Pesona "Crazy Rich"
Crazy rich mengajarkan pada kita, betapa prestise berperan penting dalam hidup manusia dalam peningkatan optimisme dan kepercayaan diri. Tetapi pada persoalan tertentu, dapat bahaya saat bertujuan merendahkan orang lain.

Beberapa waktu yang lalu masyarakat digital digemparkan oleh deretan artis dan pengusaha muda yang memukau penonton, netizen, dan khalayak soal keberadaan mereka sebagai crazy rich. Crazy rich merupakan istilah yang merujuk pada makna superkaya, kaya kebangetan, atau kaya tujuh turunan.
Mereka memiliki gaya hidup yang mewah, rumah yang megah, kekayaan yang berlimpah. Mereka merupakan seorang content creator, youtuber, dan pengusaha. Dengan ide-ide unik yang out of the box, mereka berhasil menjadikan hobi sebagai pekerjaan yang menghasilkan banyak uang.
Menjadi seorang crazy rich merupakan dambaan kaum milenial dan generasi Z saat ini. Di usia yang masih muda mampu memiliki pesawat pribadi, mobil mewah, pengawalan ketat layaknya pejabat, serta fasilitas yang serba canggih, populer dan disegani orang lain tanpa terkecuali.
Baca juga: "Crazy Rich Asians": Orang Superkaya Juga Punya Masalah
Sederet crazy rich yang ditampilkan dalam acara televisi stasiun swasta adalah Rafi Ahmad (artis), Gilang Widya Pramana (Juragan 99), Maharani Kemala (pebisnis MS Glow), Rudi Salim (pengusaha CEO Prestige Motorcare), Ahmad Sahroni (pengusaha dan anggota DPR RI), Indra Kenz (youtuber), Doni Salmanan (afiliator) (Bisnis.com, 14/01/2022).
Ketujuh crazy rich yang mempesona, tentu tak lepas dari peradaban manusia yang sudah berganti yakni teknologi dan digitalisasi yang menjadi penopang keberhasilan menjadi seorang crazy rich. Popularitas crazy rich dapat dilihat sebagai sebuah kemajuan peradaban yang melibatkan pengusaha tak hanya secara konvensional melakukan transaksi penjualan, tetapi dibantu teknologi digital media sosial, marketplace, dan sebagainya.

Buku Crazy Rich Asians versi terjemahan Bahasa Indonesia resmi diluncurkan, Minggu (23/9/2018), di Kinokuniya Plaza Senayan, Jakarta Selatan. Buku ini diterbitkan Gramedia Penerbut Buku Utama.
Peradaban "crazy rich"
Kemampuan manusia dalam mengendalikan dorongan dasar kemanusiaannya untuk meningkatkan kualitas hidupnya, disebut peradaban, civilation, atau dalam bahas Jerman disebut die zivilsation. Spengler menyatakan bahwa peradaban pada tingkat kebudayaan taraf tinggi dan kompleks. Adapun kebudayaan pada sesuatu yang hidup dan kreatif. Peradaban tak hanya bicara soal karakter, tetapi menyangkut masyarakat dalam berbagai jenis pekerjaan, keahlian, dan strata sosial yang lebih kompleks. Sehingga, butuh kolaborasi pemikiran kreatif dan menuntut berpengetahuan luas.
Tahapan peradaban itu memiliki empat kategori. Pertama, peradaban primitif, ditandai oleh kegiatan berburu dan meramu. Kedua, peradaban pertanian dengan tanda kemunculan revolusi agraris. Ketiga, peradaban industri, dengan temuan mesin uap. Keempat, peradaban informasi, yakni teknologi digital dan data berkembang memenuhi ruang kehidupan manusia.
Crazy rich menggambarkan kehidupan sosial yang kompleks penuh imitasi dan gaya hidup kekinian atau masuk dalam peradaban keempat sebagai tahap peradaban informasi.
Crazy rich menggambarkan kehidupan sosial yang kompleks penuh imitasi dan gaya hidup kekinian atau masuk dalam peradaban keempat sebagai tahap peradaban informasi, karena adanya korelasi kerja dengan teknologi informasi dan komunikasi serta teknologi digital data.
Kreatifitas sebagai penentu peradaban harus didesain sedemikian rupa sehingga menghasilkan manusia yang unggul. Sebagai contoh, melalui fenomena crazy rich dapat meningkatkan semangat kerja dan pengetahuan penting tentang digitalisasi serta berbagai hal yang dapat menunjang produktivitas dan kreativitas manusia, seperti out of the box atau seseorang yang mampu berpikir melampaui batasan diri tersebut sehingga menghasilkan ide yang baru dan tidak terpikirkan orang lain sebelumnya. Dalam membangun ekonomi mandiri, terutama arus informasi yang tak terbatas, juga perlu pengetahuan komparatif tentang sikap dan cara pandang terhadap kerja, berbagai unsur lain dan sistem imitasi positif sebagai bagian dalam meningkatkan kreativitas.

Adegan dalam film Crazy Rich Asians.
Gaya hidup "extravaganza"
Bagi sebagian orang, kehadiran crazy rich layaknya pertunjukan atau hiburan luar biasa (spektakuler). Gaya hidup yang dinantikan banyak manusia. Gaya hidup sebagai budaya yang membelenggu sekaligus membebaskan untuk memilih arah sesuai kecenderungan yang dimilikinya. Gaya hidup mencakup aksesoris, fesyen, barang yang memiliki nilai tinggi, kendaraan mewah, dan sebagainya.
Sebagian orang akan memaksa diri untuk membeli nilai daripada kebutuhan. Menurut Baudrillard, masyarakat tidak hanya menggunakan obyek material dari komoditi pasar melainkan relasi antar obyek, yakni kepuasan pemenuhan komoditi. Kebutuhan konsumen dihubungkan dengan sebuah kategori tunggal, yakni kebutuhan atas perbedaan atau posisi tertentu yang akan diterima individu apabila ia mengkonsumsi suatu produk. Oleh karena itu harga yang mahal banyak diburu oleh konsumen. Inilah yang didambakan oleh netizen, yakni nilai kemewahan yang dimiliki.
Baca juga: Menilik Makna Kesejahteraan bagi Milenial di Era Disrupsi
Oleh karena itu, banyak perusaahaan besar yang dikenal memiliki nilai tinggi tetap eksis di tengah pandemi sekalipun. Nilai yang dimaksud bukan pada perbedaan harga barang. Soal harga pasti berburu yang paling rendah pada barang yang sama kualitasnya.
Misalnya, mobil berkatagori SUV (sport utility vehicle) teranyar Lamborghini, yang dinamakan Urus, mengalami penjualan yang sangat sukses, meraup 59 persen dari total penjualan produsen supercar itu di seluruh dunia tahun lalu. Produsen mobil tersebut, yang dimiliki oleh Volkswagen, menjual 7.430 mobil di seluruh dunia pada tahun 2020, peringkat tertinggi kedua setelah 8.250 yang terjual pada tahun 2019 (bbc.com 21/03/2021). Jika ada penurunan penjualan berarti penurunan itu berlaku untuk produk lain, tetapi tetap tinggi peminat dibanding lainnya.
Crazy rich mengajarkan pada kita, betapa prestise memiliki peranan penting dalam hidup manusia dalam peningkatan optimisme dan kepercayaan diri.
Crazy rich mengajarkan pada kita, betapa prestise memiliki peranan penting dalam hidup manusia dalam peningkatan optimisme dan kepercayaan diri. Selama dalam batas tersebut, tak ada persoalan berarti yang dikhawatirkan. Tetapi pada persoalan tertentu, dapat menjadi bahaya saat bertujuan untuk merendahkan yang lain. Biasanya terjadi pada Orang Kaya Baru (OKB), yakni strata sosial yang terdiri atas orang kaya dalam waktu yang singkat bisa mengumpulkan kekayaan dalam jumlah besar sehingga taraf hidup mereka setara dengan atau bahkan melebihi "orang kaya lama" atau mereka yang terwarisi kekayaan.
Secara simbolik "orang kaya baru" memiliki konotasi negatif, dimana pelakunya tidak memiliki empati, rajin pamer, dan berfoya-foya. Istilah OKB ini merujuk pada mereka yang belum menggunakan kekayaannya untuk hal yang produktif sesuai dengan kebutuhan, tetapi untuk kesombongan dan keangkuhan.

Pertumbuhan orang terkaya di Asia menurut proyeksi Knight Frank LPP dalam laporan kekayaan tahunan ‘The Wealth Report 2018’ yang dirilis Rabu (6/3/2019) waktu setempat.
"Crazy rich" versus OKB narsis
Penelitian dari Psychology Today menemukan bahwa generasi sekarang bisa menjadi generasi paling narsis sepanjang sejarah, pemicunya adalah media sosial. Saat media sosial menguasai seluruh aktivitas generasi Z dan milenial yang salah satunya ditunjukkan dengan kepercayaan diri, bukan perihal keberanian bicara di area publik. Tetapi, percaya diri seseorang terhadap self-centered, hal (keadaan) mencintai diri sendiri secara berlebihan, cenderung bersikap egois, dan arogan yaitu narsis. Lalu Apa hubungannya dengan crazy rich?
Lebih tepatnya OKB berpeluang menjadi orang narsis karena ada kesamaan sikap dan ciri yang terdapat dalam OKB, yaitu kecenderungan egois dan arogan juga menganggap rendah orang lain, merasa diri unggul (spesial) dibandingkan dengan orang lain. Perasaan lebih penting dari orang lain, orang narsis juga merasa selalu ingin diperlakukan istimewa, ia juga merasa paling berkontribusi dibandingkan orang lain, orang yang bersahabat dan berteman dengannya sangatlah beruntung.
Baca juga: Akar Kejatuhan Xu Jiayin, Si “Crazy Rich” dari China
Crazy rich jika memelihara sifat tersebut, tentu akan berimplikasi sama seperti OKB yang narsisnya tak terkendali. Penyakit ini akan berbahaya seperti yang disampaikan oleh Bell, masyarakat narsis muncul tak hanya karena berkuasa tetapi juga korban rasis yang ingin mendapatkan perlakuan baik atau bertahan dalam tekanan psikologis (dilansir kabarbesuki.pikiran-rakyat.com dari Very Well Mind).

Ayub Wahyudin, Dosen dan Ketua Prodi di Fakultas Ushuluddin Institut Studi Islam Fahmina (ISIF) Cirebon, Jawa Barat