberitakan, dokter senior mempersulit pendidikan dankarier dokter muda. Saya agak heran dengan berita tersebut karenase tahu saya kekeluargaan amat diperhatikan di kalangan profesi dokter. Bahkan, kalau tak salah, dokter harus memperlakukan dokter lain sebagai saudara. Dia tak boleh mengenakan biaya berobat atau tindakan operasi kepada dokter yang berobat. Selain itu, seorang dokter harus menghormati gurunya. Karena itulah, saya mem-bayangkan kehidupan di kalangan profesi dokter ini berjalan dengan akrab dan saling mengasihi.
Belakangan ini media juga banyak membahas etika kedokteran. Masyarakat berhak mendapat layanan kesehatan yang meningkatkan taraf kesehatannya dan terhindar dari risiko yang membahayakan. Sering kali saya membaca pentingnya layanan kedokteran berbasis bukti. Konon, prinsip ini lazim digunakan di seluruh dunia sehingga kita juga menerapkannya. Jumlah dokter diIndonesia sudah semakin banyak, tetapi Kementerian Kesehatan menyatakan bahwa negeri kita masih kekurangan dokter spesialis. Dapatkah Dokter sebagai dokter senior menggambarkan situasi kebutuhan tenaga dokter di Indonesia, baik dokter umum maupun spesialis? Bagaimana supaya tenaga dokter kita dapat mencukupi untuk melayani masyarakat Indonesia yang hidup tersebar di ribuan pulau ini? Pengalaman Dokter mungkin akan dapat meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap kehidupan dokter di Indonesia. Terima kasih.
B di M
Wah, saya mengucapkan selamat, anak dan menantu Anda telah menyelesaikan tugas di daerah. Saya percaya waktu bertugas di daerah akan selalu dikenang. Selama bertugas di daerah, dokter bergaul dengan masyarakat, tokoh-tokoh, serta pejabat. Mereka mendapat pengalaman berharga yang akan membantu proses pematangan diri. Bahkan, secara langsung ataupun tidak, dokter yang bertugas di daerah telah menjadi perekat negara kesatuan kita. Mereka dapat bergaul dengan berbagai suku, agama, dan kelompok serta belajar untuk hidup bersama secara rukun.
Jumlah dokter di Indonesia dewasa ini sekitar 150.000 orang. Terdapat sekitar 90 perguruan tinggi yang mendidik dokter diseluruh Indonesia, mulai dari Aceh sampai Papua. Mereka diharapkan dapat mengisi kekurangan tenaga dokter di layanan kesehatan primer. Jumlah dokter spesialis sekitar 35.000 orang. Kekurangan tenaga dokter spesialis di masyarakat bukan karena jumlahnya yang kurang, melainkan ada tantangan di penempatan. Dokter spesialis akan dapat bekerja dengan baik jika didukung peralatan medis dan laboratorium yang dibutuhkan. Peralatan dirumah sakit tempat dokter spesialis bertugas dengan demikian harus dilengkapi. Penempatan dokter spesialis harus melalui administrasi yang baik. Kementerian Kesehatan dibantu perhimpunan profesi menyebarkan tenaga dokter spesialis ke daerah yang membutuhkan. Sudah tentu peran bupati juga besar karena beliaulah yang menyediakan sarana dan operasional rumah sakit.Tenaga dokter spesialis yang lulus akan dimanfaatkan untuk layanan kesehatan dan sebagian sekaligus untuk tenaga pengajar diberbagai perguruan tinggi. Jadi, masalah penempatan memerlukan kerja sama berbagai pihak. Kementerian Kesehatan menyiapkan rumah sakit dan tenaga dokter, pemerintah daerah menyiapkan biaya operasional, dan organisasi profesi membantu memfasilitasi penempatan dokter spesialis di daerah.
Saya bertugas sebagai dokter sejak tahun 1970 sehingga cukup lama mengalami dan merasakan kemajuan pelayanan kedokteran di negeri kita. Jumlah fakultas kedokteran negeri ataupun swasta bertambah secara nyata. Begitu juga pusat pendidikan dokter spesialis. Dengan begitu, jumlah dokter dan dokter spesialis kita juga meningkat tajam. Pendidikan dokter spesialis di luar negeri dianggap sebagai pendidikan profesi sehingga pendidikan dilaksanakan seperti magang. Dokter bekerja melayani pasien sambil dibimbing dokter pengajar dan mendapat gaji yang mencukupi. Di negeri kita, pendidikan dokter spesialis disamakan dengan pendidikan pada umumnya sehingga tidak mendapat gaji dan bahkan harus membayar SPP. Biaya pendidikan mungkin tak terlalu mahal, tetapi karena umumnya peserta pendidikan dokter spesialis sudah bekeluarga, biaya hidup di kota besar cukup mahal. Semasa pendidikan dokter spesialis, jadwal kerja peserta cukup sibuk. Tidak hanya bertugas di siang hari, mereka juga sering tugas malam hari dan pada hari libur. Mereka memerlukan keterampilan yang cukup sehingga harus mendapat kesempatan luas untuk mencapai keterampilan tersebut.
Dokter spesialis akan dapat bekerja dengan baik jika didukung peralatan medis dan laboratorium yang dibutuhkan.
Hubungan dokter peserta pendidikan dengan dokter senior (pengajar) sepengamatan saya berjalan baik. Para dokter senior membimbing tidak hanya aspek pengetahuan dan keterampilan, tetapi yang utama juga aspek sikap. Pada umumnya, peserta dokter spesialis akan berhasil menjadi spesialis. Hanya beberapa orang yang gagal. Kegagalan tersebut bukan disebabkan pengetahuan dan keterampilan yang kurang, melainkan sering kali karena aspek sikap. Pada tahap awal pendidikan sudah disepakati bersama hal-hal yang harus dikerjakan dan yang tak boleh dilakukan. Seorang peserta pendidikan tak boleh memukul pasien, melakukan pelecehan seksual, atau menipu. Jika ini terjadi, sanksinya amatberat, pada umumnya dikeluarkan. Selain itu, biasanya para pengajar bersabar membimbing peserta menjadi spesialis yang profesional, berakhlak mulia, dan mencintai Tanah Air. Sikap para pengajar menjadi panutan peserta didik sehingga para pengajar wajib memperlihatkan sikap yang baik.
Jika ada peserta didik kekurangan biaya, tak jarang para senior membantu. Saya mengalami di suatu pusat pendidikan peserta didik menderita kanker sehingga membutuhkan biaya di luar biaya BPJS Kesehatan. Para senior mengumpulkan dana yang tak sedikit untuk membantu kesembuhan peserta didik tersebut. Sebaliknya, peserta didik amat menghormati gurunya. Mereka akan selalu ingat bagaimana guru mereka mendidik dan membimbing. Para dokter muda yang cemerlang, yang mendapat penghargaan nasional atau global, tetap menunjukkan sikap rendah hati danmenghormati guru mereka meski kemampuannya sudah lebih tinggi. Mereka juga menghormati organisasi profesi mereka dengan menaati peraturan dan etika yang ada. Semoga gambaran ini mampu memperlihatkan hubungan dokter muda dengan senior di kalangan kedokteran.