Maha Data Menjadi Komoditas Paling Berharga
Sejak data terbukti memberi nilai ekonomi bagi organisasi dan negara, maka setiap tahun pusat kajian statistik menyediakan proyeksi pertumbuhan ekonomi diantaranya untuk perencanaan pelbagai kantor pemerintah.
Kita hidup dengan data yang dibuat dari aktivitas kita atau dari orang lain, bahkan dari peristiwa di masyarakat. Sebaliknya, kita memperoleh data tidak hanya berupa berita surat kabar yang dinanti setiap hari, tetapi juga dari media sosial, ponsel, dan surat elektronik.
Data bisa menggambarkan tren dan memberi kejutan di masyarakat, yang bisa dicari oleh semua orang. Olah karena itu, data merupakan komoditas yang bisa dimiliki oleh siapapun dan kadang diperoleh tanpa membayar. Data dapat digunakan untuk kepentingan bisnis, politik, komunikasi, pendidikan, dan banyak lagi.
Dulu barang yang bernilai adalah rempah-rempah dan emas, lalu beralih pada minyak, gas, dan uranium. Sekarang maha data yang dicari orang, yang memberi pengaruh luar biasa bagi pemakainya. Bagi perusahaan, data tentang konsumen berperan sebagai emas perak, karena pemahaman tentang konsumen merupakan kunci bagi keberhasilan penjualan.
Mengapa data menjadi bernilai dan diperebutkan?
Pada dunia kerja, data dapat berupa laporan keuangan, surat perintah, hasil riset pasar atau dokumen negara. Data kecil (small data) juga selalu penting, karena diperlukan orang seperti mulai dari peta, laporan kegiatan, dokumen rapat, jadwal barang masuk keluar dari gudang.
Sementara itu ada data tergolong sebagai maha data pada jaman modern ini, dengan sifat yang beda, yaitu data berupa data elektronik, didapat dari internet, baik komputer maupun telepon pintar. Maha data ini dicari orang karena dapat menghasilkan kekayaan.
Baca kolom ISMS:
- Restrukturisasi Garuda agar Bangkit
- Kunci Transformasi Digital Adalah Adaptasi
- Nilai Penting Pertemuan G-20 dalam Mendukung Transisi Energi
Pada dunia bisnis dikenal adanya manajemen data, yang menyediakan pelbagai pengetahuan tentang strategi perusahaan untuk unggul di pasar, atau pemetaan penjualan untuk menjangkau konsumen. Data manajemen berperan penting bagi banyak kelancaran kegiatan perusahaan, seperti Petroleum Data Management.
Bahkan, sekarang makin banyak orang mencari data pengetahuan baru dari kecerdasan buatan (artificial intelligence) atau teknologi yang bekerja seperti manusia, seperti peluncuran mobil tanpa pengemudi, layanan taksi daring, hingga layanan e-dagang dalam transaksi pembelian konsumen. Semua kegiatan era modern ini difasilitasi oleh maha data dari platform digital pada sistem komputer.
Sebaliknya sejak era nenek moyang kita, data didapat dari bisik-bisik antartetangga atau arisan. Bahkan juga data dari orang pintar untuk mencari pesugihan atau membuat orang lain babak belur, tetapi akhirnya diri sendiri tunggang langgang dimainkan oleh mahluk tidak kelihatan itu.
Peristiwa besar juga terjadi pada data dari dunia teknologi modern, data Facebook sebanyak 50 juta pelanggannya dicuri oleh Cambridge Analytica. Data tersebut dipakai untuk mengatur strategi kampanye Pemilu di AS tahun 2016.
Data bocoran tentang masyarakat pengguna Facebook, dikembangkan oleh Aleksander Kogan, psikolog Universitas Cambridge, untuk identifikasi ciri ciri masyarakat, lalu dipakai untuk kampanye pilpres Donald Trump, dan ternyata Trump memenangkan pemilu tersebut.
Maha Data Bernilai Makin Tinggi
Pada masa lalu, ada data atau tidak ada data, orang tidak ambil pusing. Orang sudah cukup kalau ada diskusi tentang peluang bisnis atau pasokan dana utang yang murah. Namun, sejak data terbukti memberi nilai ekonomi bagi organisasi dan negara, maka setiap tahun pusat kajian statistik menyediakan projeksi pertumbuhan ekonomi, untuk perencanaan pelbagai kantor pemerintah, lembaga penelitian, perusahaan serta ilmuwan.
Sebaliknya, peran data juga penting pada dunia pencurian dan korupsi. Kata orang, dimana ada gula, di situ ada semut. Dimana ada data keuangan di pemerintahan, di lokasi itu calon koruptor berkeliaran. KPK pun minimal memakai data yang sama sebelum bertindak mengajukan dugaan korupsi.
Pada dunia usaha, data itu sendiri merupakan sumber keuntungan bisnis, seperti yang ditunjukkan oleh perusahaan teknologi terkenal, seperti Google, Amazon, Microsoft dan Alibaba. Beberapa negara mulai permasalahkan penguasaan data oleh swasta besar tersebut. Tiap negara mencari alasan untuk mendapatkan setidaknya sebagian profit dari data yang diambil oleh perusahaan tersebut.
Baca juga: Kata 'Big Data' tentang Dunia Kita
Tip Mencari Data Yang Relevan
Mencari dan memakai data untuk menyiapkan diri dalam melakukan kegiatan apapun merupakan kebutuhan mutlak, seperti dalam negosiasi, memerlukan bekal data agar cerdik dalam bertindak.
Beberapa tip berikut dapat dipertimbangkan dalam mencari data: Pertama, cukup memakai satu instrumen saja seperti internet, untuk menjelajahi aneka sumber data dan pengorganisasian informasi. Kedua, andalkan kemampuan alamiah Anda, untuk mencermati faktor penting dari data.
Ketiga, periksa aliran informasi yang berseberangan atau berlawanan, untuk mencermati gejala baru, atau membuat argumentasi baru. Keempat, atur data Anda sendiri secara khas, untuk dipakai dikemudian hari, namun dengan penuh tanggung jawab dan tidak ada data bohong.
Teknologi digital dengan berbagai perangkat lunak membantu kita dengan cara otomatisasi, menelusuri data sepele sampai kompleks, tersedia klasifikasi data menurut minat, sehingga permudah mengarahkan pencarian daya yang kita perlukan.
Sekalipun demikian, ada segi negatif dari fenomena data. Di masyarakat merajalela peredaran berita bohong atau hoaks. Namun ada teknologi maha data seperti MisInfoText yang dapat menangkap berita hoaks dari komunikasi masyarakat, kemudian memprosesnya dengan bahasa alami lokal, untuk identifikasi antara lain sumber berita.
Sudah saatnya semua kalangan mulai memiliki cara pandang yang tepat tentang era komoditas data. Pengusaha perlu mentransformasi data tentang konsumen dan pesaingnya, untuk mencari kecerahan membangun keunggulan bisnisnya; pemerintah perlu perspektif penciptaan nilai layanan publik dari data, tidak hanya dari suara hati; dan perguruan tinggi memerlukan data baru untuk menyiapkan ilmuwan dengan kompetensi yang lebih luas, untuk pengajaran dan penelitian yang inovatif.
Bahkan, banyak perusahaan raksasa mengganti total visi dan misi bisnisnya, dalam rangka mengatsi disrupsi dari teknologi digital. General Electric (GE), Hitachi, dan Siemens, yang dulunya perusahaan manufaktur, sudah mentransformasi semua aktivitas internal dan interaksi eksternal (hubungan dengan pelanggan), berdasarkan data digital, untuk merubah cara berpikir dan perilaku agar lebih relevan melayani masyarakat.
Disamping itu, banyak perusahaan raksasa lainnya membangun “tubuh” yang ramping, seperti McDonald’s, Apple, American Express, Starbucks; yang organisasinya makin besar tetapi tidak memiliki birokrasi yang ruwet, karena data yang dimilikinya sangat jitu mengarahkan kegiatan manajemen dengan cara yang sederhana.
Diantaranya: a) dalam membuat keputusan baru, hanya bila ada data yang relevan tentang perkembangan baru; b) mengumpulkan data inteligen yang kekinian (up-to-date) tentang pasar yang potensial dan konsumen yang responsif, untuk menjadi fokus kerja; c) organisasi menjadi makin besar dngan jangkuan geografis yang luas, namun unit dilapangan harus tetap kecil, untuk mudah interaksi dengan pelanggan; d) memfokus penyajian produk dan layanan yang makin cerdik.
Kita dapat menyimpulkan bahwa maha data dan data kecil merupakan fondasi bagi masyarakat modern; memiliki data sebagai arahan untuk pengambilan keputusan yang lebih tepat; mencermati data untuk memberi arah bagi pertumbuhan bisnis dan individu diri kita ke masa depan yang lebih cerah.
Albert Widjaja, pengajar dan anggota Indonesia Strategic Management Society (ISMS)
Email: aljaya8@gmail.com