logo Kompas.id
OpiniRakyat Hanya Penonton dalam...
Iklan

Rakyat Hanya Penonton dalam Drama Pilpres

Setelah Orde Baru jatuh, kita tidak menyangka bahwa politik tetap milik elite. Bahkan, aktor-aktornya pun sesungguhnya tak banyak berubah, hanya bungkus partai dan cara-caranya yang berbeda.

Oleh
Bivitri Susanti
· 3 menit baca
Bivitri Susanti, pengajar hukum tata negara dari Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Jentera.
NINO CITRA ANUGRAHANTO

Bivitri Susanti, pengajar hukum tata negara dari Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Jentera.

Pemilihan presiden serupa drama dengan banyak pertikaian dan pelukan. Namun, dalam drama itu, rakyat hanya menjadi penonton yang akan diikutkan saat tirai panggung ditutup. Padahal, demokrasi bukan pertunjukan. Demokrasi sejatinya adalah aksi konkret rakyat dalam menentukan, menyelenggarakan, dan mengevaluasi bagaimana negara ini dikelola. Alatnya bukan skenario drama, melainkan melalui pemilihan umum dan berpartisipasi dalam penyelenggaraan pemerintah, termasuk memberi kritik pada kesalahan.

Saat ini, babak pertama pertunjukan sudah dimulai. Pertemuan-pertemuan elite politik banyak berlangsung.Rakyat hanya bisa menonton karena aturan main saat ini hanya mengizinkan partai politik besar yang sudah punya suara pada pemilu yang lalu untuk menentukan siapa calon presiden dan wakilnya.

Editor:
MADINA NUSRAT
Bagikan