Dalam rangka memperingati Hari Pendidikan Internasional tahun ini UNESCO, sebagai badan PBB yang diamanahi pendidikan, menegaskan pentingnya memikirkan kembali pendidikan, menguatkan tekad untuk aktif mengukir masa depan
Oleh
ISMUNANDAR
·5 menit baca
Didie SW
-
Melalui resolusi 73/25 tahun 2018 Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan setiap tanggal 24 Januari sebagai Hari Pendidikan Internasional. Dalam rangka memperingati Hari Pendidikan Internasional tahun ini UNESCO, sebagai badan PBB yang diamanahi pendidikan, menegaskan pentingnya memikirkan kembali pendidikan, menguatkan tekad untuk secara aktif mengukir masa depan, mendiskusikan dan merealisasikan Visi Pendidikan 2050 yang termuat dalam dokumen Futures of Education.
Dokumen yang diluncurkan pada 10 November 2021 tersebut adalah dokumen visi pendidikan ketiga yang diterbitkan oleh UNESCO dalam usianya yang ke-75, setelah dokumen Learning to be: the world of education today and tomorrow (1972), dan Learning: the treasure within (1996).
Dokumen yang disiapkan selama dua tahun masa pandemi Covid-19 ini mengajak kita semua untuk memikirkan dan secara aktif menciptakan, dalam kapasitas kita masing-masing, berbagai bentuk masyarakat yang kita inginkan. Itulah alasan di balik adanya huruf s dalam kata Futures di judulnya, bukan Future.
Komisi Internasional yang menyusun buku ini telah melibatkan sekitar satu juta orang, terutama melalui konsultasi daring, dan garis besarnya menyuarakan bahwa berbagai bentuk masa depan itu dicirikan dengan kehidupan yang damai, adil, dan berkelanjutan.
Satu juta orang itu juga menyuarakan berbagai usulan membangun pendidikan dan dunia ke depan, yang kemudian dirangkum dalam buku ini.
Walaupun perang besar setelah Perang Dunia II berhasil kita hindarkan, tantangan dunia yang damai masih sangat besar.
Pendidikan: antara janji dan bukti
Walaupun telah banyak yang dicapai umat manusia, namun masih banyak yang harus dikerjakan lebih keras untuk mencapai kehidupan yang damai, adil, dan berkelanjutan. Walaupun perang besar setelah Perang Dunia II berhasil kita hindarkan, tantangan dunia yang damai masih sangat besar.
Pandemi Covid-19 yang melanda kita memperlihatkan bahwa di saat kerja sama global semakin penting, sentimen nasionalisme, ujaran kebencian, fundamentalisme, dan hal sejenisnya justru meningkat. Dapatkah ke depan kita mengoreksi ketidakadilan yang kini ada? Di banyak negara, lebih dari separuh kekayaan dimiliki hanya oleh kurang dari 10 persen penduduknya.
Akankah pemanasan global akibat eksploitasi Bumi selama ini dapat dikendalikan sehingga ketika penduduk bumi mencapai 9,7 miliar orang pada tahun 2050, mereka hidup dengan kualitas yang baik atau lebih baik dari kita?
Pendidikan, sebagai cara kita mengatur belajar dan mengajar sepanjang kehidupan kita, telah memainkan peran yang sangat penting dalam transformasi masyarakat. Pendidikan telah menghubungkan kita satu sama lain dan kita dengan alam, membuka berbagai kemungkinan baru, dan memperkuat kemampuan kita untuk berdialog serta berkarya.
Akan tetapi, dihadapkan pada berbagai tantangan pencapaian kehidupan yang damai, adil, dan berkelanjutan seperti disebut di atas, pendidikan sendiri juga harus bertransformasi.
Kompas/Hendra A Setyawan (HAS)
Edoy menggambar mural bertema pendidikan nasional di kawasan Pancoran Mas, Depok, Jawa Barat, Senin (19/8/2019). Pendidikan nasional adalah landasan utama peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia. APBN tahun 2020 akan berfokus pada peningkatan kualitas SDM untuk meningkatkan daya saing Indonesia di kancah dunia. APBN ini juga akan menjadi titik awal Presiden Joko Widodo dalam mencapai visi 100 tahun Indonesia merdeka, yaitu menjadi bangsa yang berdaulat, maju, adil, dan makmur.Kompas/Hendra A Setyawan
Kontrak sosial baru
Visi Pendidikan 2050 UNESCO mengajak kita semua membuat kontrak sosial baru. Kontrak sosial di sini adalah kesepakatan untuk bekerja sama demi kemaslahatan bersama. Kontrak sosial lebih dari sekadar transaksi, karena mencakup juga norma, komitmen, prinsip yang diatur secara legal, maupun yang melekat dalam kehidupan secara adat.
Sampai saat ini pendidikan umumnya ditujukan untuk pembangunan dan kewarganegaraan nasional melalui berbagai bentuk wajib belajar bagi anak-anak dan remaja.
Namun, kini saat kita menghadapi risiko besar bagi masa depan umat manusia dan Bumi, kita bersama harus berubah memikirkan pendidikan untuk mengatasi tantangan global.
Kontrak sosial baru untuk pendidikan harus menyatukan kita pada upaya bersama, serta menghasilkan pengetahuan dan inovasi yang diperlukan untuk masa depan yang berkelanjutan dan damai bagi semua.
Kontrak sosial ini dibangun di atas landasan bahwa pendidikan berkualitas sepanjang hayat adalah hak asasi manusia dan pendidikan adalah barang publik dan umum. Sama seperti udara dan air, pendidikan adalah barang umum yang kita miliki bersama dan harus kita wariskan, kembangkan, dan selalu kita revisi sepanjang masa.
Buku dengan sub judul "Kontrak Sosial Baru untuk Pendidikan" ini menyarankan lima hal berikut ini untuk memperbarui pendidikan.
Visi Pendidikan 2050 UNESCO mengajak kita semua membuat kontrak sosial baru.
Pertama, pedagogi yang didasarkan pada prinsip-prinsip kerja sama, kolaborasi, dan solidaritas. Kedua, kurikulum yang menekankan pada pembelajaran ekologis, antarbudaya dan interdisipliner. Kurikulum ini mendukung siswa untuk mengakses dan menghasilkan pengetahuan sambil juga mengembangkan kapasitas mereka untuk mengkritik dan menerapkannya,
Ketiga, guru yang lebih profesional di mana guru diakui sebagai produsen pengetahuan tentang pembelajaran dan tokoh kunci dalam transformasi pendidikan dan sosial.
Keempat, sekolah yang dikembangkan sebagai wahana pendidikan yang mendukung inklusi, kesetaraan, dan kesejahteraan individu dan masyarakat. Sekolah juga ditata ulang untuk lebih mempromosikan transformasi dunia menuju masa depan yang lebih adil, setara, dan berkelanjutan.
Kelima, kesempatan pendidikan yang berlangsung sepanjang hidup dan seluas dan sedalam ruang budaya dan sosial yang berbeda, termasuk hak akses pada sains, budaya, informasi, dan konektivitas.
Undangan untuk berpartisipasi
Ajakan untuk mendiskusikan dan membangun bersama pendidikan serta masa depan kehidupan yang kita idamkan, adalah ajakan yang diberikan oleh buku ini, seperti juga bahkan lebih kuat dari buku-buku visi pendidikan UNESCO sebelumnya. Dengan urgensi tantangan global yang kita hadapi, ide-ide yang diuraikan dalam visi buku ini membantu kita membayangkan masa depan kita bersama.
Ini adalah titik awal, awal dari proses dialog dan konstruksi bersama.
Buku yang disusun oleh Komisi Internasional yang diketuai presiden Etiopia ini bukan cetak biru ataupun buku resep. Namun, buku ini merupakan ajakan untuk berpikir dan bertindak bersama dalam memba -ngun masa depan pendidikan.
Ini adalah titik awal, awal dari proses dialog dan konstruksi bersama. Laporan ini, seperti halnya pendidikan, sesuatu yang belum selesai. Sebaliknya, aktualisasinya dimulai sekarang, melalui kerja keras para pendidik dan kita semua di seluruh dunia.
Demikian penutup buku ini. Ayo kita baca dan kita diskusikan, terutama bagaimana adaptasi dan implementasinya untuk Indonesia.
IsmunandarDuta Besar/Wakil Delegasi Tetap RI untuk UNESCO dan Anggota AIPI