Simulakra Manusia Urban dan Obsesi Seno Gumira Ajidarma
Simulakra menjadi obsesi Seno Gumira Ajidarma untuk menyingkap citra yang menopengi kebusukan realitas dalam novelanya. Ia menelusuri makna dusta perilaku konsumeris dan hedonis dalam praktik prostitusi manusia urban.
Oleh
S PRASETYO UTOMO
·5 menit baca
Dari cerpen Seno Gumira Ajidarma, Pelajaran Mengarang, kemudian dialihwahanakan ke dalam skenario film Ibuku Seorang Pelacur, kini hadir sebagai novela Marti & Sandra (Penerbit Buku Kompas, 2022). Sebagai seseorang yang pernah menulis disertasi tentang novel Seno Gumira Ajidarma, saya memahami teori proses kreatifnya. Secara sederhana, dapat saya katakan bahwa novela Seno Gumira Ajidarma ini bermula dari defamiliarisasi tokoh cerpen Pelajaran Mengarang. Ia tidak menciptakan teks sastra dengan karakter tokoh beroposisi biner: baik-buruk, benar-salah, kalah-menang. Dari kekuatan karakter tokoh mengalirlah motif, struktur narasi, dan kisah. Meskipun tokoh itu seorang pelacur, tetaplah mempresentasikan kekuasaan dan hati nurani sebagai manusia.
Tokoh Marti, seorang pelacur dan Sandra, anak gadisnya, hidup sebagai manusia urban yang berhadapan dengan persoalan-persoalan paradoks pencarian identitas diri. Struktur narasi novela ini menyingkap simulakra: kedok-kedok kebusukan manusia urban. Saya memaknai simulakra sebagai representasi yang tampak bersumber atau berdasar pada hal yang secara ontologis palsu atau tidak tulen sehingga keberadaannya hanya absah berdasar pada status realitasnya sendiri. Simulakra, sebagaimana dikatakan Baudrillard, merujuk pada konsumerisme masyarakat yang berdasarkan pada klaim konsumsi citra.
Seno Gumira Ajidarma mengolah fantasi dalam mengembangkan realitas sosial.
Obsesi Seno Gumira Ajidarma pada realitas sosial yang membusuk, memberi warna struktur narasi. Ia menciptakan novela dengan kritik yang meledek sekularisme manusia perkotaan yang terselubung kepalsuan. Ia menciptakan sugesti akan kearifan di balik peristiwa-peristiwa yang secara ontologis palsu. Ia juga mengolok-olok kepalsuan-kepalsuan perilaku hedonisme, konsumerisme, dan pencitraan manusia urban.
Seno Gumira Ajidarma mengolah fantasi dalam mengembangkan realitas sosial. Ia bermain-main dengan berlapis-lapis simulakra: kepalsuan-kepalsuan perilaku manusia urban, hedonisme, dan konsumerisme. Pengabaian terhadap nilai, norma, dan tatanan sosial menjadi pengalaman getir, pedih, di balik kehidupan perkotaan.
Saya mengikuti perkembangan struktur narasi novela Marti & Sandra yang digerakkan dinamika karakter tokoh: Marti, Sandra, Mami, Lelaki Lamborghini, dan Ronggur. Tokoh Marti, sebagai pelacur kelas atas, hidup dalam transaksi-transaksi seks. Ia bukanlah seorang perempuan yang mengabdikan hidup untuk kesenangan duniawi. Ia perempuan yang mengukuhi hati nurani. Ia tetaplah seorang perempuan yang mengagungkan cinta, menolak untuk dinikahi Lelaki Lamborghini yang berkelimpahan harta duniawi. Ia masih mempertahankan cinta, hati nurani, dan kesetiaan. Ia bisa menjual tubuhnya, tetapi tidak pernah menjual cintanya.
Seno Gumira Ajidarma menampilkan tokoh Marti sebagai pelacur yang tidak terperangkap kedok-kedok untuk memalsukan semua perilakunya. Ia manusia yang memiliki kuasa untuk menolak kekuatan duniawi. Ia menolak menikah dengan Lelaki Lamborghini, karena tak memiliki cinta pada lelaki itu. Ia menjaga hati nuraninya agar tidak diperbudak harta benda yang berlimpah. Ia berharap Sandra, anak gadisnya, tumbuh sebagai gadis yang tak mengikuti jejak hidupnya.
Tokoh Sandra menjadi pertaruhan moral novela ini. Ia tumbuh dalam kompleksitas benturan-benturan nilai, norma, tatanan sosial, dan kultur pendidikan. Dengan sudut pandang gadis kecil ini, Seno Gumira Ajidarma menyingkap kepalsuan karakter dan kebobrokan moral ibunya, Marti, lelaki-lelaki yang memanfaatkan jasa hiburan ibunya, dan manusia urban dengan kedok-kedok kebahagiaan yang diburunya. Novela ini menjadi menarik karena sudut pandang gadis kecil yang menyingkap kedok-kedok kepalsuan itu dengan polos, jujur, dan tanpa dusta. Ia tak bisa mencipta pencitraan palsu tentang ibunya. Ia tetaplah seorang gadis yang lugas mengekspresikan bahwa ibunya seorang pelacur.
Dalam novela ini Seno Gumira Ajidarma menghadirkan tokoh Mami, seorang germo, yang menjaga kesucian Sandra sebagai gadis kecil baik-baik.
Novela Marti & Sandra juga menyingkap berbagai kedok kepalsuan profesi germo, terutama yang berkaitan dengan kemurnian menjaga generasi baru agar tak dikotori jalan pintas memperoleh kekayaan dunia dengan menjual diri. Dalam novela ini, Seno Gumira Ajidarma menghadirkan tokoh Mami, seorang germo, yang menjaga kesucian Sandra sebagai gadis kecil baik-baik. Mami berada di lingkungan kelab malam, memiliki anak buah pelacur dengan segala perilaku palsu untuk menjerat laki-laki, tetapi terhadap Sandra, sikapnya tulus menjaga kemurnian jiwa gadis kecil itu.
Seno Gumira Ajidarma menciptakan suasana paradoksal. Tokoh Lelaki Lamborghini yang bergelimang harta benda dan kesenangan duniawi tak menemukan cinta dan kebahagiaan hidup. Ia menyangka bahwa cinta Marti akan bisa dibeli dengan kekayaan duniawi yang dimilikinya, tetapi justru ia merasa kecewa karena Marti tidak mencintainya. Ia gagal menguasai Marti dengan harta benda yang dimilikinya.
Ronggur yang memiliki cinta Marti justru menyia-nyiakan perempuan itu, demi kebahagiaan-kebahagiaan semu yang terus diburunya. Seno Gumira Ajidarma menghadirkan tokoh Ronggur untuk menafikan cinta, kesetiaan, dan rumah tangga. Tokoh ini lebih memilih hidup dengan kesenangan-kesenangan pribadi yang terbebas dari nilai, norma, dan tatanan sosial.
Simulakra menjadi obsesi Seno Gumira Ajidarma untuk menyingkap citra yang menopengi kebusukan realitas dalam novelanya. Ia menelusuri makna dusta perilaku konsumeris dan hedonis dalam praktik prostitusi manusia urban. Lelaki Lamborghini dan Ronggur merupakan dua tokoh yang memburu kesenangan semu kaum urban. Lelaki Lamborghini tak bisa membeli Marti dengan harta bendanya, sedangkan Ronggur yang memiliki cinta Marti justru menyia-nyiakannya demi petualangan hidup.
Dalam novela ini Seno Gumira Ajidarma menghadirkan fantasi mengenai simulakra yang menyelubungi konfrontasi batin antartokoh. Ia mengembangkan struktur narasi yang penuh kemungkinan penafsiran. Ia bermain-main dengan suasana paradoksal, dan menolak oposisi biner karakter tokoh: baik-buruk, benar-salah, menang-kalah.
Ambiguitas terhadap tokoh-tokoh novela ini sungguh sangat menarik untuk ditafsirkan berulangkali: (1) tokoh pelacur dan germo tak selalu memburu harta, mereka juga menghargai hati nurani, cinta, dan kehormatan, (2) tokoh dengan harta benda yang berlimpah, belum tentu bisa menuntaskan segala yang dikehendakinya, (3) tokoh yang memiliki cinta, justru menyia-nyiakannya, karena memburu kesenangan-kesenangan, (4) seorang gadis kecil anak seorang pelacur pun bisa menemukan pribadinya sendiri.
Empat teori saya mengenai proses kreatif Seno Gumira Ajidarma berlaku pula untuk novela Marti & Sandra. Pertama, ia melakukan defamiliarisasi tokoh pelacur dan germo yang memiliki ketangguhan nurani. Kedua, ia menciptakan novela dengan menolak karakter tokoh beroposisi biner: baik-buruk, benar-salah, kalah-menang. Ketiga, dari deskripsi karakter tokoh Marti, Sandra, Mama, Lelaki Lamborghini, dan Ronggur mengalir motif, struktur narasi, dan kisah novela. Keempat, kehadiran tokoh seorang pelacur seperti Marti, dapat menentukan nasib hidupnya sendiri, berani menolak kuasa uang untuk memuliakan cinta.
Seno Gumira Ajidarma berhasil mengalihwahanakan cerpen Pelajaran Mengarang menjadi novela. Ia mengembangkan struktur narasi dengan defamiliarisasi karakter tokoh-tokoh dengan lebih kompleks. Ia bahkan menutup novelanya dengan fantasi yang mengejutkan. Ia mengisahkan Marti meninggal pada 15 Maret 2022, dan Sandra menjadi menteri pada ruang waktu masa depan, November 2024.
S Prasetyo Utomo, Sastrawan; Doktor Ilmu Pendidikan Bahasa Unnes, Semarang.