Penanganan letusan gunung berapi tak bisa dipisahkan dari pemantauan secara terus-menerus, melakukan mitigasi, dan membuat simulasi penyelamatan agar meminimalkan korban jika satu saat gunung meletus.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Letusan gunung di wilayah Tonga itu disertai awan dan abu vulkanik, serta tsunami setinggi 1,2 meter, yang melaju hingga ke pantai Jepang, Amerika Serikat, Chile, Peru, dan Selandia Baru. Setelah letusan itu, Tonga dikabarkan terputus dari dunia. Jaringan komunikasi rusak parah (Kompas, 17/1/2022). Para ahli menilai letusan gunung api di Tonga adalah yang terbesar di dunia dalam kurun 30 tahun terakhir.
Letusan dan tsunami dikabarkan menimbulkan kerusakan parah di sepanjang pantai barat pulau utama Tongatapu, yang tertutup abu vulkanik tebal. Dalam musibah seperti ini, yang terutama dirisaukan adalah udara yang tercemar abu dan warga yang kesulitan mendapatkan air bersih. Untung negara yang berlokasi dekat, seperti Australia dan Selandia Baru, segera mengirim pesawat untuk menyurvei kerusakan dan menyiapkan bantuan kemanusiaan. Tonga terletak 2.380 kilometer di sebelah timur Selandia Baru.
Panggilan bela rasa kemanusiaan kita hargai, termasuk kepada negeri kerajaan kepulauan berpenduduk sekitar 100.000 jiwa, yang bisa dikatakan terpencil di dunia itu. Pemberian bantuan kemanusiaan dan pemulihan infrastruktur perlu segera dilakukan.
Pasca-Letusan Gunung Api dan Tsunami, Tonga Rusak Parah
Fenomena gunung berapi Hunga Tonga-Hunga Ha’apai, di luar daya letusannya yang disebut sebanding dengan letusan Gunung Pinatubo di Filipina yang meletus tahun 1991, patut menjadi kajian khusus. Gunung ini sebagian besar sosoknya, setinggi 2.000 meter, berada di bawah laut. Hanya 100 meter yang tampak di atas permukaan laut. CNN melaporkan, gunung ini sering meletus sejak beberapa dasawarsa terakhir. Yang dicatat cukup besar terjadi tahun 2009 dan 2015.
Letusan terakhir terjadi Desember 2021, dan mendekati klimaks pada 14 Januari 2022, disusul dengan letusan mahahebat sehari kemudian, yang melahirkan gelombang kejut ke berbagai penjuru dunia dan tsunami di sejumlah wilayah Pasifik. Kita terkesan, negara-negara Pasifik, seperti Fiji, Samoa, dan Vanuatu, segera mengumumkan peringatan tsunami bagi warga sehingga mereka bisa segera berusaha menyelamatkan diri ke wilayah lebih tinggi.
Penanganan letusan gunung berapi tak bisa dipisahkan dari pemantauan secara terus-menerus, melakukan mitigasi, dan membuat simulasi penyelamatan agar meminimalkan korban jika satu saat gunung meletus.
Indonesia yang memiliki tak kurang dari 129 gunung berapi perlu terus-menerus siaga. Selain terus memantau Gunung Merapi dan Semeru yang sering meletus atau baru meletus, perlu dilakukan pengamatan terhadap gunung. Bersikap antisipatif dan proaktif terhadap gunung berapi relatif lebih mungkin dibandingkan dengan untuk gempa bumi yang terjadinya lebih tak disangka-sangka. Dengan kesadaran tinggi, mitigasi lebih baik dibandingkan tanpa persiapan.