Saya mengusulkan, sebaiknya nama jalan yang digunakan bukan MT Haryono Relokasi. Mengapa tidak menggunakan nama pahlawan nasional yang berasal dari Cilacap atau nama tokoh lokal?
Oleh
Thomas Sutasman
·3 menit baca
Jalan raya baru yang melintasi area proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) PT Kilang Pertamina Internasional Refinery Unit IV Cilacap sudah diuji coba. Nama jalan baru tersebut adalah Jalan MT Haryono Relokasi, merupakan jalur baru yang membelah Jalan MT Haryono di sisi barat dengan Jalan Ir H Juanda di sisi timur.
Saya mengusulkan, sebaiknya nama jalan yang digunakan bukan MT Haryono Relokasi. Mengapa tidak menggunakan nama pahlawan nasional yang berasal dari Cilacap atau nama tokoh lokal?
Sebagai alternatif, ada nama pahlawan nasional Sukarjo Wiryopranoto, kelahiran Kesugihan, Cilacap. Ada juga nama Kusaeri, pemimpin pemberontakan PETA di Gumilir, Cilacap. Ada lagi Rio Susilo, kelahiran Cilacap, salah satu dari tujuh taruna Pekerjaan Umum yang mempertahankan Gedung Sate pada 3 Desember 1945.
Sampai saat ini, tidak ada satu pun jalan, gedung, atau ruang publik di Cilacap yang menggunakan ketiga nama tersebut. Menurut saya, ini kesempatan bagi Pertamina dan pihak terkait untuk mengabadikan salah satu nama di atas, dengan harapan hal ini akan menumbuhkan jiwa nasionalisme masyarakat Cilacap dan sekitarnya.
Thomas Sutasman
SMP Pius Cilacap, Jalan A Yani, Cilacap 53212
Ingin Berkunjung
Membaca tulisan di Kompas (Sabtu, 18/12/2021) berjudul ”Kompas dan Jurnalisme O2”, saya jadi iri. Alangkah senangnya jadi pelanggan yang tempat tinggalnya tidak jauh dari kantor Kompas.
Mereka bisa berkumpul di gedung Kompas untuk berembuk demi kemajuan dan kekinian harian Kompas. Dulu, sepertinya setahun sekali sebagian pelanggan berkumpul untuk keperluan itu.
Saya sebagai pelanggan setia Kompas sejak dulu ingin ikut berembuk untuk kemajuan Kompas.
Saya adalah pelanggan yang berdomisili di Parakan, Temanggung, Jawa Tengah. Posisi jauh dari Jakarta ini membuat saya cukup bahagia apabila dihubungi awak Kompas lewat telepon.
Kalau tidak salah tiga kali sudah saya dihubungi. Yang pertama, saya sebagai pelanggan diminta siap-siap jika Kompas menelepon. Kedua, sebagai pelanggan, saya dikirimi kumpulan komik strip Panji Koming. Ketiga, di saat pandemi 2021, saya dihubungi sebagai salah satu responden terkait pandemi Covid-19.
Meskipun umur semakin bertambah, saya masih bermimpi suatu saat bisa kumpul di gedung Kompas bersama para pelanggan lain untuk diskusi memajukan Kompas.
Membaca ”Tiga Tahun Meniti Asa di Tol Trans-Jawa” (Senin, 20/12/2021), saya usul, alangkah baiknya rel-rel kereta api yang sudah lama tidak aktif diaktifkan lagi. Bukannya jalan-jalan tol itu tidak penting, tetapi kereta api bisa mengurangi beban padatnya jalan raya dan jalan tol. Apalagi naik kereta api juga lebih murah.
Muhisom Setiaki
Karang Tengah, Parakan, Temanggung
Pentingnya Pendampingan
Di era digitalisasi, apalagi pada saat sekolah dari rumah karena pandemi, anak-anak harus belajar menggunakan gawai, bisa komputer atau ponsel. Masalahnya, mereka jadi asyik dengan gawainya.
Memang, di satu sisi, mereka harus hidup berdampingan dan beradaptasi dengan kemajuan teknologi. Namun, di sisi lain, kita perlu mengantisipasi dampaknya.
Di samping memberikan banyak manfaat, penggunaan gawai oleh anak perlu menjadi perhatian orangtua. Untuk itu, perlu motivasi dan pendampingan orangtua agar anak dapat lebih terkontrol dan terhindar dari hal-hal negatif bebasnya aneka informasi di media maya.
Pendampingan sebaiknya dilakukan sampai anak berusia 18 tahun. Namun, hal tersebut masih minim dari perhatian kebanyakan orangtua.
Anak adalah harapan masa depan karena itu peran serta orangtua dengan pendampingan menjadi paket lengkap untuk membentuk anak menjadi pribadi-pribadi yang lebih baik ke depan.
Desy Rizqiyani
Kampung Sukajaya RT 39 RW 10, Desa Sukamulya, Pagaden, Kabupaten Subang