Mengenang Buya Syafii
Jokowi dan Buya adalah dua sosok berbeda usia, kedudukan, kadang pandangan, tetapi sama-sama visioner, saling memahami, memiliki keberanian moral, dan menyikapi situasi dengan bijak. Mereka merawat demokrasi sehat.
Tanggal 31 Mei 2022, Buya yang lahir tahun 1935 akan mencapai usia 87 tahun. Namun, Tuhan berkehendak lain. Buya berpulang 27 Mei 2022. Insya Allah ia didoakan mereka yang mencintai dan menghormatinya.
Saat yang mengesankan adalah ketika Presiden Joko Widodo menyambanginya, 26 Maret 2022. Tampak ketulusan hubungan dua manusia yang mencintai negeri ini yang patut diteladani. Buya tidak segan mengkritik, tetapi juga mengapresiasi berbagai kebijakan Presiden. Presiden pun menerima tanpa ada amarah. Mungkin malah menjadikannya masukan dan renungan untuk lebih baik.
Buya Syafii Maarif seorang putra Minang yang benar- benar menerapkan cara memberi nasihat. Sesuai pepatah Minang yang berujung berikut: Jiko pandai bakato-kato, umpamo santan jo tangguli. Tidak pernah menimbulkan sakit hati meskipun itu suatu kritik. Cerminan seorang yang cerdas, berakhlak mulia, berintegritas, dan tulus.
Salah satu tulisan Buya (Kompas, 10/11/2021) menunjukkan keterusterangan Buya. Berjudul ”Mentereng di Luar, Remuk di Dalam”. Ini adalah penyakit sosial kronis yang menipu kita selama ini. Sumpah jabatan para pejabat publik ternyata sedikit pengaruhnya.
Namun, Buya tetap jujur menghargai kinerja yang baik, dalam kalimat ”Dalam sidang G20 di Roma baru-baru ini, Presiden Joko Widodo begitu dihargai di sana sehingga tahun 2022 jabatan presidensi Indonesia dipandang dengan penghargaan serta kepercayaan negara anggota”.
Ini kehormatan internasional bagi Indonesia yang patut disyukuri. Namun, di sisi lain, di dalam negeri masih ada masalah sosial, ekonomi, politik yang perlu dibenahi.
Korupsi tetap menggurita, narkoba seperti tak terbendung, ulah oknum polisi dan aparat lain sangat menusuk perasaan, dan semua terus saja terjadi.
Di sisi lain, sikap simpatik seperti Presiden Jokowi tidak akan terjadi di era Orde Baru yang represif. Jokowi dan Buya adalah dua sosok berbeda usia, kedudukan, kadang pandangan, tetapi sama-sama visioner, saling memahami, memiliki keberanian moral, dan menyikapi situasi dengan bijak. Mereka merawat aura demokrasi yang sehat.
Selamat jalan Buya Syafii Maarif. Engkau mewariskan keteladanan dalam mencintai NKRI.
Hadisudjono SastrosatomoAnggota Tim Pengarah Pusat Etika Bisnis dan Organisasi SS-PEBOSS-STM PPM Menteng Raya, Jakarta
”Kuda Hitam”
Pilpres 2024 semakin dekat. Kontestasi pemilihan presiden dan wakil presiden ke-8 RI diprediksi bakal seru.
Tanggal 14 Februari 2024 telah ditetapkan pemerintah sebagai hari pemungutan suara. Kurang dua tahun perhelatan akbar ini akan berlangsung, tetapi aura kontestasi sudah mulai terasa.
Muncul kandidat-kandidat capres/cawapres yang digadang-gadang jadi pemenang. Ada kandidat lama Prabowo Subianto, Sandiaga Uno, juga pendatang-pendatang baru, seperti Ganjar, Anies, Puan, Airlanggga, Muhaimin, Ridwan Kamil, Khofifah, Agus Harimurti Yudhoyono, bahkan artis tenar Raffi Ahmad.
Lembaga-lembaga survei pun mulai jajak pendapat menghitung peluang. Parpolparpol pun ikut sibuk, kasak kusuk sana sini untuk membangun koalisi.
Pandemi Covid-19 belum usai dan ekonomi rakyat belum pulih, tetapi aroma politik praktis lebih kuat. Rakyat butuh dorongan moril dan materiil dari para pemimpin negeri ini agar bisa segera bangun setelah dua tahun lebih dihantam Covid-19.
Kita tidak pernah tahu, siapa yang bakal terpilih menjadi presiden baru karena keterpilihan ditentukan oleh banyak faktor. Popularitas tidak sebangun dengan elektabilitas. Kandidat yang tak diperhitungkan bisa menjadi kuda hitam dan justru terpilih.
Inilah keunikan Indonesia. Pilpres 2014, Joko Widodo terpilih menjadi Presiden ke-7 RI. Di 2024, bisa jadi kandidat yang tak diperhitungkan yang juga jadi pemenang.
Budi Sartono SoetiardjoCilame, Ngamprah, Kabupaten Bandung
Disiplin di Jalan
Suasana jalan di sekitar Stasiun Palmerah, Jakarta, Minggu (20/5/2018)
Ketidaknyamanan berkendara di Tanah Air, antara lain, disebabkan oleh penambahan kendaraan bermotor yang tidak diimbangi dengan penambah ruas jalan dan disiplin dalam berlalu lintas.
Keadaan ini membuat kemacetan bertambah parah, pemborosan bahan bakar minyak (BBM), polusi, dan kenaikan biaya ekonomi.
Kebanyakan pengemudi di Indonesia belajar mengemudi dari orangtuanya, kakaknya, atau temannya tanpa disertai pemahaman aturan. Akibatnya, ketaatan berkendara sesuai aturan sangat memprihatinkan. Misalnya, mendahului kendaraan dari kiri, melebihi batas kecepatan, dan menerobos lampu lalu lintas.
Di samping itu, perbandingan polisi lalu lintas dan jumlah kendaraan tidak memadai sehingga pelanggaran terus terjadi dan dianggap wajar. Contohnya berkendara tanpa memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM), tidak memakai helm, melanggar rambu lalu lintas, dan melawan arus.
Untuk meletakkan kembali tatanan yang baik dan beradab, semua aspek yang menyangkut keselamatan manusia seyogianya diatur dengan prosedur dan peraturan baku.
Untuk itu, tugas polisi harus dikembalikan sepenuhnya pada penegakan hukum agar lalu lintas lancar dan menjamin keselamatan pengguna jalan.
Jika untuk menjadi pilot pesawat atau nakhoda kapal seseorang harus dilatih melalui akademi penerbangan atau pelayaran, maka pengemudi kendaraan bermotor seharusnya juga sama. Tentu dengan format yang lebih sederhana dan singkat. Semua pengemudi kendaraan bermotor (tanpa kecuali) wajib mendapatkan SIM melalui sekolah mengemudi dengan instruktur yang bersertifikat.
Keharusan mengikuti sekolah mengemudi hanya diperlukan untuk memperoleh SIM baru, sedangkan perpanjangan SIM cukup mengikuti tes kesehatan dan kejiwaan saja.
Dengan menata ulang peraturan dan membangun aplikasi sistem manajemen yang terpadu, diharapkan terbentuk masyarakat Indonesia yang disiplin, patuh, dan santun berkendara di jalan raya.
FX Wibisono Mantan Penyelia Logistik Transport Total Indonesia, Jl Kumudasmoro Utara, Semarang 50148
Pasukan Siber
Suka atau tidak suka, pasukan siber atau cyber army hadir. Banyak pihak yang mengelola dan mengendalikan pasukan siber, terutama lembaga dengan dana kuat.
Pasukan siber melibatkan sumber daya manusia yang memahami berbagai masalah politik, ekonomi, sosial dan agama. Ditambah sarana dan prasarana, pasukan siber perlu dana yang tidak murah.
Pada awalnya, pasukan siber dibentuk untuk tujuan baik, yaitu sebagai tindakan antisipasi hal-hal yang merugikan dan tendensius, menangkalnya dengan pemberitaan positif, disertai data dan informasi akurat.
Namun, dengan berjalannya waktu, banyak pasukan siber ”liar” bermunculan mengambil kesempatan, terutama di tengah anomali politik yang masih terjadi. Kelompok ini dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu untuk menyerang pihak lain dengan cara yang di luar batas etika dan sering tidak masuk akal.
Pasukan siber liar bersedia melakukan apa pun dengan cara apa pun, yang penting mereka untung. Bahkan ada yang terang-terangan bekerja untuk dua pihak.
Pasukan siber liar lebih mudah menarik perhatian dan kepercayaan orang-orang yang tingkat literasinya rendah, termasuk masyarakat kalangan bawah. Biasanya isi produknya lebih sering tidak masuk akal, cenderung bombastis, tanpa informasi dan data akurat. Dari kelompok ini juga muncul banyak berita hoaks.
Kita hargai langkah penertiban yang terus dilakukan pihak berwenang, tetapi pasukan siber seperti tidak ada matinya. Namun, langkah hukum harus adil dan diberlakukan setara kepada semua pihak yang membuat keresahan.
Edukasi komprehensif dan intensif perlu dilakukan pada lapisan masyarakat yang rawan terpapar hoaks. Apalagi Februari 2024 semakin dekat dan hawa panas persaingan terasa menyengat. Perang opini dan saling menyerang di dunia maya mulai ramai.
Tentu kita semua tidak berharap bangsa ini terpecah belah. Para politisi dan tokoh sebaiknya menghentikan penggunaan pasukan siber liar dan tidak menyebar hoaks.
Samesto Nitisastro Praktisi SDM, Perumahan Pesona Khayangan, Depok 16411
Bangunan Telantar
Ada sebidang tanah berikut bangunan lama bekas kantor Kelurahan Kejaksaan di Jalan Kejaksaan, Kecamatan Taman Sari, Pangkal Pinang, yang ditelantarkan bertahun-tahun.
Dua ular piton bersarang di bangunan tersebut, sangat berbahaya bagi warga sekitar, termasuk saya.
Sebagai warga yang berdekatan dengan lokasi tersebut, saya sudah membuat surat laporan kepada Wali Kota Pangkal Pinang, 28 Maret 2022.
Namun, sampai saat ini belum ada tindakan dari pihak kelurahan, kecamatan, atau dinas kebersihan kota.
A Walid Muhammad Jl Sumedang, Kacang Pedang Kejaksaan, Gerunggang, Pangkal Pinang
Air Hitam dan Bau
Saya Hermanto, pelanggan air dari PT PAM Lyonnaise Jaya, domisili di Jl Siaga, Angke. Sudah hampir sebulan ini (11/4/ - 24/5/2022) air berbau got dan hitam.
Dengan indeks kualitas yang diketahui ppm 900 s/d 1250 dan 350-550/600.
Hanya sekali petugas datang, tetapi air tidak teratasi. Sampai kapan kami harus menderita?
Hermanto Suwandi Jl Siaga II, Angke Tambora, Jakarta Barat
Kirim Paket
Pada 10 Mei 2022, istri saya mengirim paket berisi makanan dari Bogor ke Bandung via Si Cepat. Paket diterima 17 Mei 2022, butuh 7 hari, padahal biasanya hanya 2 hari.
Paket begitu sampai langsung dibuka. Beberapa kotak isinya sudah berjamur tidak layak makan, langsung malam itu juga saya komplain.
Layanan pelanggan (CS) Si Cepat meminta data dan bukti kirim. Semua yang diminta kami penuhi, kemudian kami diminta sabar menunggu.
Setelah kami menghubungi lagi untuk mencari tahu perkembangan, CS lain menanyakan apa keluhan kami dan mengajukan pertanyaan yang sama seperti CS-CS sebelumnya. Hal ini terus berulang sampai kira-kira ada 8 CS yang merespons, tetapi sebatas menerima keluhan dan data. Tidak ada yang memberi solusi.
Apa kompensasi pengiriman terlambat yang saya alami?
Danny KoestantoGriya Indah, Bogor