Langkah penting lain untuk memastikan keberhasilan transisi energi ialah penerapan bea atas bahan bakar fosil. Bea akan membuat penggunaan batubara, misalnya, tak lagi murah.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Transisi menuju energi hijau tidak mudah dilakukan. Ada banyak yang harus dikorbankan. Dana yang dibutuhkannya juga sangat besar.
Salah satu penghasil emisi karbon terbesar di dunia, China, menyadari proses transisi energi sangat berat. Untuk mencapai target karbon netral (jumlah emisi karbon sama dengan penyerapannya) pada 2060, menurut Dewan Promosi Perdagangan Internasional China, diperlukan 21,3 triliun dollar AS. Adapun laporan perusahaan minyak Shell pada 21 Januari 2022 menyebutkan kebutuhan anggaran yang lebih sedikit, yakni 12,5 triliun dollar AS, untuk mencapai target transisi energi China pada 2060.
Mengingat melibatkan uang dalam jumlah sangat besar serta berpotensi mengancam keberlangsungan pembangunan, transisi energi dipandang sangat serius oleh China. Karena itu, ada prinsip utama yang harus dipenuhi dalam menjalankan transisi energi, sebagaimana disampaikan Presiden China Xi Jinping dalam sesi yang dihadiri petinggi Partai Komunis China, partai penguasa, Senin (24/1/2022), di Beijing.
Seperti ditulis harian ini pada Kamis (27/1), prinsip itu ialah energi fosil tidak boleh tergesa-gesa ditinggalkan agar transisi tak mengganggu suplai energi. Keamanan energi, pangan, serta rantai pasok industri harus terjamin. Di sisi lain, konsumsi bahan bakar fosil tetap dikendalikan dan pertumbuhan penggunaan energi baru serta terbarukan terus dipacu.
Dalam konteks itu, China merencanakan puncak emisi karbon terjadi pada 2030 dan kemudian turun setelahnya, sementara karbon netral tercapai pada 2060. Tentu saja tak mudah dilakukan karena 60 persen listrik China dipasok dari pembangkit yang menggunakan batubara. Ada begitu banyak pembangkit yang harus diganti dipensiunkan dini.
Situasi itu, menurut Xi Jinping, membuat pemanfaatan energi nuklir menjadi tak terelakkan. Nuklir dinilai oleh China sangat membantu transisi energi agar terpangkas 12 miliar emisi karbon hingga 2060.
Mitigasi pemanasan global dan perubahan iklim sangat kompleks. Kebijakan mengganti sumber energi agar lebih ramah lingkungan tak semudah membalik telapak tangan. Meski demikian, hal itu harus dilakukan lewat kepemimpinan yang kuat, perencanaan detail, konsistensi, dan pengorbanan.
Langkah penting lain untuk memastikan keberhasilan transisi energi ialah penerapan bea atas bahan bakar fosil. Bea akan membuat penggunaan batubara, misalnya, tak lagi murah. Alhasil, orang berupaya beralih menggunakan jenis energi baru serta terbarukan.
Selain investasi pengadaan pembangkit energi baru terbarukan, riset dan pengembangan teknologi energi hijau juga sangat diperlukan dalam transisi. Hasil pungutan bea atas penggunaan bahan bakar fosil dapat dimanfaatkan untuk mendorong riset tersebut. Ujung dari semua ini ialah tercapainya transisi energi yang memang sangat tidak mudah.