Pendidikan Kreatif
Pendidikan kreatif membantu siswa untuk mengembangkan kemampuan kreatif. Keterampilan dan kemampuan ini menyumbangkan imajinasi, kreativitas, dan berpikir inovatif. Untuk itu, guru pun harus kreatif.

Heryunanto
Ada banyak sekali defenisi pendidikan. Dalam pandangan saya, pendidikan merupakan studi tentang belajar dan bagaimana memperoleh pengetahuan melalui sarana seni. Ketika kita mengasosiasikan kreativitas dengan pendidikan, itu berarti kita belajar dengan pendekatan kreatif. Ilmu otak mengatakan hal yang sama, di mana salah satu aspeknya adalah belajar kreatif.
Pendidikan terdiri dari mempelajari konsep dan menyerapnya untuk jangka waktu yang lebih lama. Untuk retensi yang lebih lama ini, kita memerlukan cara yang efisien untuk dapat mengingat kembali secara akurat. Untuk itu, visualisasi kreatif bisa menjadi kunci pendekatan edukatif.
Ketika kita mengatakan visualisasi, ada langkah-langkah yang terlibat dalam proses: langkah pertama adalah menghasilkan kata kunci. Ketika kata kunci ditemukan, kata kunci tersebut dapat digunakan untuk menghasilkan ide.
Baca juga : Kreatif Mengajar dalam Keterbatasan
Langkah selanjutnya, melibatkan kompilasi kata kunci dalam himpunan. Saat kata kunci ini dicantumkan, memvisualisasikannya menciptakan ide. Ide-ide ini mengarah pada visual. Ketika visual dikaitkan dengan kata kunci, seluruh konsep akan dibangun. Seperti diketahui, memori visual selalu disimpan lebih lama.

Abraham, guru mata pelajaran IPS, tengah mengajarkan peta dunia kepada muridnya di SMPN 74, Rawamangun, Jakarta, Selasa (11/8/2015). Abraham banyak menyisipkan tugas praktik ke lapangan kepada muridnya dalam metode mengajar sehingga siswa dirangsang untuk praktis dan kreatif.
Kreativitas dalam pendidikan
Pada prinsipnya, kreativitas diamati dalam semua aspek kehidupan—dalam seni visual dan pertunjukan, tentu saja—tetapi juga di semua bidang lain, mulai dari berkebun, menjalankan rumah tangga, atau memasak, hingga mengelola proyek, menangani masalah sumber daya manusia, mengembangkan keterampilan, dan sebagainya. Jadi, kreativitas adalah komponen penting dari pembelajaran untuk ekspresi yang lebih baik, pemecahan masalah, dan membuat ide-ide abstrak menjadi presentasi yang konkret. Kreativitas tidak terbatas pada upaya artistik.
Namun, di banyak masyarakat, aspek pendidikan semacam ini tidak dianggap terlalu serius—tidak seperti pembelajaran fakta dan konsep dalam mempelajari sains, matematika, atau bahasa, yang sebagian besar ditujukan untuk mendapatkan nilai tinggi dalam ujian. Dalam pandangan saya, kreativitas harus dimasukkan sebagai bagian dari pendidikan dalam mengembangkan manusia yang utuh, unik, dan juga untuk kecakapan hidup, pemecahan masalah, mengidentifikasi cara-cara baru dalam melakukan sesuatu, menjadi lebih observasional, berpikir di luar kotak, dan mengembangkan aspek-aspek otak yang kurang dimanfaatkan.
Kreativitas harus dimasukkan sebagai bagian dari pendidikan dalam mengembangkan manusia yang utuh, unik, dan juga untuk kecakapan hidup.
Kreativitas dalam pendidikan berarti mampu berekspresi, seperti menulis, berbicara, menyanyi, menggambar, melakukan sesuatu dengan cara baru, berdasarkan konsep yang dipelajari dalam pendidikan. Mencipta berarti menghasilkan dari konsep yang dipelajari.
Kreativitas membantu memunculkan kejelasan. Misalnya, membuat gambar atau memformat pengetahuan sangat populer di dunia pendidikan. Kreativitas pada dasarnya adalah ekspresi dari kejelasan melalui berbagai cara. Konten pendidikan tidak hanya dipahami, tetapi juga diingat untuk mengakomodasi setiap potensi siswa.

Pendidikan anak usia dini harus didampingi guru yang terampil dan kreatif. Pola bermain sambil belajar pada anak usia dini menjadi pendidikan dasar yang harus diberikan kepada anak-anak usia dini.
Kreativitas dapat hancur sejak kecil karena siswa selalu diajarkan untuk menghafal. Mereka kemudian menjadi tidak belajar. Meminta siswa untuk menghafalkan apa yang dilihat di buku-buku adalah sesuatu yang tidak dibutuhkan dunia sekarang ini.
Ketika menghafal, siswa mulai berpikir bahwa pendidikan adalah tentang nilai dan menghafal sesuatu, bukan belajar. Kreativitas kembali hancur karena siswa belajar untuk mengejar nilai, tetapi tidak untuk dirinya sendiri.
Kreativitas dapat hancur sejak kecil karena siswa selalu diajarkan untuk menghafal. Mereka kemudian menjadi tidak belajar.
Guru datang ke kelas dan kemudian mengatakan ”bla bla bla” dan apa saja yang siswa tidak mengerti akan disampaikan, tentu, tanpa ada umpan balik dari siswa. Belum lagi betapa ruwetnya jadwal mata pelajaran di sekolah. Mata pelajaran pertama adalah Bahasa Inggris, mata pelajaran kedua adalah Matematika, siswa sudah kelelahan setelah mempelajari mata pelajaran ini, mereka masih harus terus belajar hingga jam terakhir.
Mata pelajaran seperti musik dan menggambar dianggap sebagai ”mitos belaka”. Tidak mendapatkan tempat yang sama seperti mata pelajaran yang lain. Ketika menggambar, siswa tidak boleh menggambar di luar dari instruksi guru. Imajinasi setiap siswa menjadi terbatasi oleh aturan-aturan rigid.
Baca juga : Pendidikan Seni Menumbuhkan Imajinasi Positif
Albert Einstein pernah berkata, ”Imajinasi lebih penting daripada pengetahuan. Karena pengetahuan terbatas, sedangkan imajinasi mencakup seluruh dunia, merangsang kemajuan, melahirkan evolusi.” Jadi, guru harus mengajak siswa untuk belajar memiliki imajinasi. Karena, imajinasilah yang dapat ”menghidupkan” mereka.
Pun, siswa sama sekali tidak mendapatkan pelajaran moral. Pertanyaan yang sering kali dilontarkan oleh guru, seperti: apakah kamu sudah mengerjakan pekerjaan rumah? Pelajaran apa yang akan kita pelajari hari ini? Bukannya membahas tentang moral dan filosofi dari apa yang mereka pelajari hari ini. Karena apa yang mereka dapat hari ini adalah bekal mereka dalam kehidupan mendatang.

Anak-anak siswa SD Pembinaan Negeri Tulangampiang, Kota Denpasar, Bali, tengah berlatih gamelan Bali seusai pelaksanaan ujian akhir semester, Jumat (6/12/2019).
Guru kreatif
Tidak hanya siswa, guru juga harus kreatif. Cara menjadi guru kreatif juga berbeda-beda. Jangan salah paham, kreativitas itu hebat, dan guru yang kreatif itu sungguh luar biasa. Ide-ide baru dan inovasi dalam mengajar sangat brilian dan selalu bisa diterima.
Namun, kreativitas demi kreativitas memang tidak selalu membantu siapa pun. Tidak ada yang salah dengan menggunakan ide bagus yang sama berulang-ulang jika berhasil dan tidak ada yang salah dengan menggunakan sumber bagus yang telah dihasilkan orang lain. Ada juga metode yang dicoba dan diuji, yang telah ada selama beberapa generasi, yang masih sebagus lima puluh tahun yang lalu, tetapi butuh penyesuaian.
Tidak hanya siswa, guru juga harus kreatif. Cara menjadi guru kreatif juga berbeda-beda.
Saya mengenal beberapa guru yang tidak menggambarkan diri mereka sebagai orang yang kreatif sama sekali. Mereka menggunakan buku teks dan mengajarkan hal yang sama setiap tahun. Namun, mereka sangat baik dalam apa yang mereka lakukan.
Mereka adalah komunikator yang sangat baik, yang mencintai subyek mereka dan benar-benar peduli dengan siswa-siswa yang mereka ajar di dalam kelas. Mereka juga memiliki kemampuan brilian untuk menyampaikan pengetahuan mereka dengan penuh semangat, menyesuaikan pengetahuan yang mereka dapat dengan kondisi siswa mereka, meskipun tanpa didukung oleh fasilitas yang memadai.
Baca juga : Kreativitas Guru Menjadi Kunci
Seorang guru kreatif dapat membuat pelajaran dan penilaian (tes atau kuis) dengan cara yang berbeda. Mengajarkan setiap pelajaran yang persis sama dengan metode ceramah itu sungguh membosankan dan tidak efektif. Siswa adalah individu; mereka belajar secara berbeda. Mereka itu sangat unik. Pintar di jalannya masing-masing.
Jadi, metode dan strategi pembelajaran harus bervariasi. Ini memang tidak mudah. Sebagai contoh: saya adalah pembelajar visual. Saya paling ingat apa yang saya lihat. Saya suka kegiatan yang melibatkan gambar, menulis di papan tulis, gestur, dan lain-lain. Saya bahkan sering melakukannya dalam kelas saya ketika mengajar mahasiswa.

Kartino Ali (45), guru kelas VII SMPN 2 Kota Cirebon, menunjukkan media pengajarannya, yakni leaflet lingkaran deskripsi, Senin(29/4/2019), di Cirebon, Jawa Barat. Guru Bahasa Inggris itu berkreasi untuk mengajak siswa berpikir, tidak hanya mengandalkan hafalan.
Beberapa guru yang saya kenal suka memasukkan sajak, musik, gerakan, dan latihan lisan. Seorang guru kreatif menawarkan banyak pilihan. Banyak guru kreatif yang pernah saya lihat menugaskan siswa mereka membuat sebuah proyek dan memberikan pilihan kepada siswa.
Salah satu contohnya: seorang guru Geografi yang saya kenal ingin siswanya belajar tentang peta Bumi dan mempresentasikannya di depan kelas. Siswa dapat membuat Power Point yang bervariasi. Mereka juga bisa menulis lagu, menulis puisi, membuat gim, membuat model tiga dimensi, dan lain-lain. Guru sebagai fasilitator memberi mereka parameter: daftar apa yang harus mereka liput dalam penelitian dan presentasi mereka, dan guru juga mengizinkan siswa untuk memilih mode mereka sendiri; mendapatkan pengetahuan dari pengalaman yang dialami.
Guru kreatif menemukan cara baru dalam memandang pelajaran.
Guru kreatif menemukan cara baru dalam memandang pelajaran. Misalnya, materi tentang sejarah bangsa Indonesia dapat diajarkan dengan membaca teks dan menjawab pertanyaan. Tetapi itu tidak cukup. Mungkin, hanya beberapa siswa yang mampu memahami apa yang disampaikan guru. Guru bisa membuat video yang berisi tentang materi tersebut, diselingi dengan teks, lagu-lagu perjuangan, dan metode-metode yang bervariasi, kemudian ditayangkan di depan kelas.
Di sekolah, guru dapat menyuruh setiap siswa memilih seseorang atau tokoh pewayangan untuk diteliti dan menulis monolog untuk dipentaskan, seolah-olah dia adalah karakter tersebut. Kedalaman, pilihan, berbagi apa yang mereka ketahui dengan teman sekelas mereka: semuanya menghasilkan kreativitas dan meningkatkan minat belajar di antara para siswa.

Lebih dari 1.000 pelajar dari taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi turut serta dalam kegiatan Lampung Seru (seribu rupa) di kompleks Pusat Kegiatan Olahraga, Way Halim, Bandar Lampung, Lampung, Minggu (12/1/2014). Sejumlah seniman seni rupa senior Lampung berharap orangtua tidak membatasi anak-anak untuk berkreasi.
Saya kira, program Merdeka Belajar yang diusung oleh Mas Nadiem adalah jalan bagi guru-guru untuk mendorong kreativitas mereka dan kreativitas para siswa di dalam kelas. Beberapa langkah kecil yang dapat dilakukan adalah para guru mendorong siswa untuk terlibat dalam proyek pemecahan masalah, seperti membuat robot, proyek lingkungan, iklan, desain video, poster, draf novel, atau puisi.
Mengubah instruksi kurikulum dari sekadar mengisi atau menyelesaikan LKS dan praktik ujian menjadi menghasilkan beberapa produk yang bermanfaat dan berdampak. Membiarkan siswa membuat proyek kerja mereka sendiri. Mengizinkan siswa untuk memilih preferensi penilaian mereka sendiri dan penilaian teman sejawat, tentu di bawah pengawasan guru. Mendorong siswa untuk merancang proposal tentang isu-isu tertentu yang sedang hangat dibicarakan daripada sekadar mempresentasikannya di depan kelas. Guru merancang media pembelajaran baru yang sesuai dengan kebutuhan siswa agar siswa terinspirasi untuk belajar.
Baca juga : Guru (Belum) Merdeka Belajar
Selain itu, guru juga bisa mengundang banyak praktisi lain atau praktisi dari luar untuk datang ke kelas dan bercerita, melakukan demonstrasi dan berbagi keterampilan belajar bersama. Upaya-upaya lain yang bisa dilakukan adalah menghargai hasil kerja siswa dan memperhatikan umpan balik siswa sehingga pembelajaran dapat menjadi kesepakatan bersama yang mendorong mereka untuk belajar lebih banyak dalam ruang kelas.

Roy Martin Simamora
Sejatinya, pendidikan kreatif membantu siswa untuk mengembangkan kemampuan kreatif. Keterampilan dan kemampuan ini menyumbangkan imajinasi, kreativitas, dan berpikir inovatif. Menjadikan siswa selalu memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, tetap haus ilmu, dan tetap rendah hati. Dengan begitu, kreativitas dalam diri mereka tetap menyala bagai api.
Roy Martin Simamora, Pengajar Filsafat Pendidikan PSP ISI Yogyakarta; Alumnus National Dong Hwa University, Taiwan