Indonesia akan kehilangan manfaat dan keuntungan dari peluang kerja sama internasional jika politisi serta kaum elite lebih disibukkan oleh tarik-menarik kepentingan kekuasaan politik dalam negeri ketimbang bersatu.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Posisi Indonesia semakin menarik diperbincangkan setelah Amerika Serikat dan Rusia pada saat hampir bersamaan ingin memperkuat kemitraan dengan RI.
Keinginan memperkuat kemitraan disampaikan kepada Presiden Joko Widodo oleh Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken, Senin (13/12/2021), di Jakarta.
Sungguh menarik, seusai bertemu dengan Blinken, pada hari yang sama Presiden Jokowi menerima Sekretaris Dewan Keamanan Federasi Rusia Nikolay Pastruschev.
Kunjungan Blinken dan juga Pastruschev ke Jakarta sama-sama untuk menegaskan kembali keinginan menjalin kemitraan dengan Indonesia, terutama dalam bidang ekonomi dan keamanan di kawasan Asia Tenggara dan Asia Pasifik.
Kedatangan Blinken dan Pastruschev, relatif bersamaan ke Jakarta, menarik pula jika dilihat dalam perspektif sejarah persaingan AS dengan Rusia sebagai ahli waris utama Uni Soviet. Meski Perang Dingin sudah berlalu sekitar 30 tahun, semangat persaingan belum berakhir. AS dan Rusia bersaing dalam mempertahankan pengaruh di berbagai kawasan.
Jelas pula, posisi dan peran Indonesia kian diperhitungkan oleh AS dan Rusia, seperti terlihat pada upaya memperkuat kemitraan dengan Republik Indonesia (RI). Secara regional, Indonesia merupakan negara terbesar secara ekonomi, penduduk, dan wilayah di Asia Tenggara. Indonesia menjadi ketua ASEAN tahun 2023.
Posisi strategis Indonesia pada tingkat ekonomi global, antara lain, terlihat pada keanggotaan di kelompok ekonomi G-20. Bahkan, kini, mendapat giliran menjadi ketua. Disebut-sebut pula Indonesia akan menjadi anggota 10 negara besar ekonomi dunia dalam beberapa tahun mendatang. Sumber kekuatan ekonomi Indonesia tak hanya pada sumber kekayaan alam dan sumber daya manusia, tetapi juga kemampuan pasar tinggi yang ditopang sekitar 270 juta penduduk.
Tentu saja tantangannya adalah bagaimana Indonesia memanfaatkan keinginan kemitraan dengan AS, Rusia, dan beberapa negara lainnya. Peluang kerja sama itu kiranya dapat dimanfaatkan oleh bangsa dan negara Indonesia.
Segera terbayang bangsa Indonesia akan kehilangan manfaat dan keuntungan dari peluang kerja sama internasional jika politisi dan kaum elite lebih disibukkan oleh tarik-menarik kepentingan kekuasaan politik dalam negeri ketimbang bersatu memikirkan kemajuan ekonomi bangsa. Tak kalah pentingnya bagaimana Indonesia dapat mempertahankan posisi agar tak mudah terombang-ambing oleh tarik-menarik kepentingan sejumlah negara besar yang ingin bermain di kawasan Asia Tenggara.
Kunjungan Blinken ke Indonesia awal pekan ini secara khusus pula menjadi bagian dari upaya AS mencegah perkembangan pengaruh China, terutama keamanan dan perekonomian, di kawasan Asia Tenggara. Persaingan AS-China diharapkan tak menimbulkan ketegangan baru di kawasan ini. Seyogianya kehadiran AS dan China berkontribusi mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi dan memperkuat stabilitas keamanan di Asia Tenggara.