The New York Times membeli sebuah laman berita olahraga berbayar, The Athletic, sebesar 500 juta dollar AS. Aksi korporasi itu disebut menjadi awal dari perubahan hiruk pikuk media saat ini ke inovasi media masa depan.
Oleh
Andreas Maryoto
·4 menit baca
Generasi 2010-an sangat menikmati berita gratis. Model bisnis media ini kemudian menarik orang untuk mampir. Kedatangan mereka ini melalui klik kemudian mendatangkan uang bagi pengelola media. Generasi sekarang berbeda dengan pendahulunya. Mereka mau membayar untuk berita yang dikonsumsi, tetapi mereka juga menuntut pembuat berita berkomunikasi dengan audiensnya.
Kabar baru ini muncul ketika The New York Times membeli sebuah laman berita olahraga berbayar yang didirikan lima tahun lalu, yaitu The Athletic sebesar 550 juta dollar AS. Harian Financial Times menyebutkan, aksi korporasi itu menjadi awal dari perubahan hiruk pikuk media saat ini ke inovasi media masa depan. Inovasi dimaksud dilakukan baik oleh media konvensional dan media baru dengan model bisnis usaha rintisan (start up).
Beberapa yang diamati dari perubahan ini, antara lain generasi sekarang berbeda dengan generasi masa lalu yang terobsesi dengan jumlah pengunjung laman alias klik melalui model bisnis tidak berbayar. Oleh karena itu, mereka percaya bahwa generasi sekarang mau membayar untuk mengonsumsi berita. Perubahan lainnya adalah penulis dengan audiens membentuk relasi, seperti para pegiat media sosial dengan pengikutnya.
Secara umum, media-media terus berupaya mencari pendapatan baru dengan berbasis pada konten yang unggul dan model bisnis berbayar. Salah satu yang menurut pengamat media siap untuk tumbuh pada 2022 adalah bagaimana organisasi media lokal dan nasional akan mendiversifikasi strategi pendapatan, khususnya dengan bersandar pada bisnis melalui e-dagang.
Pada Agustus 2021, laman Poynter melaporkan, majalah Esquire bekerja sama dengan Bespoke. Bespoke adalah layanan berlangganan bulanan barang-barang pilihan. Kolaborasi ini menawarkan peluang lintas pemasaran yang sempurna. Esquire dapat menghadirkan selera dan audiens yang cerdas sementara Bespoke yang menyediakan infrastruktur untuk melakukan koleksi bulanan merek bersama yang dikirim langsung ke rumah mereka.
Kolaborasi ini bukan memasang tombol ”belanja” di laman Esquire. Sama sekali tidak. Cara seperti itu hanya akan menodai laman itu sendiri. Cara itu merupakan gaya lama laman e-dagang 2009. Model baru ini berbasis sebuah pengalaman dengan mengedepankan keunggulan editorial. Kolaborasi keduanya tidak sekadar menawarkan produk, tetapi gaya hidup dan pengetahuan tentang selera dengan kurasi dari ruang redaksi.
Valuasi media
Perkembangan lainnya adalah valuasi untuk media lebih banyak ditentukan oleh investor. Sepuluh tahun yang lalu, valuasi terkait dengan laporan keuangan, terutama keuntungan perusahaan. Kini keuntungan kurang penting bagi investor. Penilaian didasarkan pada perubahan yang dipilih oleh perusahaan. Industri media sedang bertransisi menuju perusahaan teknologi. Analis melihat harga saham perusahaan media naik ketika mereka berinvestasi di teknologi.
Laporan Prezzgazate menyebutkan, salah satu contoh klasik mengenai perubahan ini yaitu Disney. Ketika Disney tidak memiliki platform pengaliran konten sendiri, harga saham menjadi rendah. Beberapa tahun yang lalu ketika mereka mengumumkan akan memiliki platform pengaliran konten sendiri alias mereka tidak akan bergantung pada Netflix, tiba-tiba Disney kembali menjadi raja di dunia media.
Disney selalu mengatakan konten adalah raja, tetapi konten bukanlah raja jika tidak memiliki teknologi. Jika sektor media ingin dihargai tinggi, mereka harus menjadi perusahaan teknologi. Untuk itulah mereka berinvestasi besar-besaran pada teknologi beberapa tahun lalu. Disney yang kerap meluncurkan film bertema keajaiban, kemudian dikenal sebagai Disney yang membuat keajaiban melalui teknologi digital.
Perusahaan ekuitas yang ingin membeli saham ketika menelisik perusahaan yang akan dibeli sangat berfokus pada pemasukan, terutama berdasarkan pendapatan berulang. Mereka ingin melihat jumlah pelanggan yang tidak lanjut setiap tahunnya. Perusahaan ekuitas selalu melihat sejauh mana angka itu dapat dikelola.
Informasi ini akan memperlihatkan sejauh mana perusahaan mempertahankan pelanggan. Para calon investor selalu sangat tertarik pada hubungan perusahaan dengan pelanggan yang tertanam. Beberapa titik kontak dengan pelanggan memiliki arti sejauh mana kedalaman hubungan mereka terjadi selama ini.
Laporan Reuters Institute dan Universitas Oxford tahun lalu kembali menegaskan tentang jurnalisme yang berbayar dan kedekatan jurnalis dengan audiens. Selama beberapa tahun terakhir, kita telah melihat bersatunya dua ide yang kuat. Pertama adalah tentang produk jurnalisme berbayar yang untuk mengonsumsinya memang membayar dan yang kedua bahwa jurnalis mungkin perlu berperilaku lebih seperti pegiat atau pemengaruh di media sosial saat mereka membangun hubungan dan komunitas.
Kedua lembaga menegaskan, tantangan utama bagi media berita tahun ini adalah untuk melibatkan kembali mereka yang telah berpaling dari berita serta membangun hubungan yang lebih dalam dengan lebih banyak konsumen berita reguler. Hubungan dengan audiens sepertinya bakal menjadi tema pokok laman berita berbayar untuk menaikkan pendapatan mereka. Wajar, bisnis yang berbasis langganan harus memuaskan pelanggan di berbagai lini. Selamat tinggal media yang hanya memburu klik, klik, dan klik.