Masalah pokok dari laporan BPS ialah angka pengangguran dan kemiskinan akibat pandemi. Tekanan yang lama membuat generasi X serta Y resah. Perasaan khawatir akan masa depan tentu makin besar.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Laporan Badan Pusat Statistik menyebutkan, sebanyak 68 persen penduduk usia produktif Indonesia didominasi oleh generasi X dan Y.
Pandemi menyebabkan mereka kehilangan pendapatan dan menganggur.
Dalam acara Indonesian Demographic Outlook 2022, Deputi Bidang Statistik Sosial Badan Pusat Statistik (BPS) Ateng Hartono menyebutkan, tingkat pengangguran terbuka generasi X (berumur 40-55 tahun) dan Y atau milenial (berumur 24-39 tahun) pada Februari 2020, atau sebulan sebelum kasus Covid-19 pertama di Indonesia, masing-masing 2,01 persen dan 4,74 persen.
Setelah enam bulan pandemi, Agustus 2020, jumlah penganggur generasi X mencapai 3,68 persen dan generasi Y jadi 7,16 persen. Agustus 2021 turun sedikit menjadi 2,95 persen untuk generasi X dan 6,70 persen untuk generasi Y. Situasi serupa terjadi di beberapa negara. (Kompas, 17/12/2021)
Situasi ini unik. Dua generasi yang produktif terdampak pandemi. Salah satu yang perlu dipikirkan ialah responsnya terhadap masalah yang sedang dihadapi. Beberapa analisis menyebutkan, keadaan ini, yaitu berupa penduduk usia produktif tinggi, angka pengangguran yang meningkat, dan angka kemiskinan yang tinggi, akan berdampak pada masalah sosial, politik, dan keamanan.
Meski demikian, berbagai ahli sepakat, respons dua generasi itu bakal berbeda. Generasi X mungkin lebih siap menghadapi masalah ini. Ketidakpastian masih bisa diterima generasi ini. Namun, sesuatu yang tidak bisa diabaikan ialah tekanan berat akan sangat menimpa generasi ini karena mereka adalah generasi sandwich, yang harus menopang ekonomi orangtuanya dan juga anak, sehingga pandemi memberikan tekanan berlapis terhadap kelompok tersebut.
Bagi generasi Y, pandemi merupakan pukulan ketiga dalam perjalanan hidup mereka. Pertama krisis moneter tahun 1998 dan kedua krisis keuangan global tahun 2008. Generasi milenial yang senior terlibat banyak dengan urusan keluarga.
Mereka tengah membangun keluarga muda sehingga kerepotan akan muncul dalam urusan domestik. Mereka bisa beradaptasi dengan keadaan ini, dengan menggunakan fasilitas digital untuk berbagai keperluan. Bahkan, inovasi muncul dari kelompok ini karena berbagai tekanan.
Beberapa analisis menyebutkan, keadaan ini, yaitu berupa penduduk usia produktif tinggi, angka pengangguran yang meningkat, dan angka kemiskinan yang tinggi, akan berdampak pada masalah sosial, politik, dan keamanan.
Masalah pokok dari laporan BPS ialah angka pengangguran dan kemiskinan akibat pandemi. Mereka mungkin masih terbantu dengan adanya jaring pengaman sosial. Namun, tekanan yang lama akan membuat mereka resah dan kecemasan yang berlanjut. Perasaan khawatir akan masa depan tentu makin besar. Pemerintah perlu mencermati dinamika ini.
Pemulihan ekonomi menjadi kunci untuk menyelesaikan masalah ini agar tidak merembet menjadi persoalan sosial dan politik. Melihat perjalanan generasi milenial dan juga inovasi yang banyak dilakukan, mereka diharapkan bisa memberikan solusi di tengah tekanan ini. Seperti prinsip wirausaha baru para milenial, masalah dan kesulitan akan mendorong mereka memunculkan solusi hingga kemudian menjadi ide bisnis.